Breaking News

kemarahan Fatimah AS bukti kemuliaan Abubakar ??-SYIAHALI


MARAHNYA FATHIMAH

“Rasulullah bersabda, Fathimah itu adalah bagian dari diriku. Siapa saja yang membuatnya marah berarti membuatku marah juga”(Lihat Al-Bukhari, volume 5, halaman 75, bab keutamaan sahabat)
Bunda Fathimah meninggal tanpa mau berbai’at kepada Abu Bakar. Malahan Bunda Fathimah meninggal dalam keadaan marah kepada Abu Bakar, dengan meninggalkan wasiat yang menyebutkan bahwa Abu Bakar dilarang untuk menshalati jenazahnya apabila kelak Bunda Fathimah meninggal selain itu juga Bunda Fathimah tidak ingin jenazahnya diantarkan oleh Abu Bakar
Fatimah:Kisah Puteri Nabi
Kerap kali dalam perbahasan atau perdebatan dengan saudara dari Sunni, saya pasti akan membawa hadis-hadis keutamaan Ahlulbait(as) dari sumber Sunni, untuk menguatkan dakwaan kami akan keutamaan kedudukan mereka sebagai khalifah Umat Islam. Juga turut menjadi kontroversi, adalah banyak sekali riwayat yang menunjukkan betapa Abu Bakar, Umar menyakiti Ahlulbait(as) Nabi(s), sejurus dan setelah kematian baginda.
Tambah menjadi penderitaan kepada pihak Nasibi, hadis-hadis ini berstatus sahih, atau paling tidak hasan. Ini menjadi duri dalam daging bagi mereka. Terdesak untuk mempertahankan kepercayaan rapuh mereka, mahu tidak mahu, mereka pasti akan membawakan hadis-hadis keutamaan dan kemuliaan Abu Bakar atau Umar atau siapa sahaja bagi menumpulkan hujah-hujah Syiah. Mereka lantas akan mengatakan Syiah mengabaikan hadis keutamaan mereka, dan hanya mengambil hadis yang menentang mereka.
Saya tidak mahu membahas status hadis keutamaan mereka, maka saya akan anggap bahawa memang, semua hadis keutamaan mereka itu memang sahih. Bagaimanapun timbul masalah apabila ada juga hadis seperti berikut yang menumpulkan segala keutamaan mereka, hanya sekadar contoh sahaja:
Sahih Bukhari Kitab Fardh Al Khumus Bab Khumus no 1345. Namun, di sini, kita lihat hadis tersebut dari Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345 
Dari Aisyah, Ummul Mukminah (ra), ia berkata “Sesungguhnya Fatimah (as) binti Rasulullah (saw) meminta kepada Abu Bakar sesudah wafat Rasulullah (saw) supaya membahagikan kepadanya harta warisan bahagiannya dari harta yang ditinggalkan Rasulullah (saw) dari harta fa’i yang dianugerahkan oleh Allah kepada Beliau.[Dalam riwayat lain: kamu meminta harta Nabi SAW yang berada di Madinah dan Fadak dan yang tersisa dari seperlima Khaibar 4/120] Abu Bakar lalu berkata kepadanya, [Dalam riwayat lain: Sesungguhnya Fatimah dan Abbas datang kepada Abu Bakar meminta dibagikan warisan untuk mereka berdua apa yang ditinggalkan Rasulullah (saw), saat itu mereka berdua meminta dibagi tanah dari Fadak dan saham keduanya dari tanah (Khaibar) lalu pada keduanya berkata 7/3] Abu Bakar “Sesungguhnya Rasulullah (saw) bersabda “Harta Kami tidaklah diwaris ,Harta yang kami tinggalkan adalah sedekah [Sesungguhnya keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini, [maksudnya adalah harta Allah- Mereka tidak boleh menambah jatah makan] Abu Bakar berkata “Aku tidak akan biarkan satu urusan yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku akan melakukannya] Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar [Ia tidak mau berbicara dengannya]. Pendiaman itu berlangsung hingga ia wafat dan ia hidup selama 6 bulan sesudah Rasulullah SAW.
Jadi bagaimana sekarang?
