Perencanaan Beban Gempa Sesuai ASCE 7-10
Periode Getar Struktur, Mengapa Begitu Penting, Bagian I – Gempa
27 Maret 2013
Bagian I – Gempa
Tulisan ini merupakan bagian pertama dari total 2 tulisan.
Bagian I adalah gempa, bagian II adalah Angin.
“Each earthquake tells us a story. Sometimes it confirms something we know, or sometimes it tells us something we didn’t know.” (I. M. Idriss).
I. Pendahuluan
Sebagaimana tulisan saya sebelumnya, perancangan struktur tahan gempa (seismic design)
merupakan suatu proses yang tidak sederhana, dibutuhkan pemahaman dan
konsistensi mengenai konsep desain yang menyeluruh. Penulis sering
mendengar, perancangan tahan gempa sudah selesai ketika beban gempa
sudah dihitung (atau di-input). Pandangan seperti itu adalah
salah besar, mengingat menghitung beban gempa adalah porsi kecil dalam
suatu desain rumit yang berintegrasi, masih banyak proses yang harus
dijalani, seperti mengaplikasikan desain kapasitas, memastikan elemen
balok gagal dalam mekanisme lentur (tidak gagal geser), memastikan kolom
lebih kuat dari balok, memastikan HBK / joint memiliki kuat geser yang cukup, memastikan pondasi mengalami penurunan yang masih dalam batas toleransi, detailing dan lain-lain.
Sebagaimana yang disebut oleh Frank E. Mcclure, mantan President Earthquake Engineering Research Institute, EERI (dalam McClure, 2006) bahwa “peraturan bangunan sendiri tidak bisa menjamin konstruksi yang baik. Perancangan yang baik oleh Engineers
dengan pengalaman dalam bangunan tahan gempa, berpasangan dengan
inspeksi lapangan yang cukup dari orang yang kompeten, serta pelaksanaan
pekerjaan yang baik oleh Kontraktor berpengalaman adalah maksud utama
dalam mencapai bangunan tahan gempa”.
Taranath (2010) menjelaskan, “analisis yang mendetail dari suatu
struktur pun tidak secara langsung menjamin struktur tersebut tahan
gempa. Persyaratan tambahan diperlukan untuk menyediakan derajat
konsistensi yang cukup untuk memastikan ketahanan gempa suatu struktur.
Harus selalu diingat bahwa respon aktual suatu struktur terhadap gempa
sering kali tidak merefleksikan konsep asli si engineer atau
pemodelan struktur seperti “diatas kertas”. Apa yang menjadi refleksi
asli suatu struktur adalah ketika struktur tersebut selesai dibangun.
Dengan demikian, tulisan berikut merupakan suatu proses untuk lebih
memahami perancangan struktur tahan gempa (seismic design). Penulis
memang sengaja memperbanyak tulisan, dikarenakan penulis percaya dengan
istilah “hitungan itu gampang, pemahaman konseplah yang jauh lebih
penting”.
Memahami perilaku struktur sangatlah penting, agar optimalisasi desain tercapai.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa analisis sangat erat
kaitannya dengan asumsi yang digunakan. Dengan demikian, tulisan ini TIDAK
dimaksudkan untuk membenarkan/menyalahkan metode analisis yang lain.
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberi pilihan (opsi) beserta latar
belakangnya.
***
Periode getar struktur (fundamental period), biasa disimbolkan dengan T atau Ta
merupakan properti yang sangat penting untuk diketahui dalam proses
perancangan struktur, khususnya dalam struktur bangunan tahan gempa yang
menjadi perhatian dalam tulisan ini.
Kenapa periode getar struktur menjadi begitu penting? Karena periode
getar strukturlah yang akan menentukan besarnya beban gempa (dan beban
angin) yang akan diaplikasikan dalam perancangan struktur (selain
faktor-faktor lain seperti nilai R, I, dan lain-lain).
Meskipun demikian, ternyata masih banyak teman-teman penulis yang
sering lupa, oleh karena itu, tulisan ini bermaksud untuk
mengingatkannya.
Tulisan berikut dimaksudkan untuk solusi praktis, sehingga pembaca yang tertarik lebih detail, dipersilahkan untuk membaca textbook, terutama tentang getaran.
