“ AWALUDDIN MA’RIFATULLAH” -Arya Mahesageni(6)
Assalamu'alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Sambungan dari status ku ,aku beri nomor agar mudah : nomor 6
BISMILLAHIR RAHMANIRRAHIM
Inilah sebenar benarnya Ma’rifat bagi Diri kita. Maka itulah yang
disebut INSANUL KAMIL.Maka telah berfirman Allah Ta’ala dalam Hadist
Qudsy pada Tujuan Rahasianya yang mendalam, yang telah memberi suatu
keterangan terhadap Umat Nabi Muhammad, seperti firman Allah Ta’ala:
“LAA SYARI’ATIN BIHAKKIN ILLAA SYARI’ATULLAH”
Artinya Tiada Syari’at Engkau pada kelakuan Sembahyang dengan sebenar
benarnya Melainkan adalah dengan Syari’atKu, ialah Kelakuan Sembahyang.
“WALAA THARIKATIN BIHAKKIN ILLAA THARIKATULLAH”
Artinya : Dan tiada Tharikat Engkau (Jalan) mengata (Menyebut) Memuji
dengan sebenarnya, melainkan adalah dengan Tharikat (JalanKU) Sebutkan
PujiKu, Aku memuji DiriKU Sendiri.
“WALAA HAKIKATIN BIHAKKI ILLAH HAKIKATULLAH”
Artinya : Dan Tiada Hakikat Engkau wajib adanya, dan tiada seumpamanya,
dan ingat padanya, yang Rahasianya dengan kebenarannya melainkan Wajib
ada WujudKu, dan tiada seumpamanya, dan tiada tuhan melainkan Aku.
“WALAA MA’RIPATIN BIHAKKI ILLA BIMA’ARIPATULLAH”
Artinya : Dan tiadalah Ma’rifat Engkau yang Mengenal Diri Engkau
Dan Mengenal DiriKU dengan sebenarnya.
Melainkan dengan Ma’rifatKU, dan Mengenal DiriKU.
Dan Aku julah Mengenal DiriKU sendi
INTAHA
ABU YAZID BUSTAMI
Nama kecilnya ialah Thallur
Pernah beliau berkata yang ganjil dan dalam, yang masih sangat hati
hati memahamkannya.Sebab dari mulut Beliau kerap kali keluar kata kata
yang berisi kepercayaan bahwasanya :“HAMBA dan TUHAN sewaktu waktu BISA
BERPADU MENJADI SATU (Hulul). Sampai oleh ahli Shuffi yang datang
dibelakang diberi misal bahwasanya “Hulul” itu adalah seumpama Perpaduan
diantara Api dengan Besi,
pendeknya kalau kita bisa menghukumkan ABU YAZID itu telah sesat. Setengah dari perkataan beliau :
Tidak Ada Tuhan Melainkan Saya
Sembahlah Saya
Amat Sucilah Saya
Alangkah Besar KuasaKu
Dan kata beliau sewaktu yang lain :
Pernah Tuhan mengangkat Daku, dan ditetakkannya Aku dihadapannya
sendiri, Maka berkatalah Dia kepadaku “ABU YAZID” Makhlukku ingin
melihat Engkau. Lalu Aku berkata “Hiasilah Aku dengan Wahdaniatmu,
Pakaikanlah Kepadaku Keakuanmu, Angkatlah Aku kedalam Kesatunmu,
sehingga apabila Makhluk Melihat Daku mereka akan berkata “ Kami telah
melihat Engkau, maka Engkaulah itu, Dan Aku Tidak Ada disana.
