Breaking News

Fathimah Az-Zahra mati syahid diusia muda (beliau yang hamil lalu keguguran,sakit parah) beberapa bulan setelah Umar bin Khattab menyerbu ke rumah Fatimah ! Lawak, jika Syi’ah dituduh melaknat Umar


Dr. Sayyid Husaini Qaswini:
 Jangan Abaikan Pembahasan Kesyahidan Sayyidah Fatimah as
Selain Syiah, seluruh mazhab-mazhab Islam khususnya firqah Wahabi mempunyai pendirian dalam masalah ini, yaitu kesyahidan Fathimah as adalah bukti kebenaran Syiah; oleh karena itu kelompok Wahabi berusaha keras memperselisihkan persoalan ini, dan mereka mengada-adakan syubhat dan keraguan mengenai kesyahidan putri kesayangan Rasulullah Saw tersebut.
Jangan Abaikan Pembahasan Kesyahidan Sayyidah Fatimah as
Fathimah Az-Zahra mati syahid diusia muda (beliau yang hamil lalu keguguran,sakit parah) beberapa bulan setelah Umar bin Khattab menyerbu ke rumah Fatimah ! Lawak, jika Syi’ah dituduh melaknat Umar
.
Buat saya, KESYAHIDAN Sayidah Fatimah as, merupakan cahaya gemilang untuk menemukan kebenaran haqiqi, yang tidak dapat terusik oleh kerancuan2. SUBHANALLAH dan Alhamdulillah, Tuhan telah membuat scenario rapi yang tidak bisa diubah oleh tangan- tangan jahil menyesatkan.  
ulama pakar ilmu perbandingan mazhab dan firqah-firqah dalam Islam  Hujjatul Islam Wal Muslimin Dr. Sayyid Husaini Qazwini dalam wawancaranya  memberikan penjelasan mengenai Ahlul Bait Nabi Saw khususnya yang berkenaan dengan Sayyidah Fatimah as.
Mengenai jumlah keturunan Nabi Saw, Dr. Qazwini mengatakan, “Rasulullah Saw memiliki beberapa anak. Yang masyhur dari berbagai versi sejarah beliau Saw memiliki 4 orang putra dan 4 orang putri. Diantara puteri perempuan beliau Zainab, isteri Abul ‘Ash bin al-Rabi’, Ummu Kulthum dan Ruqayyah yang menjadi isteri Utbah dan Utaibah yang juga menantu Abu Lahab (bercerai setelah turun ayat “Al Lahab”), kemudian Fathimah Az-Zahra. Sementara putera-putera beliau Saw Qosim, Tayyib dan Thahir yang mana mereka meninggal dunia sejak masih kecil. Pusara mereka terletak di permakaman Abu Thalib. Dan Anak ke-empat Rasulullah Saw Ibrahim yang lahir dari hasil pernikahan beliau dengan Mariah Qibtiyah juga lahir di Madinah, beliau wafat di kota tersebut dan dimakamkan di pemakaman Baqi’.”
Kedudukan Fathimah al-Zahra as
Di antara delapan anak-anak Nabi Saw tersebut, Fathimah Az-Zahra mempunyai kedudukan yang paling istimewa. Ini disebabkan banyak hadits dari Nabi yang menyebutkan bahwa Sayyidah Az Zahra berada di peringkat Shiddiqah Thahirah, sementara tidak seorang pun anak-anak nabi yang lain memiliki kedudukan ini. Perhatikan hadis di sini bukanlah mengenai hubungan antara seorang ayah dengan anak perempuannya, bahkan menerangkan kedudukan Zahra Mardhiyyah as di sisi Allah SWT.
Hadis kedudukan Fathimah az-Zahra as di dalam kitab-kitab Ahlusunnah
Di antara hadis-hadis keutamaan Sayyidah Fathimah az-Zahra as yang banyak terdapat di dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah bisa dijabarkan diantaranya sebagai berikut:
- Sahih al-Bukhari, jilid 4 hal. 209, hadis 3711. Nabi Saw bersabda:
فاطمة سيدة نساء اهل الجنة
Fathimah adalah penghulu wanita ahli syurga.
- Dalam kitab yang sama, jilid 4, halaman 210, hadis 3714, Nabi Saw bersabda:
فمن أغضبها فقد أغضبني
Barangsiapa yang menyebabkan Fathimah marah, maka ia menyebabkan aku marah.

