Jeritan hari pahlawan Indonesia Usman-Harun di penjara Changi sebelum eksekusi mati #MELAWANLUPA
Kopral Harun mengirim tujuh surat kepada keluarganya sebelum dieksusi mati di tiang gantungan. Isinya bermacam-macam, mulai dari keyakinan untuk pulang, hingga permintaan maaf pada ibunda dan kakak-adiknya.
Surat itu ditulis tangan dengan huruf sambung dan ejaan lama. Tak semua bisa terbaca dengan jelas karena umurnya sudah tua. Kini, surat-surat tersebut berada di Museum Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan.
Berikut empat surat dari tujuh yang ditulisnya:
13 September 1966
Kehadapan
Jang mulia Ibuhandaku
Dengan segala hormat
Bersama ini anaknda menjusul surat surat anaknda yang bertanggal 24-4-1966 dan10-81966 dan 5-9-1966 apakah Ibuhanda telah menerima surat surat dari anaknda jang seperti tertanda diatas. Ibuhanda disini anaknda sekali lagi memohon ke pangkuan Ibuhanda sekiranja surat surat anaknda telah selamat sampai ke tangan Ibuhanda, anaknda sangat sangat mengarap djanganlah hendaknja Ibuhanda berhati-hati.
Anggaplah kandungan surat surat anaknda itu mimpi-mimpi sadja dan sekarang anaknda telah mendapat perhatian dari pihak Pemerintah Indonesia. Semoga anaknda dilindungi oleh Gusti Allah serta malaikat malaikat Allah jang maka berkuasalah kepada sekalian jang ada. Anaknda ditahan soal tuduhan pengeboman ke atas kota Singapura sewaktu Pemerintah Indonesia melantjarkan konfrontasi terhadap Malaysia.
Anaknda ditahan bersama kawan anaknda dari KKO. Anaknda sekarang sedang menunggu atas segala usaha-usaha dari pihak Pemerintah Indonesia. Anaknda sangat mengharap kepangkuan Ibu dan kaum keluarga di sana bertenang-tenang sadja. Anaknda memohon ke pangkuan Ibuhanda dari udjung rambut sampai ke udjung kaki wahai Ibuhandaku jang dikasihi. Ampuni segala dosa-dosa anaknda jang sebegitu berat mahap dan ampun wahai Ibuhanda ku waha Ibuhandaku Insha Allah Anaknda tiada berapa lama lagi akan kembali ke Indonesia.
Sekali lagi anaknda menjuru anggaplah berita anaknda ini hanja sebagai mimpi sadja diakhiri dengan salam sudjud anaknda kepangkuan Ibuhanda dan sampaikan salam anaknda kepada kakanda sekeluarga dan adinda sekeluarga dan Samsuri dan Astiah dan Hidajah Osman dan Sanusi dan kakanda Hasmith dan Bibih Siti Salmi dan kakanda Rapim dan kakanda Napis dan adinda Nawawi disini anaknda tiada dapt menjebutkan satu persatu sampaikan sadja salam mesra anaknda jang murni kepada sekalian keluarga. Terima kasih,
------------
3 Oktober 1966
Kehadapan
Jang Mulia Ibuhanda
Jang diingat siang dan malam
Dengan segala hormat,
Surat ini datangnja dari anaknda Harun Tahir. Anaknda sewaktu menulis surat ini adalah di dalam keadaan sehat walfiat. Semoga sehat Ibunda sekeluarga.
Ibuhanda, anaknda sekarang sedang menunggu usaha-usaha dari pihak pemerintah Indonesia dan semoga segala usaha dari pihak pemerintah RI hendaknya berdjaja disini. Saja sangat menghargai.
Ibuhanda sekeluarga djangan sampai bersusah hati. Insha Allah dengan kehendak Allah, anaknda akan terlepas dari segala bahaja. Kalau ibuhanda ingin membalas surat anaknda, kirimkan sadja kepada ketua perwakilan Indonesia di Singapura dengan Bapak Kolonel Abdul
-satu baris hilang-
Sekian dari anaknda dan sambut salam mesra dari anaknda Tahir dan tolong sampaikan salam anaknda kepada sekalian keluarga tidak tersebut satu satu
--------
31 Ogos 1968
Kehadapan
Kakanda Samsuri Tahir
Yang diingat siang dan malam
Di Tandjung Priok Djakarta
Dengan segala hormat,
Bersama ini adinda mengutjapkan terima kasih atas kemurahan hati kakanda jang telah sudi membalas surat surat adinda jang lampau. Surat kakanda jang bertanggal 28 Ogos 1968 telah adinda terima dengan senang hati.