II. Teori
Getaran Bebas (Free Vibration)
Sebagaimana diketahui, umumnya segala benda dibumi
ini mengalami peredaman, diantaranya adalan gesekan antara dua bidang
permukaan, gesekan dengan zat cair atau zat gas yang mengelilingi,
gesekan yang terjadi pada sambungan maupun gesekan antar molekul didalam
benda itu sendiri. Namun dalam analisis dinamik terdapat suatu
pendekatan, yaitu gerakan benda dianggap tidak teredam, artinya gerakan benda tersebut tidak mengalami peredaman. Gerakan tanpa redaman itu disebut gerakan bebas (undamped free vibration).
Getaran bebas terjadi ketika struktur berosilasi dibawah aksi dari
suatu gaya yang melekat dalam struktur tanpa adanya gaya luar.
Kekuatan-kekuatan yang melekat tersebut muncul dari kecepatan awal (initial velocity) dan perpindahan (displacement)
yang dimiliki struktur pada awal fase getaran bebasnya (Anderson,
2001). Sebagaimana diketahui, periode getar struktur, yang selanjutnya
akan disebut sebagai periode getar adalah properti dinamik dari suatu
struktur.
Periode getar T adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu
putaran lengkap dari suatu getaran ketika terganggu dari posisi
keseimbangan statis dan kembali ke posisi aslinya. Periode getar juga
sering disebut secara lengkap dengan “periode getar alami struktur” (natural fundamental period),
dimana istilah “alami” tersebut digunakan untuk menggambarkan setiap
getaran untuk menekankan fakta bahwa hal tersebut merupakan properti
alami dari struktur yang bergantung pada massa dan kekakuan yang
bergetar secara bebas tanpa adanya gaya luar.
Untuk memahami, dapat dilihat gambar dari FEMA 451B (2007) berikut:
Gambar 1. Undamped Free Vibration (FEMA 451B, 2007)
Namun, pada struktur nyata, perhitungan yang eksak mengenai periode getar struktur sangatlah sulit untuk dilakukan
(jika tidak ingin dikatakan tidak mungkin), karena periode getar adalah
fungsi dari massa dan kekakuan seperti pada rumus diatas.
Kekakuan dipengaruhi oleh elemen non struktural yang umumnya tidak
dipertimbangkan dalam perancangan, sedangkan massa adalah sebuah
kuantitas acak yang tergantung pada penggunaan struktur pada saat
terjadi gempa.
Sesuai konsep dasar getaran dan Gambar 1, maka amplitudo getaran
adalah konstan, sehingga getaran, secara teori, akan terus bergetar
tanpa batas waktu (konsep tanpa redaman). Hal ini tidak sepenuhnya dapat
diterima, karena getaran seharusnya berkurang seiring waktu, yang
mengarah pada konsep redaman pada struktur (Anderson, 2001).
Pada analisis dinamik, periode getar diasosiasikan dengan pola goyangan (mode shape). Mode shape yang memiliki frekuensi terendah (periode terpanjang) disebut sebagai mode shape pertama (mode satu atau fundamental mode).
Pada analisis dinamik, mode shape pertama yang umumnya
diadopsi, artinya struktur dianggap cukup fleksibel dengan lantai-lantai
tingkat yang relatif kaku (Widodo, 2001). Setiap struktur memiliki
banyak frekuensi natural yang berhubungan dengan mode shape sebagai degree of freedom (DoF).
Dewasa ini analisis untuk mencari mode shape (eigenvalue analysis) dilakukan dengan komputer.
Namun, dengan semakin berkembangnya komputer, tidak serta merta
pemodelan yang dilakukan adalah “benar”, meskipun analisis dilakukan
secara tiga dimensi (3D). Terdapat beberapa celah, dimana analisis
dinamik (eigenvalue analysis) yang digunakan untuk menghitung mode shape dan periode getar menjadi kurang tepat, diantaranya adalah:
- Penyederhanaan yang berlebihan pada model analisis (over-simplified).
- Terlalu rumitnya pemodelan struktur (memiliki banyak DoF).
- Model analitik pada eigenvalue analysis umumnya mengabaikan elemen non struktural yang mampu memberikan kekakuan (stiffening effect) seperti tembok yang ada pada struktur.
- Model analitik pada eigenvalue analysis umumnya mengabaikan kolom yang hanya menahan beban gravitasi (gravity-only columns) yang mampu memberikan kekakuan (stiffening effect) .
Meskipun demikian, analisis dinamik (eigenvalue analysis) tetaplah diperlukan, dan wajib dilakukan, sebagai kontrol dalam perancangan.