Kesyahidan Fathimah membuktikan kebenaran Syiah
Selain Syiah, seluruh mazhab-mazhab Islam khususnya firqah Wahabi mempunyai pendirian dalam masalah ini, yaitu kesyahidan Fathimah as adalah bukti kebenaran Syiah; oleh karena itu kelompok Wahabi berusaha keras memperselisihkan persoalan ini, dan mereka mengada-adakan syubhat dan keraguan mengenai kesyahidan putri kesayangan Rasulullah Saw tersebut.
Syubhat pertama, mengenai hadis “Fathimah adalah bagian dariku”
Wahabi merekayasa syubhat tidak berdasar dengan menyandarkan hadis Nabi Saw, “Fathimah adalah bagian dariku” untuk merendahkan derajat Imam Ali bin Abi Talib as.
Terdapat di dalam kitab Sahih al-Bukhari hadis 3110 dimana Nabi Saw bersabda, “فاطمة بضعة مني, yaitu Fathimah adalah bagian dariku. Kemudian sebuah hadis palsu dinukilkan dari Miswar bin Makhramah yang lahir pada tahun kedua Hijrah. Berkenaan dengan perkara ini, tokoh seperti Abu Ilm salah seorang ulama besar Universitas al-Azhar dalam kitab Fathimah al-Zahra halaman 170 telah menulis bahwa hadis Ali melamar Juwirah telah terjadi di dalam tahun kedua Hijrah. Di zaman itu Miswar belum lahir ataupun masih dalam gendongan.
Bantahan Kedua, Juwirah masih kafir sampai tahun kedelapan Hijriah, jadi sangat tidak logis ia mendapat lamaran dari Imam Ali sementara Juwirah masih dalam keadaan kafir. Bantahan ketiga, ketika Nabi masih hidup, Juwirah tidak pernah ke Madinah sampai tahun kesepuluh Hijrah,
Syubhat kedua; menganggap kesyahidan Fathimah az-Zahra as sebagai cerita dongeng dan bualan orang-orang Syiah.
Namun sebagai jawaban atas syubhat tersebut:
Pertama, Ibnu Taimiyah selaku Syaikhul Wahabi di dalam kitab Minhaj al-Sunnah jilid 4 halaman 220 telah menulis bahwa: كبس البيت , iaitu: ketika orang-orang suruhan khalifah memasuki rumah Fathimah dengan kekerasan…”
Kedua,  guru Zahabi Juwaini, di dalam kitab Fara’id Simthain menukilkan sabda Nabi Saw, “Kalian akan melihat anak perempuanku akan terbunuh secara menyedihkan (مغمومة مغصوبة مقتولة).”
Ketiga, al-Marhum Kulaini meriwayatkan daripada Imam Ja’afar al-Sadiq: “Bunda kami Fathimah Az-Zahra telah syahid.”
Keempat, Shahrestani di dalam jilid pertama kitab al-Milal wan Nihal halaman 67 menukilkan daripada Nazzam bahwa khalifah kedua menendang perut Fathimah Az-Zahra yang menyebabkan beliau keguguran sebab saat itu beliau sedang mengandung.
Kelima, hal tersebut telah ditulis oleh Ibnu Hajar di dalam Mizan al-I’tidal dan Lisan al-Mizan.
Syubhat ketiga; mengapa Imam Ali as tidak membuka pintu rumah?
Syubhat yang lain menegaskan bahwa: Sekiranya Ali bin Abi Thalib di dalam rumah Fathimah Az-Zahra, mengapa pula Fathimah yang membuka pintu sehingga kejadian tersebut terjadi sedangkan membuka pintu sepatutnya dilakukan oleh laki-laki yang berada di dalam rumah, ini bertentangan dengan kemuliaan laki-laki utamanya laki-laki Arab sebagaimana tradisi yang ada.
Jawaban:
Pertama, Ibnu Asakir di dalam Kitab Tarikh Dimashq, jilid 42 menyatakan: “Nabi Saw duduk di dalam rumah sementara pintu rumah sedang diketuk. Baginda bersabda kepada Ummu Salamah:
 «یا ام السلمه قومي فافتحي له»
Wahai Ummu Salamah! bangkitlah dan bukalah pintu untuknya.”
Kedua, di dalam kitab yang sama, jilid 44, halaman 35: Umar bin al-Khattab datang dan mengetuk pintu sedangkan Nabi berada di dalam rumah. Namun baginda bersabda kepada Khadijah as,  
«افتحي يا خديجة»
Wahai Khadijah, bukalah pintu.