Dewasa ini adinda senantiasa berada di dalam keadaan sehat waalfiat dan semoga di pihak kakanda serta para kaum keluarga di sana tiada kekurangan apa apa. Tolong kasih tahu kepada adinda Subaidah Nawawi bahwa suratnya jang bertanggal 22 Ogos 1968 telah selamat sampai ke tangan adinda.
Berita selandjutnya, perkara adinda masih tetap di dalam pertimbangan pihak Presiden Rep Singapura. Sekarang adinda hanja tinggal menunggu hasil keputusan dari surat rajuan jang dibuat oleh para panglima serta pemerintah dan kepada negara Rep Indonesia jang telah disampaikan pada kepala negara Rep Singapura.
Di sini adinda harap kepada kakanda serta para kaum keluarga agar mendapat tahu tentang keadaan jang sebenarnja. Sekali lagi adinda harap kepada kakanda serta kaum keluarga djanganlah hendaknja bersusah hati karena setiap hal jang ada di muka bumi ini baik di mana sadja ia berada taiada akan terlepas daripada perdjuangan. Kita dilahirkan di bumi ini ada mempunjai tudjuan jang pasti kita tunaikan.
Tuhan Allah ada berfirman kepada Rasullulah SAW di dalam Al Quran. Al Karim ajat 16 muka 115 ada menjatakan seperti berikut, “sesungguhnja sembahjangku ibadahku hidup dan matiku adalah karena Alah Tuhan alam Semesta” setiap hambanja dihidupkan di dunia ini hanja sekedar waktu jang ditentukan oleh jang Maha Esa. Bagi kita hambanja harus mengerti bahwasanja kitadihidupkan di dunia ini adalah hidup untuk berdjuang. Istilah berdjuang itu sagat luas artinja. Djadi ada perdjuangan itu berhasil atau tidak itu terpulang kepada kejakinan hambanja namun Tuhan Allah Senantiasa berada di sisi kita, maka soal untung nasib kita semua ada tertjatat di dalam (Loh Almahfudz). Djadi perkara hidup dan mati tiada siapapun jang boleh menentukan melainkan Tuhan Allah.
Di bawah ini adinda memohon kepada kakanda serta adinda, semoga atas doa restu dari kakanda serta para kaum keluarga disana, Tuhan Allah akan makfulkan. Amin. Tolong kasih tahu kepada Astiah serta Hasmith, apakah surat surat adinda jang dikirim kepadanja tiada jang sampai? Atau masih belum ada waktu untuk membalasnja kepada adinda? Dan kalau Astiah dan Hasmith ada kelapangan supaja sudilah kiranja mengirim sepatah kata kabar kepada adinda jang sedang merindu berita daripadanja. Dan tolong sampaikan kabar adinda ini ke pangkuan ibuhanda serta sampaikan salam sembah sudjud adinda kepangkuan Ibuhanda di Bawean. Dan tolong sampaikan salam mesra adinda kepada adinda subaidah nawarin, untuk astiah sekeluarga, Hasmith sekeluarga, kakanda sanumusi sekeluarga, untuk Hidayah sekeluarga, paman Nawi sekeluarga, Paman Ismail sekeluarga, Paman Hadar sekeluarga dan para kaum keluarga di gang 61 gang 60 gang 100 semua keluarga Bawean, di Tanjung Priok.
Di bawah ini adinda dan Osman menjampaikan salam mesra kepada kakaknda Amin. Sekian dahulu kabar dari adinda, nanti kalau ada kabar penting adinda akan segerea kabarkan kepada kakaknda. Harap dipermudahkan.
Terima kasih
Kalau Kakanda membalas surat surat adinda, tjukup dengan perangko Rp 25
---------
14 Oktober 1968
Dihaturkan
Yang Mulia Ibundaku
Awiani Binti Bang
yang diingati siang dan malam
Dengan segala hormat,
Ibundaku yang dikasihani surat ini berupa surat terakhir dari ananda Tohir. Ibunda sewaktu ananda menulis surat ini hanya tinggal beberapa waktu saja ananda dapat melihat dunia yang fana ini. Pada tanggal 14 Okotober 1968 rayuan ampun perkara ananda kepada Presiden Singapura telah ditolak jadi mulai dari hari ini Ananda hanya tinggal menunggu hukuman yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 1968.