Di dapati Abu Bakar yang merupakan sahabat utama penuh kemuliaan juga telah membuat kan Sayyidatina Fatimah(s) marah, yang mana Rasulullah(s) bersabda:
 Nabi saaw bersabda: “Fatimah adalah sebagian dariku, yang membuatnya marah, membuatku marah”
Jikalau kami mengambil hadis keutamaan Abu Bakar sebagai sahih, dan hadis penindasan Ahlulbait juga sebagai sahih, maka bolehlah kita ambil kesimpulan peribadi Abu Bakar sebagai berikut:
“Abu Bakar merupakan seorang sahabat paling mulia Rasulullah(s), dan beliau juga telah menyakiti Fatimah(a) dan membuat baginda(s) marah, yang mana akhirnya memberi kemurkaan Allah swt.”
Sampai ke tahap ini, sebagai seorang pengkaji yang adil dan tanpa “bias”, akan terpaksa menggunakan kekuatan akal mereka untuk menghasilkan satu dalil aqli yang kukuh.
Persoalannya, perkara mana yang lebih berat? Kemuliaan Abu Bakar atau kemarahan Fatimah(s)? Bagi orang yang berakal, sudah dapat tahu jawabannya. Tapi bagi pemilik otak gred C, mungkin saya terpaksa simplifiedkan lagi keadaan di atas.
paradoks hadis kemuliaan Abu Bakar, Umar dan yang lain. Jika ada orang tak faham lagi, maka, jelas, beliau bukan lagi Ahlil Fikir, dan tidak dapat diselamatkan kejahilan mereka.
Hujjatul Islam Moawenian dalam ceramahnya menceritakan kisah berikut. Allamah Amini, penulis kitab Al-Ghadir, menyampaikan sebuah pertanyaan sederhana di hadapan para ulama ahlusunah: siapakah imamnya Fatimah binti Muhammad?
Ada sebuah kisah nyata tentang Allamah Amini ketika diundang oleh para ulama suni dalam sebuah acara makan malam ketika beliau ada di Mekah atau Madinah. Pertama kalinya beliau menolak, tapi mereka memaksa. Namun kemudian, beliau menerima dengan satu syarat bahwa dia hanya datang untuk makan malam, bukan diskusi, karena pandangan beliau sudah dikenal. Mereka menerima persyaratannya. Mereka mengatakan kalau beliau datang, barulah akan dipikirkan apa yang akan dilakukan.
Dalam pertemuan tersebut terdapat sekitar 70-80 ulama besar suni yang menghafal antara 10-100 ribu hadis yang ada. Setelah mereka makan, mereka ingin mengajaknya terlibat dalam diskusi dan dengan cara ini mereka dapat membuatnya terdiam. Tapi Allamah Amini mengingatkan mereka tentang peraturan bahwa dia datang hanya untuk makan malam.
Salah satu di antara mereka kemudian mengatakan bahwa akan lebih baik jika masing-masing di antara yang hadir dapat mengutipkan sebuah hadis. Dengan cara ini, allamah juga akan terlibat menyampaikan hadis dan hadis tersebut dapat membantu mereka untuk memulai diskusi. Semuanya menyampaikan sebuah hadis sampai akhirnya giliran Allamah Amini. Mereka memintanya untuk menyampaikan sebuah hadis dari Nabi Muhammad saw.
Allamah mengatakan tidak masalah, tapi dia akan menyampaikan sebuah hadis dengan satu syarat: setelah hadis disampaikan, masing-masing dari kalian harus menyampaikan pandangan tentang sanad dan kebenaran hadis tersebut. Mereka menerimanya.
Kemudian, beliau menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: “Siapa yang tidak mengenal imam zamannya kemudian meninggal, maka meninggalnya sama seperti pada masa jahiliah.”
Kemudian ia bertanya kepada masing-masing dari mereka tentang kebenaran hadis tersebut. Mereka semua menyatakan bahwa hadis tersebut benar dan tidak ada keraguan tentangnya dalam semua kitab rujukan suni. Kemudian allamah mengatakan bahwa kalian semua sepakat tentang kebenaran hadis ini. “Baiklah, saya mempunyai satu pertanyaan. Katakan kepada saya apakah Fatimah mengenali imamnya? Lalu siapakah imamnya? Siapakah imamnya Fatimah?”