Ketiga: di dalam jilid pertama kitab Ihtijaj Thabarsi, jilid 292: Pada suatu hari, Nabi Saw duduk di dalam rumah di mana Amirul Mukminin Ali as mengetuk pintu. Baginda bersabda kepada Aisyah:
 «افتحي له الباب»
Bukakan pintu untuknya. Sekarang pertanyaannya apakah laki-laki Wahabi lebih mulia dibanding Nabi?
Keempat, Ibnu Taimiyah menulis di dalam kitab Minhaj al-Sunnah, tidak ada seorangpun yang membuka pintu rumah; bahkan para penyerang menyerang masuk ke dalam rumah dengan leluasa.
Kelima, menurut ayat 27 dari surah Nur, di dalam al-Quran:
یا ایها الذین آمنوا لا تدخلوا بیوتا غیر بیوتکم حتی تستانسوا
yaitu tidak boleh masuk ke dalam rumah sampai ada izin. Di tempat lain juga terdapat ayat:
یا ایها الذین آمنوا لاتدخلوا بیوت النبي الا ان یؤذن لکم
Dari perspektif lain, Suyuthi telah menulis dalam jilid ke 5 Kitab al-Durr al-Manthur, halaman 50: Rumah Zahra adalah rumah kenabian. Oleh itu Fathimah az-Zahra dan Ali as berdiri di atas kepercayaan bahwa para penyerang rumah kenabian sekurang-kurangnya menghormati rumah orang yang beriman, bukan mengabaikan perintah Allah dan RasulNya sehingga membakar rumah Ahlul Bait dan masuk ke dalam rumah dengan cara kekerasan.
Syubhat ke-empat, rumah-rumah di Madinah tidak berpintu?
Syubhat yang lain dinyatakan sebagai, rumah-rumah Madinah di zaman tersebut tidak berpintu, hanya ditutupi tirai atau tikar kayu! Mereka menciptakan syubhat tersebut untuk mendustakan peristiwa Fathimah az-Zahra berada di belakang pintu.
Namun sebagai jawaban:
Pertama, al-Quran di dalam Surah Nur menerangkan:
ولا عَلَی أَنفُسِکُمْ أَن تَأْکُلُوا مِن بُیُوتِکُم أَو بُیُوتِ آبَائِکُم أَو بُیُوتِ أُمَّهَاتِکُم أَو بُیُوتِ إِخوَانِکُم أَوْ بُیُوتِ أَخَوَاتِکُم أَو بُیُوتِ أَعمامِکُم أَوْ بُیُوتِ عَمَّاتِکُم أَوْ بُیُوتِ أَخوالِکُم أَوْ بُیُوتِ خَالاتِکُمْ أَوْمَا مَلَکتُم مَّفَاتِحَهُ أَو صَدِیقِکُم لَیسَ عَلَیْکُم جُنَاحٌ أَن تَأْکُلُوا جَمِیعًا أَوْ أَشْتَاتًا
Yaitu, dan juga tidak ada salahnya bagi kamu makan di rumah kamu sendiri, atau di rumah bapak kamu, atau di rumah ibu kamu, atau di rumah saudara kamu yang lelaki, atau di rumah saudara kamu yang perempuan, atau di rumah bapak saudara kamu, atau di rumah ibu saudara kamu, atau di rumah bapak saudara kamu, atau di rumah ibu saudara kamu, atau di rumah yang kamu miliki kuncinya, atau di rumah sahabat kamu; tidak juga merupakan kesalahan bagi kamu, makan bersama-sama atau sendirian.
Sekarang, sekiranya rumah-rumah di Madinah saat itu tidak mempunyai pintu, apakah mereka akan memasang kunci pada tirai dan tikar kayu? Atau – Na’uzubillah – Al-Quran khilaf dalam perkara ini? maka kita perlu mengatakan bahwa yang menyatakan syubhat tersebut sedikit pengetahuannya mengenai Al-Qur’an.
Kedua, di dalam kitab Sahih Muslim – antara kitab paling muktabar setelah al-Quran di kalangan Ahlusunnah – dalam jilid ke 6 halaman 105, hadis 5136, dinyatakan bahwa Nabi Saw memerintahkan: Tutuplah pintu di waktu malam. Apakah mereka menutup tikar kayu atau tirai? Apakah mereka menyebut tirai sebagai pintu?
Ketiga, Bukhari telah menulis di dalam jilid pertama, Kitab Al-Adab al-Mufrad, halaman 272:
فسألته عن بيت عائشة فقال كان بابه من وجهة الشام فقلت مصراعا كان أو مصراعين قال كان بابا واحدا قلت من أي شيء كان قال من عرعر أو ساج
Perawi bertanya: Pintu rumah Aisyah mempunyai satu daun pintu atau dua? jawabnya: satu pintu, aku bertanya jenis apakah ia? jawabnya: dari pohon juniper atau saj.