Hukuman yang akan diterima oleh ananda adalah hukuman digantung sampai mati. Di sini ananda harap kepada Ibunda supaya bersabar karena setiap kematian manusia adalah tidak siapa yang boleh menentukan satu-satunya yang menentukan ialah Tuhan Yang Maha Kuasa dan setiap manusia yang ada di dalam dunia ini tetap akan kembali kepada Illahi.
Mohon ibunda ampunilah segala dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan ananda selama ini sudilah Ibundaku menerika ampun dan salam sembah sujud dari ananda yang terakhir ini. Tolong sampaikan salam kasih mesra ananda kepada seisi kaum keluarga ananda tutup surat ini dengan ucapan terima kasih dan Selamat Tinggal untuk selama-lamanya. Amin
-----------
Diatas adalah surat-surat dari Kopral Harun sebelum menghadapi tiang gantungan
-----------------
Dan ini adalah surat-surat terakhir sersan dua Usman
-----------------
Anggota Korps Komando (KKO) Serda Usman rajin mengirim surat untuk keluarganya selama di penjara. Dalam kurun waktu empat tahun, sedikitnya dia menulis 14 surat. Apa saja isinya?
detikcom mendapatkan salinan surat-surat itu dari museum Marinir, Jl Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (12/2/2014). Ada yang ditulis menggunakan bahasa Jawa, ada juga yang berbahasa Indonesia.
Dengan apik dan rapi, Usman menulis tangan lembar demi lembar surat untuk keluarganya tersebut dalam kurun waktu 21 September 1966 hingga 16 Oktober 1968 atau sehari sebelum pelaksanaan hukuman mati mereka tanggal 17 Oktober 1968.
Berikut beberapa surat yang berhasil ditulis ulang detikcom:
21 September 1966
Dihaturkan Ajahanda Hadji Ali
di tempat
Ajah dan Bunda jang tertjinta. Sepeninggal surat ini anaknda dalam keadaan sehat sehat sadja. Demikian pulalah jang anaknda mohonkan kehadirat Illahi siang maupun malam semoga ajahanda dan bunda serta handai taulan disini senantiasa dikaruniai kesedjahteraan-Nja dan kemuliaan-Nja dan didjauhkan dari bala bentjana.
Ajah dan Bunda, maafkanlah semua kesalahan anaknda karena telah sekian saat lamanja anaknda baru mengirim surat. Mohon mendjadikan periksa Ajahanda dan Bunda serta handai taulan disini bahwa pada sepeninggal surat ini anaknda telah ditahan di Republik Singapura mulai dari 13 Maret 1965. Tentang nasib ananda tak perlulah dibimbangkan karena disini anaknda mendapat kemurahan lajanan serba baik.
Mohon restu sadjalah kehadirat Illahi semoga kita akan dihimpunkan-Nja lagi dalam kesedjahteraan. Semoga berkenaan pulihnya hubugan Republik Indonesia-Republik Singapura dan Republik Indonesia-Malaysia, pemerintah ketiga belah pihak mengambil (berat) dan memberikan pertolongan keatas nasib anaknda jang hanya sebahagian pelaksana refolusi dan berpijak pada djalan Sapta Haksa dan Sumpah Pradjurit Republik Indonesia.
Ajahanda dan Bunda, tanggal 14 Djumadil awal sampai 15 Djumadil awal 1386 atau 30 sampai 31 Agustus 1966 adalah hari penentuan nasib anaknda. Karena pada saat itulah hari ulang bitjara anaknda setelah anaknda didjatuhi hukuman mati pada tanggal 4 sampai 20 Oktober 1965 hari bitjara anaknda ang pertama di Mahkamah Tinggi Republik Singapura tertuduh sebagai orang jang bersalah mendurhakai negara. Dan sampai sepeninggal surat ini anaknda tinggal menunggu keputusanja.
Ajahanda dan Bunda jang tertjinta, anaknda mohon semoga tampilnja berita tersebut tidak akan mentjiptakan bela sungkawa dan menggontjangkan iman ajahanda dan bunda serta handai taulan di sini. Restu dan bertawakal kehadirat llahi sadjalah, karena anaknda berada dipihak yang benar dan pertjajalah Tuhan tidak akan menyia-nyiakan kedjudjuan.