Tidak ada yang menjawabnya. Mereka semua terdiam dan setelah beberapa lama satu per satu meninggalkan tempat. “Allah mengetahui bahwa saya melakukan diskusi ini dengan ulama suni di Masjidilharam dan dia adalah orang yang sangat ahli dan berpengetahuan. Dia hanya tertawa. Aku tanyakan kepadanya jawaban pertanyaan saya, tapi dia hanya tertawa.”
Saya mulai marah dan mengatakan padanya, “Apa yang Anda tertawakan?” Dia menjawab, “Saya menertawakan diri saya sendiri.” Saya tanya, “Benarkah?” Dia menjawab, “Ya.” Saya tanya lagi, “Mengapa?”
“Karena saya tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Anda. Jika saya katakan Fatimah tidak mengenal imam pada zamannya, itu berarti dia wafat sebagai orang kafir. Tapi tidak mungkin pemimpin para wanita di dunia ini tidak mengenal imamnya. Tidak pernah mungkin!”
“Jika Fatimah mengenal imamnya, bagaimana saya bisa mengatakannya? Misal Abu Bakar adalah imamnya, tetapi Bukhari dalam kitabnya menuliskan fakta bahwa Fatimah wafat dalam keadaan marah… Tidak mungkin bagi Fatimah untuk marah kepada imamnya!”
Fatimah adalah alasan terkuat kami. Karena Fatimah, tidak ada tempat untuk menyembunyikan kebenaran. Karenanya, menghidupkan nama Fatimah dan menangis untuk kesyahidahannya adalah seruan kepada tauhid. Menangis untuk Fatimah, pintu dan rumahnya yang terbakar adalah menangis untuk Alquran yang juga terbakar!
Bunda Fathimah meninggal pada saat beliau masih memendam rasa marah pada Abu Bakar karena Abu Bakar telah menolak Fathimah yang menuntut haknya atas warisan yang diberikan oleh ayahnya, Muhammad al-Mustafa. Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah pernah berkata:
.
“………Fathimah, puteri Rasulullah, harus mendapatkan warisan yang ditinggalkan oleh ayahnya dari fai [harta kekayaan yang didapatkan dari pihak musuh sebagai tawaran perdamaian] yang telah dianugerahkan oleh Allah untuk RasulNya. Abu Bakar kemudian berkata kepadanya (‘Aisyah), ‘Rasulullah pernah berkata: ‘Kami (para Nabi) tidak meninggalkan warisan; apa yang kami tinggalkan akan menjadi sedekah’. Oleh karena itulah maka bunda Fathimah menjadi marah. Bunda Fathimah tidak lagi bertegur sapa dengan Abu Bakar hingga beliau wafat. Bunda Fathimah hanya hidup sekitar 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah” ‘Aisyah kemudian menambahkan, “Dan Fathimah menuntut Abu Bakar agar segera memberikan bagian yang merupakan haknya yaitu warisan yang ditinggalkan oleh ayahnya pada peperangan Khaybar, yaitu berupa sebidang tanah di daerah Fadak, dan harta benda yang dikumpulkan di Madinah, akan tetapi Abu Bakar menolak itu sambil berkata, ‘Aku tidak akan meninggalkan sesuatupun yang tidak ditinggalkan oleh Rasulullah.’”
(Lihat: Al-Bukhari, Shahih, volume 4, halaman 208, dalam kitab tentang Khumus dalam bab tentang kewajiban-kewajiban)
.
Bunda Fathimah demikian marahnya kepada Abu Bakar (karena haknya telah dirampas secara semena-mena—red) hingga Bunda Fathimah meninggalkan wasiat kepada suaminya, Imam Ali (as), agar Abu Bakar tidak menshalati jenazah dirinya apabila Bunda Fathimah meninggal kelak. Selain itu juga Abu Bakar tidak boleh mengiringi jenazahnya. Imam Ali (as) menguburkan jasad suci dari Bunda Fathimah pada malam hari seperti yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya, dengan melaporkan apa yang dikatakan oleh ‘Aisyah yang berkata, “…………Abu Bakar menolak untuk memberikan semua itu kepada Fathimah. Oleh karena itu kemudian Fathimah marah sekali kepadanya sehingga ia tidak mau lagi bertegur sapa dan bertemu dengannya hingga ia meninggal dunia. Ia hidup sekitar 6 bulan lamanya setelah Rasulullah meninggal dunia. Ketika ia meninggal, suaminya mengubur jasadnya pada malam hari. Abu Bakar tidak pernah mengumandangkan adzhan para hari dimana Fathimah meninggal (untuk mengumumkan kematian Fathimah), Abu Bakar juga tidak menyelenggarakan shalat jenazah atasnya.”