Sekarang, bagaimana mungkin rumah Aisyah mempunyai pintu yang dibuat dari kayu juniper, namun rumah Fathimah anak Nabi tidak mempunyai pintu sebagaimana yang telah disebutkan?.
Wahabi Bungkam Mengenai Kesyahidan Fathimah az-Zahra.
Cerita Dr. Qaswini lagi, “Saya pernah berdebat dengan salah seorang syeikh Wahabi di Dubai. Saya tunjukkan kepadanya Sahih Bukhari dan bertanya, apakah anda terima hadis ini; yaitu Nabi Saw bersabda Fathimah as adalah bagian dari diriku, barangsiapa yang menyakitinya maka ia telah menyakitiku? Jawabnya saya terima. Saya berkata, apakah kamu juga terima bahwa Fathimah as telah murka kepada Syaikhain (Abu Bakar dan Umar)? Jawabnya: ini adalah kedustaan yang dibuat-buat oleh Syiah. Lantas saya buka kitab Sahih al-Bukhari dan menunjukkan hadis ini kepadanya. Beliau melihat tulisan pada sampul kitab tersebut dan berkata: Kitab ini telah dicetak di Beirut, dan saya tidak menerimanya, bawakan kitab yang telah dicetak di Arab Saudi! Saya berkata, Percetakan kitab ini bukanlah milik Syiah. Lagi pula di Lebanon Syiah bukanlah penduduk mayoritas. Sekiranya satu hadis dalam kitab mereka diubah, sudah pasti percetakannya akan ditutup, apa lagi sekiranya hadis ini dicetak dengan kedustaan!
Setelah itu saya tunjukkan kepadanya sebuah riwayat dari kitab Shahrestani dan Ibnu Qutaibah Dainuri yang menegaskan kesyahidan Fathimah Zahra as. Ketika hadis-hadis yang terdapat dalam kitab-kitabnya tersebut saya bacakan, beliau menggelengkan kepalanya seraya berkata, “Esok malam saya akan membawakan jawaban kepada anda.”
Besok malam, saya telah menunggu lama, namun dia tetap tidak datang. Saya menelepon kepada tuan rumahnya dan bertanya, Kenapa Syeikh tidak datang untuk meneruskan dialog? Tuan rumahnya berkata, “Syeikh Wahhabi itu sedang menulis sepucuk surat kepada salah seorang ulama besar Arab Saudi dan berkata: Saya telah menemui jalan buntu dalam perdebatan mengenai Fathimah az-Zahra, dan secara zahirnya seluruh bukti-bukti adalah sahih. Tolong kirimkan saya jawaban yang merontokkan gigi.
Menarik perhatian di sini, setelah seminggu barulah jawaban tiba yaitu: Hadis-hadis ini memang sahih dan terdapat di dalam kitab-kitab kita, namun janganlah sekali-kali kamu membahas dan mendiskusikannya dengan ulama Syiah!
Betapa pentingnya persatuan Islam dengan memelihara syiar-syiar Fathimah
Topik persatuan Islam sangatlah penting, Fathimah az-Zahra as juga mempunyai kedudukan yang tinggi sebagaimana ucapan al-Marhum Ayatullah Fadhil Lankarani, kedudukan Fathimah tidaklah bertentangan dengan masalah persatuan.
Dari satu sisi yang lain, pengaburan tema-tema mengenai kesyahidan Sayyidah Fathimah as menyebabkan kebenaran Syiah juga diselimuti kekaburan. Oleh karena itu persatuan kita hendaklah berdiri di atas prinsipnya yaitu pengungkapan hakikat sejarah yang sesungguhnya, namun pada saat yang sama kita tidak diperkenankan menyerang simbol suci Ahlusunnah.
Imam Khomeini selaku tokoh yang menyeru persatuan tidak pernah sekalipun mengabaikan pembahasan mengenai kesyahidan Sayyidah Fatimah as. Namun saat yang sama beliau juga menegaskan pentingnya masalah persatuan umat Islam. Karena itu, setiap tahunnya, di hari peringatan kesyahidan Sayyidah Fatimah, pemimpin besar Revolusi Islam Iran tersebut tetap melakukan majelis duka di rumah beliau
Sayyidah Fatimah as dalam Ucapan Ulama-ulama Ahlus Sunnah
Sayyidah Fatimah as dalam Ucapan Ulama-ulama Ahlus Sunnah
“Fatimah lebih utama atas semua perempuan baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Adalah sabda Rasulullah Saw yang menunjukkan keutamaan Fatimah atas semua perempuan adalah sesuatu yang pasti (tidak ada keraguan didalamnya), karena beliau adalah ruh dan jiwa Rasulullah, bahkan lebih utama dari Aisyah sekalipun.”