Sekian sadja dulu labar dari anaknda, insja Allah lain waktu ananda sambung lagi
Anaknda prihatin,
(Setia dan menepati djandji serta Sumpah Pradjurit-surat datang mendjelang)
-------------
9 Mei 1967
Ditudjukan
Kamas Chuneni Hari Sutjipto
Di Laren
Kamas Chuneni yang tertjinta, sudah sekian lama kita berpisah dan sekian lama pula kita tak berkirim-kiriman berita. Kali ini dinda rintiskan surat yang memberitahukan tentang keadaan dinda dalam sepanjang perpisahan sampai sepeninggal surat ini senantiasa sehat selamat dan gembira. Dan tak lupa pula dinda mohon maaf atas kelambatan berita dinda jan mungkin telah lama kamas sekeluarga nunggu-nunggu ketibaannja.
Betapapun besar niat dan usaha dinda untuk lebih tjepat menjempurnakan hubungan persaudaraan jang kanja tetap sedia ada, tetapi entah gerangan apa jang menjebabkan, manakah setiap kali langkah dinda ajukan setiap kali itu pula risau telah menjerangja dan akhirnya terdamparlah segala usaha dinda dipandang hampa tinggal serpihan surat jang mengisi kerandjang sampah.
Untunglah pada akhir ini dinda menerima kiriman surat dari Hadi Saputra Diterangkannja bahwa kamas baru sadja pulang dari ditugaskan di Saka selama 3 bulan. Dan jang mengagetkan dinda ialah berita yang mengertikan mas Chalim dan dik Ludjeng sudah berumah tangga bahkan masing masing sudah mempunjai beberapa orang putra, karena setahu dinda Mas Hadi dan Ju Rodijah jang lebih dahulu berumah tangga baru mempunyai seorang putra sadja.
Seperkara jang mengherankan dinda jaitu berita mengenai Tur jang menurut keterangannja sudah pindah ke Bumiaju dan menuntut peladjaran mendjahit, perkara ini diluar dugaan dinda sekarang ini.
Dahulu dinda mentjeburkan dirinja kedalam ABRI bermaksud untuk meringankan ongkos persekolahan jang merupakan beban jang sangat berat bagi orang tua, disamping memberikan peluang kepadanja untuk menjempurnakan peruntutannja. Tetapi rupanja keputusan jang dinda ambil dahulu jang kita anggap tindakan jang tidak menjimpang dari adjaran Islam telah tidak dihiraukannja dan akibatnya djuga sangat menjapitkan hati dinda.
Kini kamaslah jang bertanggungdjawab untuk menentukan masa depan dirinja; dinda jakin dengan pengalaman hidup dan lain lain pengetahuan jang kamas punja maka dapatlah kamas membimbingnja kearah tertjiptanya tjita tjita sesuai dengan ketjakapan dari pekertinja. Karena apa jang dinda inginkantidak lain hanya keamanan ketentraman dan kebahagiaan diketjap bagi seluruh keluarga kita.
Achir kata dinda menghaturkan salam kehadapan di bumiaju Bapa Ibu Hadji Hanafi dan Bapak Ibu di Purbolinggo, para sepuh dan handai taulan semua. Siang malam dinda memandjatkan doa resu semoga Tuhan mentjurahkan taufik dan hidajat atas kita semua
Adinda prihatin
*tanda tangan*
Osman bin Hadji Ali
------------------
5 Maret 1968
Untuk
Kanda Chalimi
di Tawangsari
Dengan ini dinda kabarkan bahwa sepeninggal surat ini dinda dalam keadaan sehat walafiat serta penuh doa selamat bagi bunda kanda semua disini dan keluarga kita para sepuh di Lamongan dan Purbolinggo.
Surat kanda dan kanda mudjahid 3 bukan jang lalu telah dinda terima dengan selamat dan berita (lajon). Wafatnya ajah H. Ali telah dinda maklumi dan tentunja kanda tak akan keberatan memaafkan kesalahan dinda jang baru kali ini mengirimkan balasan jang telah sekian lama ditunggu.