Fatimah:Kisah Puteri Nabi
Jangan Mencela Sahabat Rasulullah ??
  1. Abdullah Ibnu Abbad menurut Bukhari pernah menyatakan bahwa Rasulullah telah bersabda:“Orang yang membenci apa yang dilakukan oleh seorang Amir (pemimpin) hendaklah bersabar, karena orang yang menyimpang sepenggalan dari jalan yang ditempuh oleh seorang Amir, maka apabila ia meninggal, maka ia meninggal dalam keadaan JAHILIYYAH” (Lihat: Al-Bukhari dalamShahih-nya , volume 9, halaman 145)
    .
  2. Dan dalam Shahih-nya, Muslim menyatakan bahwa Rasulullah telah bersabda: “Seseorang yang meninggal tanpa memberikan bai’atnya (kepada seorang Imam) maka apabial ia meninggal, ia meninggal dalam keadaan JAHILIYYAH”  (Lihat: Muslim dalam Shahih-nya, volume 4, halaman 517, diterbitkan oleh Dar al-Sha’b press)
    .
  3. Dan dalam Musnad-nya, Ahmad bin Hanbal menuliskan bahwa Rasulullah dilaporkan pernah bersabda: “Barangsiapa meninggal tanpa memiliki seorang Imam, maka ia meninggal dalam keadaan JAHILIYYAH” (Lihat: Ahmad dalam Musnad-nya, volume 3, halaman 446)
    .
    Bunda Fathimah itu memiliki kedudukan yang utama karena ia adalah puteri dari seorang guru kemanusiaan dan ia juga adalah isteri dari seorang pemimpin dari kaum beriman (Amirul Mukminin) yang mana keduanya merupakan manusia pilihan dan setiap orang bersaksi bahwa keduanya orang yang paling adil diantara manusia; paling berilmu dan paling mulia. Dengan posisi seperti itu, mustahil puteri Rasulullah itu menjadi orang yang bodoh seperti yang dituduhkan oleh Abu Bakar. Mengapa demikian?
    .
    Karena kalau Bunda Fathimah dituduh telah meminta sesuatu yang bukan haknya dan Rasulullah itu tidak pernah mewariskan apa-apa untuk puterinya (seperti yang dituduhkan oleh Abu Bakar), berarti itu sama saja dengan menyebutkan bahwa ayahnya dan suaminya belum pernah memberitahu Fathimah tentang hal itu. Itu sama sekali tidak mungkin terjadi! Mana mungkin ayahnya dan suaminya tidak pernah memberitahu apa-apa tentang hak waris itu. Jadi kemungkinan yang sangat mungkin ialah ABU BAKAR ITU TELAH BERDUSTA!!!!!
    .
    Bisa dilihat dalam sejarah bahwa Bunda Fathimah marah kepada Abu Bakar selama 6 bulan penuh hingga Bunda Fathimah meninggal dunia. Ini adalah penggalan kisah hidup penuh derita yang harus dilakoni oleh Bunda Fathimah sepeninggal ayahnya.
    .
    Sungguh jauh panggang dari api apabila itu dilakukan oleh seorang wanita penghulu para wanita di surga. Kita berlindung kepada Allah dari tuduhan orang-orang yang penuh dengki yang telah menuduhnya berbuat keji yaitu meminta sesuatu yang bukan hak miliknya yang hakiki. Ketika Abu Bakar mengambil haknya atas tanah Fadak dan harta benda yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah di kota Madinah, dan juga Kumus dari Khaybar, maka Bunda Fathimah segera bergegas untuk bertemu dengan Abu Bakar yang pada waktu itu sedang berada di tengah-tengah kaum Ansar dan Muhajirin. Bunda Fathimah langsung menyampaikan pidatonya yang menyebabkan orang-orang yang hadir di sana menangis terisak-isak.