III. Periode getar hasil eksperimen
Pemahaman akan teori getaran diatas tidak serta merta dapat diaplikasikan langsung, khususnya untuk bangunan bertingkat rendah (low rise buildings) dan bangunan bertingkat menengah (mid rise buildings), dimana Equivalent Lateral Force (ELF) Analysis atau Statik Ekivalen dapat diterapkan.
Seperti biasa, tetap diperlukan verifikasi lapangan, atau uji eksperimen, agar pola yang benar dominan terjadi dapat diketahui.
Ada sebuah quote yang menarik yang kiranya perlu kita renungkan dalam dunia Structural Engineering, oleh Werner von Braun, seorang Ilmuan Roket :
“One test result is worth one thousand expert opinions“
Maka, di Amerika Serikat, sejumlah besar instrumen perekam (strong motion instruments)
telah diletakkan pada banyak bangunan konstruksi yang umum didaerah
resiko gempa tinggi oleh U.S. Geological Survey (USGS) dan California
Division of Mines and Geology(periods computed from accelerograph records).
Setelah beberapa tahun, hal tersebut telah memberikan hasil/data
periode getar struktur aktual dari berbagai gedung tersebut akibat gempa
bumi (FEMA 450-2, 2003).
Setelah hasil/data periode getar struktur aktual didapat, periode
getar selanjutnya ditentukan dari rumus empiris yang didapat dari data
instrumen saat gempa San Fernando 1971 (FEMA 303, 1997; FEMA 369, 2001;
FEMA 450-2, 2003) dan gempa Northridge1994 (Jacobs, 2008), yang
merupakan data statistik dari gedung-gedung di California (FEMA P750,
2009).
Data tersebut digunakan untuk menentukan persamaan/rumus batas atas dan batas bawah menggunakan analisis regresi (regression analysis) (Jacobs, 2008).
Gambar 2. Variasi periode getar struktur terhadap tinggi bangunan (FEMA P-750, 2009).
IV. Periode getar di peraturan (code)
Setelah kita mengetahui latar belakang hasil pengujian periode getar
di California, US, maka selanjutnya kita akan membahas periode getar di
peraturan (code).
Sekali lagi penulis mengingatkan, periode getar ini hanya dimaksudkan
pada kondisi Equivalent Lateral Force (ELF) Analysis atau Statik
Ekivalen.
Penentuan Periode Getar Struktur
Pada level praktek, umumnya lebih disukai bahwa penentuan periode
getar menggunakan metode analisis modal dan prinsip mekanika struktur.
Namun, metode mekanika struktur tidak bisa digunakan untuk menghitung mekanika struktur sebelum struktur selesai dirancang.
Well, my friend, we are running in circle.
Pada prinsipnya, periode getar struktur adalah produk dari massa dan
kekakuan, yang mana tidak bisa didapat jika struktur belum selesai
dirancang (karena massa dan kekakuan belum “ada”). Tetapi, pada
dasarnya, seismic design juga tidak bisa dimulai tanpa adanya periode getar struktur dan periode getar struktur tidak bisa dilakukan jika seismic design belum dilakukan. Menghadapi situasi ini, code memberikan suatu formula pendekatan agar proses desain dapat dimulai. Formula pendekatan tersebut pada dasarnya akan menghasilkan periode getar yang lebih pendek dari pada periode getar “real”,
dimana maksud dari hal tersebut adalah jika periode getar “awal”
tersebut tidak direvisi, maka perancangan struktur akan tetap aman
(konservatif), dimana periode getar struktur yang kecil akan
menghasilkan base shear yang lebih besar yang digunakan dalam desain (Ghosh & Fanella, 2003).
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa periode getar struktur
sangat dipengaruhi oleh kekakuan (dan massa) yang diasumsikan, dimana
perbedaan penggunaan “gross section” ataupun “cracked section” memberikan perbedaan yang besar (misalnya seberapa “rendah” penggunaan “cracked section”).