Achir kata tak lupa juga dinda utjapkan Selamat hari raja idul adha dengan tibanja bulan jang mengandung perajaan yang tidak ketjil maknanya didalam adjaran agama kita.
dinda
*tanda tangan*
-----------------
25 Maret 1968
Kepada
Jth kanda Chuneni
di Laren Bumiaju
Dengan ini dinda kabarkan berita selamat dan demikianlah djuga jang dinda doakan bagi kanda sekeluarga serta para sepuh semua disini.
Disamping itu berhubung telah sekian lama baru dinda kirimkan berita jang sudah tentu kanda sangat mengharapkan setiap masa, maka dengan ini dinda mohon sudi kuranja kanda memaafkannja, baik kesalahan meliputi kealpaan berita dalam masa menjambut perajaan hari-hari lebaran sebagaimana lahirnya tempo khusus bagi saling lunas melunaskan kesalahan sesama insan dalam adat agama, bahkan terutama sekali dalam menjaga normalnja kehidupan persaudaraan keluarga.
Tak dapat dinda gambarkan betapa mesra wujud alam sekeliling kehidupan dirantau orang. Kiranja kangen jang sedang mendjangkit akan segera sembuh. Dan kangen dengan kanda Agus, Kus + adiknja bahkan juga kangen pada tulisan kanda jang didan rasa satu diantara obat kangen paling mujarab jang tentunja telah sembuh oleh perjumpaan beberapa kali seandainja tidak terjadi ujian atau tjobaan jang harus kita hadapi sekarang ini.
-satu baris hilang-
Perpisahan, kanda telah memaklumi tinggal dan duduk perkara dinda dan masa pertemuan kita jang akan datang masih senantiasa merupakan persatuan pikiran hingga kini belum dapat (tidak jelas) hanja pertemuan jang sangat menjenangkan saat mana Agus, As+Kus sama sama bergembira ria dalam mimpi
Achir kata dinda mohon kebijaksanaan kanda bagi menghaturkan persembahan dalam kehadapan Bapak Hadji Hanafi sekeluarga dan keluarga ju Barilah dan sanak saudara Lasem Bumiaju. Ampun dan maaf jang abadi sangat dinda harapkan atas semua kesalahan dinda.
Dinda
*tanda tangan*
-------------
9 April 1968
Kepada Yth Kanda Chalimi
di desa Tawangsari
Sepeninggal surat ini dinda dalam keadaan selamat dan demikianlah jang dinda senantiasa harapkan bagi kanda, bunda, mas Matori, mas Kunen sekeluarga, mas Hadi + ju Dijah dan Tur serta para sepuh di Lamongan dan Purbolinggo.
Di samping itu sungguhpun hingga sepeninggal surat ini belum satupun balasan berita dari semendjak bulan sadran jang lepas namun kesabaran dinda untungnja masih mampu untuk menjungkurkan rasa rindu jang pada hakekatnja perasaan itu sangat dirasakan sekali di dalam sanubari sesama makhluk Tuhan dalam masing masing golongan (keluarga) dalam tempo perpisahan jang melebihi dari batas waktu jang diinginkan.
Ada dua sebab jang dinda anggap mendjadikan perkara itu terdjadi: pertama ketiadaan surat (berita) jan sangat dinda harapkan dari sini disebabkan oleh kosognja berita jang penting kanda antarkan dengan pengertian keadaan disini masih tetap seperti sediakala. Kedua repotnja kanda menghadapi ujian atau tjobaan dalam perdjuangan kearah tertjiptanja kehidupan keluarga jang stabil dalam arti kata jang sebenarnya dan dengan tibanja surat ini juga tidak ada satupun maksud hendak memaksa kanda mengirimkan balasan namun timbulnja suatu perasaan rindu jang tak dapat disangkal menjebabkan dinda sempat mengharapkan kebijaksanaan kanda. 3 th adalah tempo jang pandjang sekali kalau kita bandingkan dengan kali pertemuan mas sebelumnja. Dalam tempo jang memakan sampai 3 th berakhir sudah barang tentu keadaan didalam dan disekitar keluarga tidak kekal seperti dalam masa perpisahan kita jang terakhir.Jang perlu diketahui oleh segenap keluarga. Dan dinda adalah satu titik jang selama ini pula mendapat pantjaran arapan dari segenap pendjuru didalam kalangan keluarga kita. Harapan didalam doa dan restu jang tetap dinda lafalkan bagi keluarga kita semua berkaitan dengan nasib masa depan dinda memerlukan tawakal jang paling kokoh mengesampingkan ketjemasan yang tidak patut kita jakini.