 
 Tidak ada yang dapat memungkiri mengenai keagungan, keutamaan dan kemuliaan Sayyidah Fatimah as. Ali Syariati mengatakan, “Saya tidak dapat mengungkapkan apapun mengenai Fatimah, kecuali satu hal, Fatimah adalah Fatimah.”
Dalam kitab-kitab klasik Syiah maupun kontemporer kita menemukan bejibun pernyataan, syair, puisi yang mencoba memuji keutamaan Sayyidah Fatimah as, namun kesemuanya itu tidak mampu mewakili keutuhan pribadi Sayyidah Fatimah as. Nabi Muhammad Saw berkenaan dengan putri tercintanya pernah bersabda, “Jika semua kebaikan dikumpulkan dan diletakkan disebuah tempat, maka az Zahra masih jauh lebih baik dari semua kebaikan tersebut.” Yang bisa kita ketahui dari apa yang dimaksudkan Nabi Saw tersebut, penjelasan dan gambaran apapun yang dikemukakan tidak bisa mewakili kemuliaan dan keagungan hadhrat Fatimah az Zahra as.
Literarur Ahlus Sunnahpun tidak luput dari menceritakan sebagian dari keutamaan Sayyidah Fatimah az Zahra as tersebut. Jalaluddin Suyuti dalam kitab ال‍ث‍غ‍ور ال‍ب‍اس‍م‍ه‌ ف‍ی‌ ف‍ض‍ائ‍ل‌ ال‍س‍ی‍ده‌ ف‍اطم‍ه‌ (kitab yang ditulis khusus berkenaan dengan Sayyidah Fatimah as mengenai fadilah-fadilah beliau baik sebelum hijrah maupun setelah hijrah, serta kumpulan hadits-hadits yang diriwayatkan Sayyidah Fatimah maupun nukilan ucapan-ucapan beliau) menulis: “Kami berkeyakinan, sebaik-baik perempuan seluruh alam adalah Bunda Maryam dan Sayyidah Fatimah.” Syaikh Mahmud Afandi Alusi yang lebih dikenal dengan nama Syaikh Al Alusi dalam kitab tafsirnya Ruh al Ma’ani pada jilid 3 hal. 138 menulis, “Fatimah lebih utama atas semua perempuan baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Adalah sabda Rasulullah Saw yang menunjukkan keutamaan Fatimah atas semua perempuan adalah sesuatu yang pasti (tidak ada keraguan didalamnya), karena beliau adalah ruh dan jiwa Rasulullah, bahkan lebih utama dari Aisyah sekalipun.”
Syaikh Fakhr al Din al Razi dalam magnum opusnya ‘Tafsir al Kabir’ menjelaskan mengenai makna al Kautsar (anugerah yang melimpah) dalam surah al Kautsar. Beliau menulis, “Surah al Kautsar turun untuk membantah mereka yang berpandangan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak akan memiliki keturunan. Oleh karena itu surah tersebut berkenaan mengenai karunia yang Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad Saw berupa keturunan yang akan terjaga sepanjang zaman. Perhatikan, betapa banyak dari keluarganya yang terbunuh, namun orang-orang berilmu dari kalangan keturunan Rasulullah Saw sangat banyak dan melimpah. Dan tak seorangpun dari keluarga Bani Umayyah yang mampu menyaingi salah satupun dari keluarga Nabi. Dan perhatikan pula, dari keturunan Nabi lahir ulama-ulama besar seperti al Baqir, as Shadiq, al Kadzim dan ar Ridha serta Nafs Zakiah (nama aslinya Muhammad bin Abdullah bin al Hasan, salah seorang keturunan imam al Hasan as yang pada tahun 145 H syahid di masa pemerintahan al Manshur).” (Tafsir al Kabir, jilid 32, hal. 124).
Jadi dalam kitab tafsirnya tersebut, ulama mufassir Sunni ini menyebutkan, bahwa anugerah melimpah dari Allah SWT untuk nabi Muhammad Saw yang dimaksud adalah keturunan yang dimulai dari Sayyidah Fatimah az Zahrah yang lahir dari beliau ulama-ulama dan pejuang-pejuang Islam yang menegakkan dan menjaga agama dari berbagai anasir yang hendak merusak dan menodainya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh An Naisabury dalam Kitab Gharaib Al Qur’an Wa Raghaib Al Furqan jilid 8, hal. 576.