Oleh karena itu, persamaan yang diberikan dalam code (ASCE
7-10) tersebut merupakan suatu metode pendekatan yang bisa digunakan
untuk memperkirakan periode getar, dimana hanya (sangat) sedikit informasi yang tersedia
saat perancangan awal. Metode pendekatan tersebut didasarkan pada
formula sederhana yang hanya menyediakan deskripsi umum dari tipe
struktur (seperti portal baja, portal beton, sistem shear wall, braced frame,
dan lain-lain) dan dimensi total (seperti ketinggian total dan
panjang/lebar struktur) untuk memperkirakan periode getar struktur dalam
rangka menghitung base shear untuk desain awal (preliminary design). Diharapkan, base shear yang didapat tersebut memberikan hasil yang konservatif. Bahkan untuk desain akhir (final design),
penggunaan nilai periode getar yang terlalu besar (tidak realistis)
dapat memberikan hasil yang tidak konservatif (terlalu berani) (FEMA
450-2, 2003). Lebih lanjut, FEMA 450-2 (2003) menyebutkan, dengan
demikian, periode getar struktur yang digunakan harus lebih kecil dari
periode getar struktur yang dihitung.
Hasil yang konservatif tersebut didapat dari diabaikannya efek
kekakuan dari komponen non struktural dan ketahanan lateral dari kolom,
balok dan pelat (Taranath, 2010).
FEMA 450-2 (2003) juga menyebutkan, umumnya telah diterima bahwa
persamaan empiris diatas telah disesuaikan terhadap tipe konstruksi yang
umum didaerah dengan persyaratan gaya lateral (gempa) yang tinggi.
Selain itu, umumnya juga telah dipercaya bahwa sangat jarang gedung
didaerah resiko gempa rendah akan dirancang untuk menghasilkan drift level
sebagaimana yang diijinkan oleh peraturan, sebagai akibat dari masalah
stabilitas (P-delta) dan persyaratan beban angin. Pada suatu kondisi
dimana suatu struktur dikontrol oleh beban angin, penggunaan periode
getar T yang lebih besar belum tentu menghasilkan base shear yang
lebih kecil, namun demikian, penggunaan pendekatan ini didaerah beban
angin yang tinggi tidak seharusnya menghasilkan desain yang tidak aman.
FEMA 450-2 (2003) juga menyebutkan, dengan pemahaman bahwa base shear
beban gempa merupakan fungsi dari periode getar, serta asumsi bahwa
gaya lateral terdistribusi linier disepanjang tinggi gedung dan bahwa
simpangan dikontrol oleh batasan drift (oleh peraturan),
perhitungan sederhana dari periode getar melalui metode Rayleigh
memberikan kesimpulan bahwa periode getar struktur portal (moment resisting frame) bervariasi secara kasar menurut hn3/4, dimana hn adalah tinggi total gedung. Berdasarkan hal tersebut, maka didapat:
Ta = Ct . hn3/4
Setelah didapat data hasil penelitian, ASCE 7-10 memberikan formula periode getar :
Gambar 3. Rumus pendekatan period getar struktur
Periode getar yang digunakan (oleh ASCE 7-10) merupakan batas
bawah agar didapat hasil yang konservatif (pendek), dimana periode
pendek akan menghasilkan base shear yang lebih besar atau lebih konservatif (FEMA P-750, 2009).
Gambar 4. Periode getar struktur vs tinggi bangunan
Sebagai alternatif, ASCE 7-10 mengijinkan penggunaan rumus periode getar yang melegenda, yaitu Ta =
0,1 N, dimana N adalah jumlah lantai, jika tinggi gedung maksimum
adalah 12 lantai, tinggi lantai rata-rata minimum 3 m, yang sistem
struktur sepenuhnya adalah frame beton bertulang atau frame baja. Persamaan alternatif Ta = 0,1 N tersebut, telah lama digunakan untuk bangunan portal bertingkat rendah dan sedang (FEMA 450-2, 2003).
Namun, sesungguhnya, rumus periode getar yang melegenda, yaitu Ta =
0,1 N tersebut merupakan hasil analisis dari data gedung di California,
US, maka rumus itu dapat diaplikasi selama dimensi elemen frame dapat dibandingkan dengan gedung di California tersebut. Tidak beralasan untuk mengasumsikan persamaan (Ta = 0,1 N) tersebut akan memberikan pendekatan yang dapat diterima pada gedung ditempat lain, misalnya, Kentucky (Sozen, 2004).
Metode lain yang juga sangat terkenal adalah metode Rayleigh:
Namun permasalahannya adalah, metode Rayleigh membutuhkan static lateral displacement,
yang artinya, struktur sudah selesai dirancang (karena massa dan
kekakuan sudah “ada”). Sementara kita baru ditahap paling awal (struktur
belum selesai dirancang, massa dan kekakuan belum “ada”). Metode
Rayleigh lebih cocok digunakan untuk pengecekan.