Walau sudah dua kali tuduhan dinda dibitjarakan dalam mahkamah (pengadilan) jang berkuasa dan kedua kalinya pula hukuman mati didjatuhkan namun pemerintah jang bersangkutan masih memurahkan kebijaksanaan untuk membawa perkara dinda bagi pembitjaraan jang terachir seperti jang sedang kita tunggu keputusannya hingga ini dari, namun harapan kita tidak harus menjakinkan keputusan jang terachir juga keputusan jang telah dinda alami.
Achir kata doa dinda setiap masa kita diselamatkan Tuhan dimana saja kita berada
*tanda tangan*
------------------
16 Mei 1968
Kepada
Kanda Chalimi
Tawangsari
Sudah ada hampir setengah tahun saja tak dapat menerima berita dari kanda apa ada kerepotan dalam pekerdjaan atau keluarga semua di sini? dan doa dinda tetap memohonkan hendaknya Tuhan senantiasa memurahkan pelindung dan kemampuan dalam mendjaga keselamatan dan kebahagiaan kita bersama.
Dan saja harap kanda memaafkan kiranja dalam masa masa lampau saja menumbulkan sesuatu perkara jang mengakibatkan perasaan jantak enak dan menjinggung pribadi kanda.
Disamping itu besar sudjud mohon maaf saja pada bunda berhubung terpaksa hingga sebegini lamanja dinda tak dapat menjumbangkan bantuan apapun bagi meringankan penanggungan nafkah keluarga dan demikian pula kepada kanda hatori sangat banjak harapan saja, sudi kiranja sebesarbesarnya dan saja mohon maklum sebab sepandjang penahanan saja disana tidak ada apapun pekerjaan jang membawa hasil jang seandainja dapat saja pergunakan bagi memenuhi kehendak jang saja maksudkan itu. Bukan jang senantiasa saja harapkan dengan kekosongan ini akan meringankan lagi beban keluarga dalam masing masing menuju jejaknya kebagiaan keluarga jang bebas dari kerinduan.
Berita pernikahan Turiah dengan mas Bej sudah lebih setengah tahun saja terima tapi untuk.. (tak jelas)
dan dengan ini pula ingin saja njatakan rasa baagia atas perkawinan tersebut, disamping merestui pula moga moga perkawinan itu djuga akan membimbing mereka berdua kedalam kekeluargaan jang tentram dan penuh kebahagiaan pula bagi kita semua.
Saja rasa akan lebih bahagia lagi andainja ada berita jang akan kanda kirimkan mengenai keluarga kita.
Tjukup sekian dulu kabar dinda
dinda
*tanda tangan*
NB
Lajon wafatnya Bapak Hadji Ali juga sudah saja maklumi penuh. saja harapkan kebijaksanaan kanda dan ahli waris semua disini kiranja ada tempo terluang tidak akan segan segan bagi memenuhi keluarga itu untuk mendjiarahinya.
Sukur kalau lebih mementingkan ini pada tiap tiap waktu jang kita anggap perlu, sebab tidak ada salahnja kalau kita membersihkan malam jang sesuai kehendak kita
Oesman
--------------
2 September 1968
Ditudjukan Kanda Samsuri
Tandjung Priuk Gg 61 no 18
Pada sepeninggal surat ini kami (Harun dan saja) berada dalam keadaan sehat-sehat sadja dan demikianlah jang kami harapkan keadaan kanda sekeluarga dan segenap keluarga disini.
Lain daripada itu saja kira kanda akan tidak merasa asing lagi menerima surat jang baru pertama kali saja kirimkan ini, sebab walau kanda hanya sebegitu singkat perkenalan saja dengan kanda dan kawan sepekertjaan dalam tempo jang sudah sekian lama kita tinggalkan, namun tidak segelintirpun hasrat saja hendak merenggangkan persaudaraan, meningat budi dan djasa baik kanda akan tetap merupakan hutang jang senantiasa saja kenang sepandjang hidup. Sebab itu tak lupa djuga saja harapkan semoga kanda tidak keberatan memaafkan kesalahan saja jang telah memberatkan dan merepotkan kanda dan kawan sepekerjaan, bahwa kami djuga sangat berterima kasih sekali atas pertolongan dan sumbangan kanda dan kawan seperjuangan.