Pada akhirnya Beliau berkata : “Demi Sadarlah Aku, dan Tahulah Aku Bahwa
Sesungguhnya/bahwasanya sama sekali Itu hanyalah Khalan Belaka.” Kata
kata yang demikian dinamai orang SYATHATHAT artinya ialah kata kata yang
penuh hayal yang tidak dapat diperpegangi, dan dikemanakan hukum,
karena orang yang berkata kata waktu itu sedang Mabuk bukan Mabuk
Alkohol, Mabuk oleh tiada sadar akan dirinya lagi, sebab tenggelam
kedalam lautan tapakkur, sebab itu menurut penyelidikan beliaulah yang
mula mula sekali menciptakan suatu istilah Paham Tsawwuf yang bernama
“ASSAKAR” artinya Mabuk, “ AL ‘ISYQ” artinya Rindu Dendam
YAHYA BIN MA’AZ
Pernah berkirim surat kepada Abu Yazid Bustami, bahwasanya Dia sudah
mabuk, oleh karena terlalu banyak meminum Khamar Cinta. Maka Abu Yazid
membalas.Orang lainpun telah meminum Air demikian, sepenuh Lautan dan
Bumi, tetapi Dia belum juga merasa puas, Dia masih tetap mengulurkan
lidahnya meminta tambah lagi. Tentu yang beliau maksud dengan orang lain
itu ialah Dirinya sendiri. Disinilah masuknya pelajaran RABI’ATUL
ADAWIYAH.Cinta sejati tidak mengenal berbagai lagi.Kalau masih ada rasa
bahwa Aku, adalah Aku dengan Engkau, belumlah sampai kepada inti
Cinta.Kadang kadang tak tahulah dia, apa yang akan dibicarakannya lagi,
tersesat mulutya, sehingga Dia berkata karena saking Cintanya “ANAL HAQ”
Kadang kadang kemana sajapun dia menoleh , kekasih itu saja yang
kelihatan, ke Matahari ke Bulan Purnama Allah, ke Ombak bergulung, ke
Angin sepoi sepoi Allah, ke Tangis Anak yang baru lahir Allah, ke
Kuburan yang sunyi sepi Allah. Kadang kadang memuncaklah Cinta itu,
sehingga merasa ingin mati saja mati saja dalam Cinta”.
“LAA ANA ILLA HUWA “ Tidak ada saya selain Dia.
HARIS AL MUHASIBI
Menjelaskan bahwasanya rasa Cinta seorang Mahluk kepada Khalik itu,
adalah Anugrah Ilahi. Yang disemaikan Tuhan didalam Hati Yang
mencintainya. Kalau cinta itu telah bertumbuh, belum terasa, maksudnya
sebelum bersatu diantara yang mencintai dengan dicintai.
MA’… AL KAFAHMI
Putus asa dari pada apa ada ditangan sesame Mahluk,
Mabuk karena Rindu dan Cinta kepada Tuhan, dan belum sadar dari mabuk
itu, belum bertemu dengan dia, dan beliau juga berkata : Fananya orang
orang yang takwa artinya telah Rasa, Matinya ialah hidup yang sejati.
DASAR ZUHUD HASAN BASRI
Anak Adam
Dirimu, Diriku, Dirimu hanya satu.
Kalau dia selamat, selamatlah engkau, Dan orang yang selamat tak dapat
menolong. Tiap tiap nikmat yang bukan Syurga, adalah hina dan bala
bencana yang bukan Negara.
IBNU ARABI
“SUBHANAMAN KHALAK’L ASY YAA WAHUWA ‘AINUHA”
Amat sucilah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu, dan dialah “AIN sesuatu itu.
“YA KHALIKA’L ASY YAA FII NAFSIHI ANTALIMA TAKH LUKUHU JAMI’U TAKHLUKU MALAA YANTANI KAUNUHU FIKA FAANTA’L KHAYYIKUL WASI’U
Wahai yang menjadikan segala sesuatu pada Dirinya.
Engkau bagi apa yang Engkau jadikan mengumpulkan
Engkau jadikan barang yang tak berhenti adanya pada engkau
Maka Engkaulah yang sempit dan lapang.
TENTANG WIHDATUL WUJUD
Katanya pula, wujud Alam adalah ‘AIN WUJUD ALLAH. ALLAH itulah Hakikat
Alam, tidak ada disana perbedaan diantara WUJUD yang QADIM yang digelari
KHALIK itu dengan Ujud yang BAHARU. Dan yang digelari/ dinamai MAHLUK.
Tiada ada perbedaan ‘ABID dengan MA’BUD bahkan ‘ABID dan MA’BUD adalah
satu. Perbedaan itu hanya Rupa dan Ragam dari Hakikat yang ESA.
Kadang kadang menjelma sebagai ADIKARA gagah perkasa. Kadang kadang
menjelma sebagai FIR’AUN, dan kadang kadang menjelma sebagai Orang Mulia
dan Tinggi, sebagai Nabi nabi. Kesegalanya adalah “AIN yang satu.
Hakikat ‘ABIT dan WUJUDNYA dan KEAKUANNYA JUA. Dan beliau Syairkan :
AL’ABDU RABBUN WARRABU’ABDUNYA LAITA SYI’RI MAN’IL MUKALLAP
INQULTA ‘ABDUN FAZAAKA RABUNAUQULTA RABBUN ANNA YUKALLAP.
Hamba adalah Tuhan dan dan Tuhan adalah Hamba
Demi Syu’urku, Siapakah yang Mukallap
Kalau Engkau katakana Hamba, padahal Dia Tuhan
Atau Engkau katakana Tuhan, Yangmana yang diperintahkan.