Sekali lagi, my friend, we are running in circle.
Dengan demikian, metode Rayleigh tidak dilanjutkan untuk dibahas.
Setelah periode getar sesuai ASCE 7-10 didapat, tentunya hasil yang
didapat adalah konservatif. Sehingga ASCE 7-10 membolehkan untuk
“membesarkan” periode getar struktur dengan suatu faktor pengali Cu. Selain karena alasan periode getar yang konservatif, alasan lain penggunaan faktor pengali Cu
adalah membatasi digunakannya periode getar yang terlalu tinggi,
misalnya dari analisis komputer/dinamik (analisis yang pantas dan tepat/properly substantiated analysis) yang akan menghasilkan base shear yang kecil (tidak konservatif).
Juga, koefisien pengali Cu dimaksudkan untuk merefleksikan
kemungkinan bahwa gedung-gedung didaerah dengan persyaratan gaya
lateral yang kecil memiliki kemungkinan akan lebih fleksibel.
Selanjutnya, penggunaan nilai tersebut menghasilkan perubahan yang tidak
terlalu dramatis dari praktek saat ini didaerah dengan resiko gempa
rendah (FEMA 450-2, 2003).
Setelah dilakukan berbagai penelitian, dari berbagai data didapatkan
kesimpulan bahwa didaerah resiko gempa tingi, rasio batas atas ke batas
bawah periode getar dapat diambil sekitar 1,4 (FEMA 450-2, 2003).
Gambar 5. Koefisien Pengali Cu dari ASCE 7-10
Periode Getar yang Digunakan
- Jika tidak memiliki periode getar dari metode “yang lebih akurat”, maka gunakan T = Ta.
· Jika memiliki periode getar dari metode “yang lebih akurat”, misalnya analisis komputer (Tc), maka gunakan:
- Jika Tc > Ta . Cu, gunakan T = Ta . Cu
- Jika Ta < Tc < Ta . Cu, gunakan T = Tc
- Jika Tc < Ta, gunakan T = Ta
Gambar 6. Ilustrasi periode getar yang digunakan
Periode getar yang didapat dari analisis rasional atau “properly sustained analysis” (misalnya metode getaran bebas/free vibration, metode Rayleigh dll) boleh digunakan jika nilainya lebih kecil dari nilai Ta.Cu. Periode getar tersebut membatasi penggunaan base shear yang terlalu kecil (FEMA P750, 2009).
Analisis yang Pantas dan Tepat (properly substantiated analysis)
Jika structural engineer ingin, periode getar yang digunakan untuk menghitung gaya gempa statik ekivalen (equivalent lateral forces ELF) baik untuk kekuatan maupun drift bisa digunakan nilai yang sama dengan rumus pendekatan Ta
tanpa perlu tindakan lebih lanjut. Namun perlu diingat bahwa melakukan
hal tersebut akan memberikan hasil yang sangat konservatif, sebagaimana
ASCE 7-10 mengijinkan penggunaan analisis yang pantas dan tepat (properly substantiated analysis) untuk menentukan periode getar sebagai pengganti dari rumus pendekatan – dalam batas tertentu.
Suatu analisis yang pantas dan tepat (properly substantiated analysis) dapat berupa metode Rayleigh dan lain-lain. Program komputer dewasa ini juga dengan mudah dan cepat menghasilkan analisis eigenvalue untuk menentukan mode shape dan periode getar sehingga umumnya structural engineer lebih suka menggunakan komputer.
Sangat penting untuk diingat bahwa periode getar yang didapat dari analisis dinamik (eigenvalue analysis) bisa jauh lebih besar dari rumus pendekatan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh empat faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pengaruh periode getar terhadap beban gempa
Dari gambar 3 dan 4 diatas terlihat, gedung didaerah resiko gempa yang lebih kecil, diijinkan untuk lebih fleksibel.
Meskipun demikian, structural engineer didaerah resiko gempa
yang lebih kecil harus sadar bahwa periode getar yang lebih fleksibel
tersebut dapat menjadi masalah, misalnya masalah kestabilan (P-delta)
dan stabilitas terhadap beban angin (Garcia dan Sozen, 2004).
Sesungguhnya, pembatasan periode getar sudah diatur dalam SNI 1726-2002, A.5.6 yaitu:
- untuk mencegah Pengaruh P-Delta yang berlebihan;
- untuk mencegah simpangan antar-tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan gempa yang menyebabkan pelelehan pertama, yaitu untuk menjamin kenyamanan penghunian dan membatasi kemungkinan terjadinya kerusakan struktur akibat pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, maupun kerusakan non-struktur.