Pada sepeninggal surat ini kami hanja tinggal menunggu keputusan pengampunan kesalahan kami sambil harap jang tak kundjung padam kehadirat Tuhan agar mentjurahkan keputusan jang seadil adilnya dan tetap mengarahkan djalan hidup kita semua pada djalan jang benar. Amin 3x.
Achir kata tjukup sekian dulu kabar saja
Dari saja,
*tanda tangan*
(Oesman bin Hadji Ali
------------------
Changi prison, 16 Oktober 1968
Dituturkan
Bunda ni Hadji Mochamad Ali;
Tawangsari
Dengan ini anaknda kabarkan bahwa hingga sepeninggal surat ini mendo'akan Bunda, Mas Chuneni, Mas Matori, Mas Chalimi, ju Rochajah, ju Rodijah dan Tur serta keluarga semua para sesepuh Lamongan dan Purbalingga serta Laren Bumiayu.
Berhubung tuduhan dinda yang bersangkutan dengan nasib dinda dalam rajuan memberi ampun kepada Pemerintah Republik Singapura tidak dikabulkan, maka perlu anaknda haturkan berita-duka kepangkuan Bunda dan keluarga semua disini, bahwa pelaksanaan hukuman mati keatas anaknda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968 hari Kamis.
Sebab itu sangat besar harapan anaknda menghaturkan Sujud dihadapan Bunda, Mas Chuneni, Mas Matori, Mas Chalimi, Ju Rochajah, Ju Rodijah dan Turijah, para sesepuh Lamongan, Purbalingga dan Laren Bumiayu, Tawangsari dan djatisaba; sudi kiranja mechichlaskan mohon ampun dan maaf atas semua kesalahan yang anaknda sengaja maupun jang tidak anaknda sengaja.
Anaknda "disana" tetap memohonkan keampunan dosa dan kesalahan Bunda dan Saudara semua di Lamongan,Purbalingga dan Laren Bumiayu, Tawangsari dan Djatisaba; pegampunan kepada tuhan Yang Maha Kuasa. Anaknda harap dengan tersiarnja kabar jang menjedihkan ini tidak akan menjebabkan akibat jang tidak menjenangkan, bahkan jang telah menentukan nasib anaknda sedemikian umurnja.
Sekali lagi anaknda mohon ampun maaf atas kesalahan dosa anaknda kepangkuan Bunda, Mas Chuneni, Mas Matori, Mas Chalimi, Ju Rochajah, Ju Rodijah dan Turijah, dan keluarga Tawangsari, Lamongan, Djatisaba Purbalingga dan Laren Bumiayu.
----------------------------------
“Tolong kasih tahu kepada utjuk Astiah serta Hasniti, apakah surat-surat adinda yang dikirim kepadanya tiada yang sampai? Atau masih belum ada waktu untuk membalasnya kepada adinda? Dan, kalau utjuk Astiah dan Hasniti ada kelapangan, supaya sudilah kiranya mengirim sepatah kata khabar kepada adinda yang sedang merindui berita dari padanya.”
Demikian penggalan bagian akhir surat yang dituliskan Harun Said bin Muhammad Ali dari balik penjara Changi, Singapura, kepada kakaknya, Samsuri Tohir, di Tanjung Priok, Jakarta. Dalam fokus majalah detik edisi 116, surat dengan tulisan sambung itu dikirimkan pada 31 Agustus 1968, atau dua bulan sebelum Harun dan rekannya, Sersan Dua Usman bin Haji Ali, menjalani eksekusi di tiang gantung.
Tiga tahun berpisah dari keluarga bukanlah perkara mudah bagi prajurit Korps Komando Operasi (KKO) berpangkat kopral itu. Rasa rindu dan keresahan menanti putusan pengampunan atas hukuman mati yang dijatuhkan Pengadilan Tinggi Singapura pada Oktober 1965, berkelindan menjadi satu.
Curahan kerinduan pun dituliskan Usman dalam surat-suratnya. Kerinduan itu ditimpali keresahan menanti surat-surat balasan dari anggota keluarganya yang tak kunjung datang. Lewat surat tertanggal 9 April 1968, kepada kakaknya, Chalimi, di Desa Tawangsari, Purbalingga, Usman menunjukkan rasa resahnya itu.
No comments
Post a Comment