Salam atasmu duhai putri sebaik baiknya makhluk, salam atasmu wahai putri nabi, salam atasmu wahai istri al-washi, salam bagimu duhai ibu al-Hasan dan al-Husain, salam atasmu wahai wanita suci yang dizhalimi dan diambil haknya, salam bagi ruh dan jasadmu yang suci nan semerbak dari lisan yang penuh dengan dosa ini
Sayyidah Fathimah az Zahra; Biografi dan Kepribadiannya
Nama: Fatimah
Gelar: Az-Zahra’
Julukan: Ummu Aimmah, Sayyidatu nisâil `âlamîn, Ummu Abihâ.
Ayah: Muhammad Rasulullah saw
Ibu: Khadijah Al-Kubra

Tempat/Tgl Lahir: Mekkah, hari Jum’at, 20 Jumadits Tsani
Hari/Tgl Wafat: Selasa, 3 Jumadits Tsani 11 H.
Umur: 18 tahun.
Makam: Baqi’, Madinah Al-Munawwarah.
Jumlah putera dan puteri: 2 laki-laki, dan 2 perempuan.
Laki-laki: Al-Hasan dan Al-Husein
Perempuan: Zainab dan Ummu Kaltsum.

.
Fatimah as adalah salah seorang puteri Rasulullah saw. Ia merupakan wanita yang paling mulia kedudukannya. Kemuliaannya diperoleh sejak menjelang kelahirannya, ketika kelahirannya dibidani oleh 4 wanita suci.
Ketika menjelang kelahirannya ibunda tercintanya Khadijah Al-Khubra as meminta tolong kepada wanita-wanita Qurays tetangganya. Tapi mereka menolaknya sambil mengatakan kepadanya bahwa ia telah mengkhianati mereka mendukung Muhammad. Saat itu ia bingung kepada siapa harus minta tolong untuk melahirkan puteri tercintanya. Saat kebingungan Khadijah as mengatakan: “Aku terkejut luar biasa ketika aku menyaksikan empat wanita yang berwajah cantik dilingkari cahaya, yang sebelumnya aku tidak aku kenal mereka. Mereka mendekatiku, Saat aku dalam keadaan yang cemas, salah seorang dari mereka menyapaku: Aku adalah Sarah ibunda Ishaq; dan yang tiga yang menyertaiku adalah

Maryam ibunda Isa, Asiah puteri Muzahim, dan Ummu Kaltsum saudara perempuan Musa. Kami semuanya diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan ilmu kebidanan kami jika anda bersedia. Sambil mengatakan hal itu, mereka duduk di sekitarku dan memberikan pelayanan sampai puteriku Fatimah as lahir.”
Fatimah as berbicara saat dalam Kandungan

Sejak masih dalam kandungan ibundanya, Fatimah as sering menghibur dan mengajak bicara ibunya. Rasulullah saw bersabda: “Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku memakannya lalu aku berhubungan dengan Khadijah lalu ia mengandung Fatimah. Khadijah berkata: “Aku hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau keluar rumah janin dalam kandunganku mengajak bicara denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy untuk dapat membantu melahirkan janinku, tapi mereka tidak mau datang bahkan mereka berkata: Kami tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad. Maka ketika itulah datanglah empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya, dan salah dari mereka berkata: Aku adalah ibumu Hawa’; yang satu lagi berkata: Aku adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kaltsum saudara perempuan Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku adalah Maryam binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk menolong urusanmu ini. Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah Fatimah dalam kedaan sujud dan jari-jarinya terangkat seperti orang sedang berdoa.” (Dzakhâir Al-`Uqbâ, halaman 44)
Menjelang usia 5 tahun, Fatimah as ditinggal wafat oleh ibunda tercintanya. Sehingga ia harus menggantikan posisi ibunya, berkhidmat kepada ayahnya, membantu dan menolong Rasululah saw. Sehingga ia mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Tidak jarang Fatimah as menyaksikan ayahnya disakiti orang-orang kafir Quraisy. Ia menangis saat-saat menyaksikan ayahnya menghadapi ujian yang berat akibat prilaku orang-orang kafir Quraisy. Bahkan tangan Fatimah yang berusia kanak-kanak yang membersihkan kotoran di kepala ayahnya saat melempari Rasulullah saw dengan kotoran.