- untuk mencegah simpangan antar-tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan gempa maksimum, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur yang menelan korban jiwa manusia.
- untuk mencegah kekuatan (kapasitas) struktur terpasang yang terlalu rendah, mengingat struktur gedung dengan waktu getar fundamental yang panjang menyerap beban gempa yang rendah (terlihat dari spektrum respons C-T), sehingga gaya internal yang terjadi di dalam unsur-unsur struktur menghasilkan kekuatan terpasang yang rendah.
Untuk penentuan drift akibat beban gempa, ASCE 7-10 menghilangkan batas maksimum dan mengijinkan structural engineer untuk menggunakan periode getar yang didapat dari analisis tanpa batasan.
Semakin besar periode getar maka semakin kecil gaya gempa yang
diterima, yang dapat dengan mudah kita pahami dari respon spektrum,
seperti gambar dari FEMA 451B (2007) berikut ini.
Gambar 7. Equivalent Lateral Force, ELF (FEMA 45B, 2007)
Dari gambar terlihat, bahwa periode getar T yang membesar, misalnya TL (parameter TL tidak digunakan di Indonesia) akan menghasilkan beban gempa diarea warna hijau, sedangkan diarea Ts yang memiliki T lebih kecil dari TL akan menghasilkan beban gempa diarea warna biru yang memiliki Cs (Seismic Coefficient) yang lebih besar dari warna hijau.
Kesimpulan: warna biru pada gambar menghasilkan gaya gempa yang lebih besar dari warna hijau.
Kebiasaan dalam Peraturan
Jacobs (2008) menyebutkan, penentuan periode getar struktur dapat
memberikan dampak yang besar pada perancangan tahan gempa. Contohnya,
tahukah anda bahwa perubahan dimensi yang kecil dapat menghasilkan
perbedaan hingga 50 % base shear? Jika sistem penahan gaya lateral terdiri dari concentrically braced frames maka akan termasuk sebagai sistem struktur “lain” (other) dengan persamaan 0,02 hn0,75 dimana hn dalam ft atau 0,0488 hn0,75 dimana hn dalam m. Jika bracing dipindahkan dari joint sehingga sistem struktur tersebut dipertimbangkan sebagai eccentrically braced frame maka persamaannya adalah 0,03 hn0,75 dimana hn dalam ft atau 0,0731 hn0,75 dimana hn dalam m.
Lebih lanjut Jacobs (2008) juga menyebutkan perubahan dalam persamaan
tersebut mencapai 50 % (0,03 vs 0,02 atau 0,0488 vs 0,0731). Jika
sistem tersebut di-detail sebagai R=3 yaitu struktur baja yang tidak
direncanakan untuk memikul beban gempa sesuai standar AISC, sebagaimana
lazimnya didaerah Pantai Timur (East Coast) Amerika Serikat, perubahan tersebut dapat mengijinkan penggunaan tambahan detailing minimal dan reduksi base shear 50
%. Ini adalah contoh yang ekstrim, namun dapat dijadikan contoh yang
sederhana bagaimana sedikit perubahan pada periode getar struktur mampu
memberikan efek yang besar pada perancangan tahan gempa.
Dengan memahami latar belakang dari rumus pendekatan tersebut serta asumsi yang melekat padanya didalam code, structural engineer dapat “maju” dengan semakin percaya diri dengan rancangannya.
V. Aplikasi
Gambar 8. Struktur rencana
Tipe struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen Beton Bertulang (SRPM Beton Bertulang).
Tinggi struktur total, hn = 20 m.
Ss = 1,5 g dan S1 = 0,6 g, Tanah Sedang “D”, didapat :
SDS = 1,0 g
SD1 = 0,6 g
Respons Spektrum Rencana Periode 2500 tahun:
Gambar 9. Respons spectrum rencana
Faktor modifikasi respon gempa R = 8.
Faktor keutamaan bangunan I = 1,0.
Dari hasil analisis komputer (analisis dinamik / eigenvalue analysis), didapatkan periode getar struktur Tc = 1,05 detik.