RABI’ATUL ADAWIYAH
Setengah dari pada Syairnya :
UHIB BUKA HUBBAINI HUBBABUL HAWA WAHUBBAH LIANNAKA AHLUN LIZAKAFA AMMALLAZI HUWA HUBBUL HAWA FASYUGLI BIZIKRIKA ‘AMMAN SIWAKA
WA AMMALLAZI ANTA AHLUN LAHU FAKASYFUKA FIZAKA ‘WALA ZAKILLY WALAKIN LAKAL, HAMDU FI ZAWA ZAKA.
Ku Cinta padamu, dua macam Cinta, Cinta rindu dan Cinta karena Engkau berhak menerima Cintaku.
Adapun cinta karena engkau, hanya Engkau yang aku kenang tiada yang
lain.Adapun Cinta karena Engkau berhak menerimanya agar Engkau bukakan
bagiku Ijab supaya Aku dapat melihat Engkau.
Pujian atas kedua perkara itu bukanlah bagiku, Pujian atas kedua perkara ini adalah Bagimu.
IMAN GHAZALI memberikan pendapatnya atas Syair itu demikian :Barangkali
yang beliau maksud dengan Cinta Kerinduan, ialah Cinta akan ALLAH,
karena IHSAN dan NIKMATNYA diatas DIRINYA.
Karena ALLAH telah
menganugrahinya hidup, sehingga menyebut namanya. Adapun Cinta keduanya
yaitu :Cinta karena ALLAH(JAMAL) dan Kebesarannya (JALAL) yang kian
sehari kian terbuka baginya. Maka itulah Cinta yang setinggi tingginya
(KAMAL) karena Cinta yang timbul kepada Tuhan, karena merenangi
KeIndahannnya MA’UL RUBUDIYAH) itulah yang pernah disabdakan Rasulullah
SAW dalam satu Hadis Qudsy :
Aku sediakan bagi Hambaku yang Saleh, barang yang Mata
Belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, dan
Belum pernah terkhadir di Hati Manusia juapun.
INNI JA’ALTU KAFIL FUADI MUHADDINTSI WA ABUHTU JISMI MAN ARADA JULUSI
FAL JISMU MINNI LIL JALISI MU’ANISUNWAHABIHU QALBI FILFU’ADI ANISI.
adikan Engkau teman bercakap dalam hatiku, Tubuh kasarku biar berhadap
dengan yang duduk, jisimku biar becengkrama dengan tolanku dan hatiku
hanyalah tetap Engkau Sendiri.
TASHIL ILAHA WA’ANTA TAZHARU HUBSAHU HAZA LA’UMRU FIL FA’ALI BADIU
LAU KANA HUBBUKA SADIKAN LA ATHA’TAHU INNAL MURIBBA LIMAN YUHIBBA YATHI’U
Durrhaka kepada tuhan didalam Bathin, tetapi di lidah engkau Ta’at
kepadanya. Umurku, ini perbuatan yang amat ganjil. Cinta sejati tentu
Kau turut apa perintah Pen Cinta Ke yang di Cinta Tha’at dan patuh.
AL BAIRUNI “ MAZHAB PATENGGEL, Inilah dipakai oleh Kaum Shuffi untuk mencari Al Haq dengan kata mereka :
Selama Engkau masih memberi Isyarat
Tidaklah Engkau Meng Esakan
Sebelum Al Hak menguasai Isyaratmu
Dengan Fananya Diri Engkau
Maka tidaklah Tinggal lagi yang
Memberi Isyarat
Dan tidak pula Isyarat itu sendiri
Yang memberi Isyarat dengan yang diIsyaratkan.
TELAH SATU.
Perkataan mereka Kaum Suffi didapat juga kata kata tentang pantun :
Bagaimana saya akan dapat menjelaskan siapa Dia Saya itu dengan saya,
dan saya dengan Dimana Kalau Saya kembali, dengan kembali itulah Saya
terpisah Kalau Saya lalai, dengan lalai itulah saya terpisah. Dan dengan
bersatu, baru saya merasa tenteram.