Fatimah as buah surga dan tidak pernah haid. Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ketika aku diperjalankan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga, dan aku tidak melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan. Buah itu menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi aku berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu setiap aku rindu bau surga aku mencium bau Fatimah.” (tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra’: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156)
Fatimah as digelari Az-Zahra’
Abban bin Tughlab pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq as: Mengapa Fathimah digelari Az-Zahra’? Ia menjawab: “Karena Fathimah as memacanrkan cahaya pada Ali bin Abi Thalib tiga kali di siang hari. Ketika ia melakukan shalat sunnah di pagi hari, dari wajahnya memancar cahaya putih sehingga cahayanya memancar dan menembus ke kamar banyak orang di Madinah dan dinding rumah mereka diliputi cahaya putih. Mereka heran atas kejadian itu, lalu mereka datang kepada Rasulullah saw dan menanyakan apa yang mereka saksikan. Kemudian Nabi saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah. Lalu mereka mendatanginya, ketika sampai di rumahnya mereka melihat Fathimah sedang shalat di mihrabnya. Mereka melihat cahaya di mihrabnya, cahaya itu memancar dari wajahnya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan di rumah mereka adalah cahaya yang terpancar dari wajah Fathimah as.
Ketika Fathimah as melakukan shalat sunnah di tengah hari cahaya kuning memancar dari wajahnya, cahaya itu menembus ke kamar rumah orang banyak, sehingga pakaian dan tubuh mereka diliputi oleh cahaya berwarna kuning. Lalu mereka datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang apa yang mereka saksikan. Nabi saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah as, saat itu mereka melihat dia sedang berdiri dalam shalat sunnah di mihrabnya, cahaya kuning itu memancar dari wajahnya pada dirinya, ayahnya, suaminya dan anak-anaknya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan itu adalah berasal dari cahaya wajah Fathimah as.
Ketika Fathimah as melakukan shalat sunnah di punghujung siang saat mega merah matahari telah tenggelam wajah Fathimah memancarkan cahaya merah sebagai tanda bahagia dan rasa syukur kepada Allah Azza wa Jalla. Cahaya itu menembus ke kamar orang banyak sehingga dinding rumah mereka memerah. Mereka heran atas kejadian itu. Kemudian mereka datang lagi kepada Rasulullah saw menanyakan kejadian itu. Nabi saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah as. Ketika sampai di rumah Fathimah mereka melihat ia sedang duduk bertasbih dan memuji Allah, mereka melihat cahaya merah memancar dari wajahnya. Sehingga mereka tahu bahwa bahwa cahaya yang mereka saksikan itu berasal dari cahaya wajah Fathimah as. Cahaya-cahaya itu selalu memancar di wajahnya, dan cahaya itu diteruskan oleh putera dan keturunannya yang suci hingga hari kiamat.” (Bihârul Anwar 43: 11, hadis ke 2)
Fatimah as digelari penghulu semua perempuan
Fatimah as mendapat gelar penghulu semua perempuan (sayyidatu nisâil `alamîn). Aisyah berkata: Fatimah as datang kepada Nabi saw dengan berjalan seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw mengucapkan: “Selamat datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan duduk di sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu Fatimah menangis. Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya: “Mengapa kamu menangis?” Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya. Lalu ia tertawa dan berkata: Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat dengan kesedihan seperti hari ini. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw. Fatimah menjawab: Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw sehingga beliau wafat. Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi saw berbisik kepadaku): “Jibril berbisik kepadaku (Rasulullah saw), Al-Qur’an akan menampakkan padaku setiap setahun sekali, dan ia akan menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku yang menyusulku.” Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua perempuan ahli surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman?” Kemudian Fatimah tertawa. (Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian dalam Islam; Musnad Ahmad 6: 282, hadis ke 25874)
Fatimah as menyerupai Nabi saw