Periode getar struktur (SRPM Beton Bertulang) dihitung dengan :
Ta = 0,0466 . hn0,9= 0,0466 . 200,9= 0,6907 detik (ASCE 7-10, 12.8-7)
Tc = 1,05 detik > Ta = 0,6907 detik, maka Ta boleh menggunakan koefisien pengali Cu.
Maka sesuai ASCE 7-10, pasal 12.8.2, dimana T = Ta . Cu ≤ Tc.
SD1 = 0,6 g, maka Cu = 1,4
Ta . Cu = 0,6907. 1,4 = 0,967 detik
Karena Tc = 1,05 detik > Ta . Cu = 0,967 detik.
Maka periode getar struktur yang digunakan, T = 0,967 detik.
Maka Cs = 0,07756 (7,75 %)
V = Cs . W = 0,07756. W
Base shear V tersebut akan didistribusikan pada setiap tingkat.
Untuk distribusi beban gempa, silahkan dilihat disini, tulisan Perencanaan Beban Gempa Sesuai ASCE 7-10.
Perbandingan.
Jika digunakan T = Ta . Cu = 0,967 detik. Cs = 7,75 % W.
Jika digunakan T = Ta = 0,6907 detik. Cs = 10,85 % W.
Jika digunakan T = Tc = 1,05 detik. Cs = 7,14 % W.
Gambar 10. Periode getar vs Base Shear
***
Demikian, tulisan dan contoh mengenai periode getar struktur, mengapa begitu penting, bagian I – gempa
Dengan demikian, dapat dipahami, perancangan bangunan tahan gempa lebih kearah “seni/art” dibanding pada “ilmu pasti/science”. Kita harus “mengharapkan yang tidak diharapkan” (expect the unexpected).
Tidak peduli seberapa “eksak” analisis yang kita lakukan, hasilnya,
pada kondisi yang terbaik, tetaplah merupakan suatu pendekatan (Sozen,
2004).
VI. Referensi
- Anderson, J. C. 2001. The Seismic Design Handbook, 2nd Edition, Edited By Farzad Naeim. Kluwer Academic Publishers. Norwell, Massachusetts.
- ASCE Standard ASCE/SEI. 2005. Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures (ASCE 7-05). American Society of Civil Engineers. Virginia.
- ASCE Standard ASCE/SEI. 2010. Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures (ASCE 7-10). American Society of Civil Engineers. Virginia.
- FEMA 303. 1997. NEHRP Recommended Provisions for Seismic Regulations for New Buildings and Other Structures. Building Seismic Safety Council. Washington, D.C.
- FEMA 369, 2001; NEHRP Recommended Provisions for Seismic Regulations for New Buildings and Other Structures. Building Seismic Safety Council. Washington, D.C.
- FEMA 450-2. 2003. NEHRP Recommended Provisions for Seismic Regulations for New Buildings and Other Structures. Building Seismic Safety Council. Washington, D.C.
- FEMA 451B. 2007. NEHRP Recommended Provisions for New Buildings & Other Structures – Training & Instructional Materials. Washington.
- FEMA P-750. 2009. NEHRP Recommended Seismic Provisions for New Buildings and Other Structures. Building Seismic Safety Council. Washington, D.C.
- Garcia, L. E dan Sozen, M. A. 2004. Earthquake Engineering from Engineering Seismology to Performance-Based Engineering Edited by Yousef Bozorgnia and Vitelmo V.Bertero. CRC Press. New York.
- Ghosh, S.K and Fanella, D.A. 2003. Seismic & Wind Design of Concrete Buildings. International Code Council, Inc. Illinois.
- Jacobs, W. P. 2008. Building Periods: Moving Forward (and Backward). Structure Magazine, June 2008.
- Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Peta Hazard Gempa Indonesia 2010. Jakarta.
- McClure, F. E. 2006. Modern Earthquake Codes, History and Development. Computers and Structures Inc. Berkeley.
- Mulia, R. 2011. Perbandingan Respons Struktur Frame dan Frame-Wall Bertingkat 30 Akibat Beban Gempa dan Beban Angin. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
- Sozen, M. A. 2004. Earthquake Engineering from Engineering Seismology to Performance-Based Engineering Edited by Yousef Bozorgnia and Vitelmo V.Bertero. CRC Press. New York.
- Taranath, B. S. 2010. Reinforced Concrete Design of Tall Buildings. CRC Press. New York.
- Widodo. 2001. Respon Dinamik Struktur Elastik. Jurusan Teknik Sipil FTSP, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Yogyakarta, 24 Maret 2013.
No comments
Post a Comment