Simak beberapa peristiwa sebagai berikut:
1. Permusuhan antara Bunda Fathimah dan Abu Bakar. Abu Bakah dituding oleh bunda Fathimah sebagai orang yang khianat terhadap wasiat yang diberikan oleh Ayahandanya. Abu Bakar tidak memberikan wasiat Nabi berupa sebidang tanah di daerah Fadak yang memang diperuntukkan oleh Rasulullah untuk puterinya, Fathimah az-Zahra. Permusuhan ini terkenal dalam sejarah. Paling tidak sejarah memperkenalkan sisi bunda Fathimah yang tidak mau berbai’at kepada Abu Bakar.
 .
Pertanyaan: APAKAH BUNDA FATHIMAH TIDAK TAHU ADA HADITS YANG MENGHARUSKAN PENGHORMATAN KEPADA ABU BAKAR SEBAGAI SALAH SATU SAHABAT NABI? MENGAPA CUMA KAUM AHLUSSUNNAH SAJA YANG TAHU HADITS INI?
 .
2. ‘Aisyah menghasut orang-orang untuk memerangi khalifah yang sah waktu itu yaitu Imam Ali bin Abi Thalib. ‘Aisyah didukung oleh Thalhah bin Ubaydillah dan Zubayr bin Awwam mengobarkan perang yang kelak dikenal sebagai perang unta atau Perang Jamal dimana ‘Aisyah mengomandoi serangan di atas untanya.
 .
Pertanyaan: MENGAPA ALI BIN ABU THALIB MELAWAN KETIKA IA DISERANG OLEH ‘AISYAH PADAHAL ADA HADITS YANG MENGHARUSKAN SETIAP ORANG ISLAM UNTUK MENGHORMATI ‘AISYAH? MENGAPA ALI BIN ABU THALIB TIDAK TAHU HADITS ITU? MENGAPA CUMA KAUM AHLUSSUNNAH SAJA YANG TAHU HADITS ITU?
 .
Kalau saja Imam Ali bin Abu Thalib tahu tentang hadits (bathil) itu dan kemudian menghormati ‘Aisyah sesuai dengan yang dikehendaki oleh hadits itu, maka peperangan Jamal tidak perlu terjadi.
 .
SEANDAINYA KELOMPOK AHLUSSUNNAH PADA WAKTU ITU TELAH LAHIR KEDUNIA DAN ADA DI TEMPAT ITU PADA WAKTU ITU DAN KEMUDIAN MEMPERINGATKAN IMAM ALI, MAKA “PERANG JAMAL” TIDAK AKAN TERJADI?
 .
3. Tengoklah kisah tentang Umar berikut ini. Kisah ini bisa anda lihat di buku-buku sejarah dan sirah. Juga lihat dalam Shahih Bukhari dalam Bab as-Syuruthi Jihad 2: 122; lihat juga dalam Shahih MuslimBab Shulhul Hudaibiyah jilid 2. Singkatnya ceritanya seperti ini:
 .
Pada tahun keenam hijriah Rasulullah bersama seribu empat ratus sahabatnya keluar dari Madinah dengan tujuan umrah. Diperintahkannya para sahabat menyarungkan pedangnya masing-masing. Mereka berihram di Dzil Hulaifah dan membawa binatang korban agar orang-orang Qurays tahu bahwa mereka datang untuk umrah bukan untuk perang. Karena sifat angkuhnya, orang-orang Qurays tidak mau kelak ada penduduk Arab mendengar bahwa Muhammad telah masuk ke Mekkah dan memecahkan benteng mereka. Diutusnya serombongan delegasi yang diketuai oleh Suhail bin ‘Amr bin Abdul Wud al-‘Amiri agar meminta Nabi kembali ke tempat asalnya. Tahun depan mereka akan diizinkan untuk umrah selama tiga hari. Orang-orang Qurays juga meletakkan syarat yang berat yang kemudian diterima oleh Nabi berdasarkan kemashlahatan yang dilihatnya dan wahyu Allah yang diterimanya. Rasulullah tidak mungkin memutuskan segala sesuatu tanpa ada wahyu yang turun kepadanya.
 .
Namun sebagian sahabat tidak senang dengan sikap Nabi seperti ini. Mereka menentangnya dengan keras. Umar bin Khattab (yang sangat dihormati oleh saudara kita dari kalangan Ahlussunnah) datang dan berkata dengan keras: “Apakah benar bahwa engkau adalah Nabi Allah yang sesungguhnya?”
 .
“Ya,” jawab Nabi.
 .
“Bukankah kita dalam hak dan musuh kita dalam bathil?”