Aisyah Ummul mukminin berkata: Aku tidak pernah melihat seorangpun yang paling menyerupai Rasulullah saw dalam sikapnya, berdiri dan duduknya kecuali Fatimah puteri Rasulullah saw. Selanjutnya Aisyah berkata: Jika Fatimah datang kepada Nabi saw, beliau berdiri menyambut kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. Demikian juga jika Nabi saw datang kepadanya ia berdiri menyambut kedatangan beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya…” (Shahih At-Tirmidzi 2: 319, bab keutamaan Fathimah; Shahih Bukhari, bab Qiyam Ar-Rajul liakhihi, hadis ke 947; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah)
Marah Fatimah as Marah Rasulullah saw
Rasulullah saw bersabda: “Fatimah adalah bagian dari diriku, barangsiapa yang membuatnya marah ia telah membuatku marah.” (Shahih Bukhari, kitab awal penciptaan, bab manaqib keluarga dekat Rasulullah saw; Kanzul Ummal 6: 220, hadis ke 34222)
Sakit Fatimah as Sakit Rasulullah saw
Rasulullah saw bersabda: “Fatimah adalah bagian dari diriku, menggoncangkan aku apa saja yang menggoncangkan dia, dan menyakitiku apa saja yang menyakitinya.” (Shahih Bukhari, kitab Nikah; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah; Musnad Ahmad bin Hanbal 4: 328, hadis ke 18447)
Sebagian Karamah Fatimah Az-Zahra’ as
Jabir Al-Anshari, salah seorang sahabat Nabi saw berkisah bahwa beberapa hari Rasulullah saw tidak makan sedikit pun makanan sehingga diriku lemas, kemudian beliau mendatangi isteri-isteriku untuk mendapatkan sesuap makanan, tapi tidak mendapatkannya di rumah mereka. Lalu beliau mendatangi Fatimah as dan berkata: “Wahai puteriku, apakah kamu punya makanan untuk aku? aku lapar. Fatimah as berkata: Demi Allah, demi ayahku dan ibuku, aku tidak punya makanan.
Ketika Rasulullah saw keluar dari rumah Fatimah as, ada seorang perempuan mengirimkan dua potong roti dan sepotong daging, lalu Fatimah as mengambilnya dan meletakkannya dalam mangkok yang besar dan menutupinya. Fatimah as berkata: Sungguh makanan ini aku akan utamakan untuk Rasulullah saw daripada diriku dan keluargaku. Padahal mereka juga membutuhkan sesuap makanan.
Fatimah as berkata: Lalu aku mengutus Al-Hasan dan Al-Husein kepada kakeknya Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw datang padaku. Aku berkata: Ya Rasulallah, demi ayahku dan ibuku, Allah telah mengkaruniakan kepada kami sesuatu, lalu aku menyimpannya untuk kupersembahkan kepadamu.
Fatimah as berkata: Ada seseorang mengantarkan makanan padaku, lalu aku meletakkannya dalam mangkok besar dan aku menutupinya. Saat itu juga dalam mangkok itu penuh dengan roti dan daging. Ketika aku melihatnya aku takjub. Aku tahu bahwa itu adalah keberkahan dari Allah swt, lalu aku memuji Allah swt dan bershalawat kepada Nabi-Nya.
Rasulullah saw bertanya: “Dari mana makanan ini wahai puteriku?” Fatimah menjawab: Makanan ini datang dari sisi Allah, sesungguhnya Allah mengkaruniakan rizki kepada orang yang dikehendaki-Nya dari arah yang tak terduga. Kemudian Rasulullah saw mengutus seseorang kepada Ali as lalu ia datang. Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Al-Hasan, Al-Husein as dan semua isteri Nabi saw makan makanan itu sehingga mereka merasa kenyang, dan makanan itu tetap penuh dalam mangkok itu.
Fatimah as berkata: Lalu aku juga mengantarkan makanan itu pada semua tetanggaku, Allah menjadikan dalam makanan itu keberkahan dan kebaikan yang panjang waktunya. Padahal awalnya makanan dalam mangkok itu hanya dua potong roti dan sepotong daging, selebihnya adalah keberkahan dari Allah swt.
Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepada Fatimah dan Ali as: “Segala puji bagi Allah yang tidak mengeluarkan kalian berdua dari dunia sehingga Allah menjadikan bagimu (Ali) apa yang telah terjadi pada Zakariya, dan menjadikan bagimu wahai Fatimah apa yang telah terjadi pada Maryam. Inilah yang dimaksudkan juga dalam firman Allah swt: “Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, ia dapati makanan di sisinya.” (Ali-Imran: 37).

Kisah dan riwayat ini terdapat di dalam:
1.Tafsir Al-Kasysyaf, Az-Zamakhsyari, tentang tafsir surat Ali-Imran: 37.
2.Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang ayat ini.

Ini adalah hanya sebagian dari pribadi Fatimah Az-Zahra as yang bisa kami ungkapkan. Masih banyak lagi tentang keutamaan dan karamahnya tak mungkin diungkapkan dalam tulisan yang sangat singkat ini, karena akan membutuhkan buku yang sangat tebal jika hendak diungkapkan secara lebih detail

No comments