ZADTULLAH
Bermula Zadtullah
Ta’ala itu tidapa dapat dikatakan Sifat, tetapi lain dari pada sifatnya
tiada dapat dikatakan, dan Sifat itupun tiada dapat dikatakan Zadtullah
Ta’ala.Tetapi lain dari pada Zadtullah Ta’ala pun tiada dapat
dikatakan.Setelah sudah diketahui hakikatnya, kepada lafaz adalah
namanya dua.Kepada ibaratpun dikatakan dua, tetapi pada hakekatnya
adalah tiada.Dia hanya seperti ombak dan laut, nama sebetannya adalah
dua, tetapi pada hakekatnya adalah tiad dua, adalah hanya satu, yaitu
AIR.
Kata IMAM GHAZALI “SHIFATULLAHI LAISAT’ANUDZ DZATI WALAN CHAIRU SI WAAHU”.
Artinya Sifat Allah itu bukannya diri Zad dan tiada lain dari padanya,
Sesungguhnya Rahasia Allah ta’alaitu, maka sifat ia adanya, Sifat itu
tiada lain daripada Zadtullah Ta’ala, sebagaimana didalam hadis Qudsy :
“AL INSANU SIRRI WASIRRI SHIFATI WASHIFATI LAA GHAIRI MINADZ DZATI”
artinya Bermula Insan itu rahasiaku, dan RahasiaKu itu ialah SifatKu,
dan SifatKu itu tiada lain dari pada Zat.
ZAD zahirnya Wahdaniat (zahirnya dengan ke Esaan).
Batinnya Fardaniat (bathin dengan nama ketunggalannya).
DIKATAKAN TUNGGAL TATKALA AHADIAT
DIKATAKAN ESA TATKALA WAHDAT
WUJUD yaitu HAQ TA’ALA
WUJUD HAQ TA’ALA itu ‘AIN dengan Zad yang meujud, maksudnya : Nyata Wujud Haq Ta’ala itu pada Zat segala yang maujud ini.
Adapun sifat yang dua puluh itulah hakikat Zat Al Saari, dan
I) DZAT ALSAARI itulah hakikat sekalian martabat dan perhimbpunan sekalian martabat wujud IDHAFI (martabat yang tujuh) yaitu :
1. AHADIAT
2. WAHDAT
3. WAHIDIAT
4. ALAM ARWAH
5. ALAM MISAL
6. ALAM AZSAR
7. ALAM INSAN
Itulah yang bernama Wujud Idhofi
2) ROH IDHOFI itulah Nyawa Muhammad dan Nyawa Ruhani.
3) RUHANI itulah hakikat tubuh Muhammad dan Nyawa Jasmani (segala tuibuh).
4) JASMANI itulah hakikat tubuh segala manusia dan Nyawa hayawani ( hewan)
5)HAYAWANI itulah hkikat tubuh hewan, dan nyawa nabati (tumbuhan)
6)NABATI itulah hakikat tubuh Nabati (tumbuhan) dan Nyawa Jamadi (buku-bukuan).
7)JAMADI itulah hakikat dari segala buku bukuan.
Sambungan dari status ku ,aku beri nomor agar mudah : nomor 6
BISMILLAHIR RAHMANIRRAHIM
Inilah sebenar benarnya Ma’rifat bagi Diri kita. Maka itulah yang disebut INSANUL KAMIL.Maka telah berfirman Allah Ta’ala dalam Hadist Qudsy pada Tujuan Rahasianya yang mendalam, yang telah memberi suatu keterangan terhadap Umat Nabi Muhammad, seperti firman Allah Ta’ala:
“LAA SYARI’ATIN BIHAKKIN ILLAA SYARI’ATULLAH”
Artinya Tiada Syari’at Engkau pada kelakuan Sembahyang dengan sebenar benarnya Melainkan adalah dengan Syari’atKu, ialah Kelakuan Sembahyang.
“WALAA THARIKATIN BIHAKKIN ILLAA THARIKATULLAH”
Artinya : Dan tiada Tharikat Engkau (Jalan) mengata (Menyebut) Memuji dengan sebenarnya, melainkan adalah dengan Tharikat (JalanKU) Sebutkan PujiKu, Aku memuji DiriKU Sendiri.
“WALAA HAKIKATIN BIHAKKI ILLAH HAKIKATULLAH”
Artinya : Dan Tiada Hakikat Engkau wajib adanya, dan tiada seumpamanya, dan ingat padanya, yang Rahasianya dengan kebenarannya melainkan Wajib ada WujudKu, dan tiada seumpamanya, dan tiada tuhan melainkan Aku.
“WALAA MA’RIPATIN BIHAKKI ILLA BIMA’ARIPATULLAH”
Artinya : Dan tiadalah Ma’rifat Engkau yang Mengenal Diri Engkau
Dan Mengenal DiriKU dengan sebenarnya.
Melainkan dengan Ma’rifatKU, dan Mengenal DiriKU.