 .
“Ya,” jawab Nabi kalem.
 .
“Lalu mengapa kita hinakan agama kita?”, desak Umar.
 .
“Aku adalah Rasulullah. Aku tidak melanggar perintah-Nya dan Dialah penolongku,” jawab Nabi.
 .
“Bukankah engkau mengatakan kepada kami bahwa kita akan mendatangi Rumah Allah dan bertawaf di sana?”, tanya Umar.
 .
“Ya. Tetapi apakah aku katakan kepadamu pada tahun ini juga?”, tanya Nabi.
 .
“Tidak,” jawab Umar.
 .
“Engkau akan datang ke sana dan tawaf di sekitarnya, Insya Allah,” kata Nabi mengakhiri pembicaraan.
 .
Kemudian Umar datang kepada Abu Bakar dan bertanya:
 .
“Wahai Abu Bakar! Benarkah bahwa dia adalah seorang Nabi yang sesungguhnya?”
“Ya,” Abu Bakar menjawab.
 .
Kemudian Umar mengajukan pertanyaan serupa kepada Abu Bakar dan dijawab dengan jawaban yang serupa juga.
 .
“Wahai saudara!”, kata Abu Bakar kepada Umar. “Beliau adalah Rasul Allah yang sesungguhnya. Beliau tidak melanggar perintah-Nya dan Dialah penolongnya. Maka percayalah padanya.”
 .
Usai Nabi menulis piagam perdamaian (pada perjanjian Hudaybiah), beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “Hendaklah kalian sembelih binatang-binatang korban yang kalian bawa itu dan cukurlah rambut kaliang.” Demi Allah tidak ada satu sahabatpun berdiri mematuhi perintah itu sampai Nabi mengucapkannya sebanyak tiga kali. Ketika dilihatnya mereka tidak mematuhi juga perintahnya, Nabi masuk ke dalam tendanya dan keluar kembali tanpa berbicara dengan siapapun. Beliau sembelih korbannya dengan tangannya sendiri lalu memanggil tukang cukurnya kemudian beliau bercukur. Melihat ini para sahabat kemudian menyembelih juga korban mereka, kemudian saling mencukur sehingga hampir-hampir mereka saling berbunuhan.”
 .
Pertanyaan: KALAU SAJA SEMUA HADITS TENTANG KEHARUSAN MENGHORMATI PARA SAHABAT NABI ITU SHAHIH ADANYA MAKA KITA DENGAN HERAN BERTANYA:
  1. MENGAPA KITA HARUS MENGHORMATI UMAR YANG TIDAK HORMAT KEPADA NABI?
  2. MENGAPA KITA HARUS MENARUH HORMAT KEPADA ORANG YANG MENYAKITI PERASAAN NABI?
  3. MENGAPA KITA HARUS HORMAT KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMBANGKANG PERINTAH NABI?
  4. MENGAPA KITA HARUS MENGHORMATI ORANG-ORANG YANG LEBIH MEMENTINGKAN PENDAPATNYA SENDIRI DIATAS PENDAPAT NABI?
 .
Padahal Allah sudah menggariskan dalam al-Qur’an:.“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari” (QS. Al-Hujuraat: 2)
 .
Umar telah meninggikan suaranya di hadapan Nabi. Umar telah menganggap pendapat dirinya lebih daripada pendapat Nabi. Oleh karena itu sesuai dengan hukum Allah dalam Al-Qur’an itu, amalan orang seperti itu akan terhapus dan ia diakhirat akan mengalami kerugian yang amat sangat. .

Ancaman Pembakaran Rumah Ahlul Bait
Judul di atas tentu saja akan cukup mengejutkan bagi siapa saja yang belum mengetahui tentang riwayat ini. Hal ini termasuk salah satu hal yang dipermasalahkan dalam perdebatan yang biasa terjadi oleh kelompok Islam Sunni dan Syiah. Permasalahan ini jelas merupakan masalah yang pelik dan musykil dan tidak jarang ulama sunni yang menyatakan bahwa peristiwa ini tidak pernah terjadi dan riwayat ini tidak ada dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah. Sebaliknya untuk menjawab anggapan ini Syiah menyatakan bahwa peristiwa ini benar terjadi dan terdapat riwayat-riwayat yang berkaitan dengan peristiwa tersebut dalam referensi Ahlus Sunnah..
.
Tulisan kali ini hanya ingin melihat dengan jelas apakah benar peristiwa ini benar-benar tercatat dalam sejarah atau hanyalah berita bohong belaka. Perlu dinyatakan sebelumnya bahwa tulisan ini tidak dibuat dengan tujuan untuk medeskriditkan pribadi atau kelompok tertentu melainkan hanya menyampaikan sesuatu apa adanya.
.
Riwayat-riwayat tentang Ancaman Pembakaran Rumah Sayyidah Fathimah Az Zahra as ternyata memang benar ada dalam kitab-kitab yang menjadi pegangan Ahlus Sunnah yaitu dalam Tarikh Al Umm Wa al Mulk karya Ibnu Jarir At Thabari, Al Mushannaf Ibnu Abi SyaibahAnsab Al Asyraf karya Al Baladzuri, Al Isti’ab karya Ibnu Abdil Barr dan Muruj Adz Dzahab karya Al Mas’udi. Berikut adalah riwayat yang terdapat dalam Kitab Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan peristiwa itu dengan sanad
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata ”Ketika Bai’ah telah diberikan kepada Abu Bakar setelah kewafatan Rasulullah SAW. Ali dan Zubair sedang berada di dalam rumah Fatimah bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Sehingga ketika Umar menerima kabar ini Ia bergegas ke rumah Fatimah dan berkata ”Wahai Putri Rasulullah SAW setelah Ayahmu tidak ada yang lebih aku cintai dibanding dirimu tetapi aku bersumpah jika orang-orang ini berkumpul di rumahmu maka tidak ada yang dapat mencegahku untuk memerintahkan membakar rumah ini bersama mereka yang ada di dalamnya”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan Fatimah berbicara  kepada mereka “tahukah kalian kalau Umar datang kemari dan bersumpah akan membakar rumah ini jika kalian kemari. Aku bersumpah demi Allah ia akan melakukannya jadi pergilah dan jangan berkumpul disini”. Oleh karena itu mereka pergi dan tidak berkumpul disana sampai mereka membaiat Abu Bakar. (Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah jilid 7 hal 432 riwayat no 37045).
Riwayat ini memiliki sanad yang shahih sesuai persyaratan Bukhari dan Muslim.
Sanad Riwayat Dalam Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah

.
.
Ibnu Abi Syaibah
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Utsman Al Absi Al Kufi. Ia adalah seorang imam penghulu para hafidz, penulis banyak kitab sepertiMusnad,al Mushannaf dan Tafsir. Para ulama telah sepakat akan keagungan ilmu kejujuran dan hafalannya. Dalam Mizan Al I’tidal jilid 2 hal 490 Adz Dzahabi berkata”Ia termasuk yang sudah lewat jembatan pemeriksaan dan sangat terpercaya”. Ahmad bin Hanbal berkata ”Abu Bakar sangat jujur, ia lebih saya sukai disbanding Utsman saudaranya”. Al Khathib berkata “Abu Bakar rapi hafalannya dan hafidz”.

.
.
Muhammad bin Bisyr
Muhammad bin Bisyr adalah salah seorang dari perawi hadis dalam Kutub Al Sittah. Dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 9 hal 64, Thabaqat Ibnu Saad jilid 6 hal 394, Tarikh al Kabir jilid I hal 45, Al Jarh Wat Ta’dil jilid 7 hal 210, Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 322 dan Al Kasyf jilid 3 hal 22 terdapat keterangan tentang Muhammad bin Bisyr.

  • Ibnu Hajar berkata “Ia tsiqah”.
  • Yahya bin Main telah mentsiqahkannya
  • Al Ajuri berkata ”Ia paling kuat hafalannya diantara perawi kufah”
  • Utsman Ibnu Abi Syaibah berkata “Ia tsiqah dan kokoh”
  • Adz Dzahabi berkata ”Ia adalah Al Hafidz Al Imam dan kokoh”
  • An Nasai berkata “Ia tsiqah”.
.
.
Ubaidillah bin Umar
Keterangan tentang beliau disebutkan dalam Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 160-161, Siyar A’lam An Nubala jilid 6 hal 304, Tahdzib At Tahdzib jilid 7 hal 37, Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 637, Ats Tsiqat jilid 3 hal 143,dan Al Jarh Wa At Ta’dil jilid 5 hal 326.

  • Ibnu Hajar berkata ”Ia tsiqah dan tsabit”
  • Yahya bin Ma’in berkata ”Ia tsiqah, hafidz yang disepakati”
  • Abu Hatim berkata ”Ia tsiqah”
  • Adz Dzahabi berkata ”Ia Imam yang merdu bacaan Al Qurannya”
  • An Nasai berkata ”Ia tsiqah dan kokoh”
  • Ibnu Manjawaih berkata ”Ia termasuk salah satu tuan penduduk Madinah dan suku Quraisy dalam keutamaan Ilmu,ibadah hafalan dan ketelitian”.
  • Abu Zar’ah berkata “Ia tsiqah”.
  • Abdullah bin Ahmad berkata ”Ubaidillah bin Umar termasuk orang yang terpercaya”.
.
.
Zaid bin Aslam 
Zaid bin Aslam adalah salah seorang perawi Kutub As Sittah. Keterangan tentang beliau terdapat dalam Al Jarh Wa At Ta’dil jilid 3 hal 554, Tahdzib at Tahdzib jilid 3 hal 341, Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 326, Tadzkirah Al Huffadz jilid 1 hal 132-133, dan Siyar A’lam An Nubala jilid 5 hal 316.

  • Abu Hatim menyatakan Zaid tsiqah
  • Ya’qub bin Abi Syaibah berkata ”Ia tsiqah,ahli fiqh dan alim dalam tafsir Al Quran”
  • Imam Ahmad menyatakan beliau tsiqah
  • Ibnu Saad menyatakan “Ia tsiqah”
  • Adz Dzahabi menyebutnya sebagai Al Imam, Al Hujjah dan Al Qudwah(teladan)
  • Abu Zara’ah menyatakan Ia tsiqah
  • Ibnu Kharrasy menyatakan beliau tsiqah
  • Ibnu Hajar berkata “Ia tsiqah” .
.
.
Aslam Al Adwi Al Umari
Aslam dikenal sebagai tabiin senior dan merupakan perawi Kutub As Sittah. Beliau termasuk yang telah disepakati ketsiqahannya. Keterangan tentang Beliau dapat dilihat di Taqrib At Tahdzib jilid 1 hal 88 dan Siyar A’lam An Nubala jilid 4 hal 98

  • Adz Dzahabi berkata “Ia seorang Faqih dan Imam”
  • Al Madani berkata “Ia seorang penduduk Madinah terpercaya dan Kibar At Tabi’in”
  • Ya’qub bin Abi Syaibah berkata ”Ia tsiqah”
  • Ibnu Hajar berkata ”Ia tsiqah”
  • Abu Zara’ah berkata ”Ia tsiqah”
  • An Nawawi berkata ”Huffadz bersepakat menyatakan Aslam tsiqah”
.
.
Jadi riwayat di atas yang menyatakan adanya Ancaman Pembakaran Rumah Ahlul Bait Sayyidah Fatimah Az Zahra AS telah diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah dan tidak berlebihan kalau ada yang menyatakan riwayat tersebut shahih sesuai persyaratan Bukhari dan Muslim. Oleh karena itu sebenarnya keliru sekali kalau ada yang beranggapan bahwa Riwayat ini tidak ada dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah apalagi kalau menyatakan ini adalah riwayat yang dibuat-buat oleh golongan Syiah.Just Syiahpobhia :mrgreen: .
Salam Damai
.

APAKAH KITA KELUAR DARI ISLAM KALAU TIDAK MENGHORMATI PARA SAHABAT NABI?

Tentu saja tidak. Karena kalau menghormati sahabat itu dijadikan tolok ukur keIslaman seseorang maka semua madzhab (terutama madzhab-madzhab Ahlussunnah seperti Maliki, Hanafi, Syafi’I, dan Hambali) akan mencantumkan PENGHORMATAN TERHADAP SAHABAT NABI sebagai salah satu rukun Islam.
 .
Selama ini rukun Islam orang-orang Ahlussunnah ialah:
  1. Syahadat
  2. Shalat
  3. Puasa
  4. Zakat
  5. Haji (bagi yang mampu)
Dimanakah gerangan PENGHORMATAN TERHADAP SAHABAT NABI diletakkan?

No comments