Dan Aku julah Mengenal DiriKU sendi
INTAHA
ABU YAZID BUSTAMI
Nama kecilnya ialah Thallur
Pernah beliau berkata yang ganjil dan dalam, yang masih sangat hati hati memahamkannya.Sebab dari mulut Beliau kerap kali keluar kata kata yang berisi kepercayaan bahwasanya :“HAMBA dan TUHAN sewaktu waktu BISA BERPADU MENJADI SATU (Hulul). Sampai oleh ahli Shuffi yang datang dibelakang diberi misal bahwasanya “Hulul” itu adalah seumpama Perpaduan diantara Api dengan Besi,
pendeknya kalau kita bisa menghukumkan ABU YAZID itu telah sesat. Setengah dari perkataan beliau :
Tidak Ada Tuhan Melainkan Saya
Sembahlah Saya
Amat Sucilah Saya
Alangkah Besar KuasaKu
Dan kata beliau sewaktu yang lain :
Pernah Tuhan mengangkat Daku, dan ditetakkannya Aku dihadapannya sendiri, Maka berkatalah Dia kepadaku “ABU YAZID” Makhlukku ingin melihat Engkau. Lalu Aku berkata “Hiasilah Aku dengan Wahdaniatmu, Pakaikanlah Kepadaku Keakuanmu, Angkatlah Aku kedalam Kesatunmu, sehingga apabila Makhluk Melihat Daku mereka akan berkata “ Kami telah melihat Engkau, maka Engkaulah itu, Dan Aku Tidak Ada disana.
Pada akhirnya Beliau berkata : “Demi Sadarlah Aku, dan Tahulah Aku Bahwa Sesungguhnya/bahwasanya sama sekali Itu hanyalah Khalan Belaka.” Kata kata yang demikian dinamai orang SYATHATHAT artinya ialah kata kata yang penuh hayal yang tidak dapat diperpegangi, dan dikemanakan hukum, karena orang yang berkata kata waktu itu sedang Mabuk bukan Mabuk Alkohol, Mabuk oleh tiada sadar akan dirinya lagi, sebab tenggelam kedalam lautan tapakkur, sebab itu menurut penyelidikan beliaulah yang mula mula sekali menciptakan suatu istilah Paham Tsawwuf yang bernama “ASSAKAR” artinya Mabuk, “ AL ‘ISYQ” artinya Rindu Dendam
YAHYA BIN MA’AZ
Pernah berkirim surat kepada Abu Yazid Bustami, bahwasanya Dia sudah mabuk, oleh karena terlalu banyak meminum Khamar Cinta. Maka Abu Yazid membalas.Orang lainpun telah meminum Air demikian, sepenuh Lautan dan Bumi, tetapi Dia belum juga merasa puas, Dia masih tetap mengulurkan lidahnya meminta tambah lagi. Tentu yang beliau maksud dengan orang lain itu ialah Dirinya sendiri. Disinilah masuknya pelajaran RABI’ATUL ADAWIYAH.Cinta sejati tidak mengenal berbagai lagi.Kalau masih ada rasa bahwa Aku, adalah Aku dengan Engkau, belumlah sampai kepada inti Cinta.Kadang kadang tak tahulah dia, apa yang akan dibicarakannya lagi, tersesat mulutya, sehingga Dia berkata karena saking Cintanya “ANAL HAQ” Kadang kadang kemana sajapun dia menoleh , kekasih itu saja yang kelihatan, ke Matahari ke Bulan Purnama Allah, ke Ombak bergulung, ke Angin sepoi sepoi Allah, ke Tangis Anak yang baru lahir Allah, ke Kuburan yang sunyi sepi Allah. Kadang kadang memuncaklah Cinta itu, sehingga merasa ingin mati saja mati saja dalam Cinta”.
“LAA ANA ILLA HUWA “ Tidak ada saya selain Dia.
HARIS AL MUHASIBI
Menjelaskan bahwasanya rasa Cinta seorang Mahluk kepada Khalik itu, adalah Anugrah Ilahi. Yang disemaikan Tuhan didalam Hati Yang mencintainya. Kalau cinta itu telah bertumbuh, belum terasa, maksudnya sebelum bersatu diantara yang mencintai dengan dicintai.
MA’… AL KAFAHMI
Putus asa dari pada apa ada ditangan sesame Mahluk,
Mabuk karena Rindu dan Cinta kepada Tuhan, dan belum sadar dari mabuk itu, belum bertemu dengan dia, dan beliau juga berkata : Fananya orang orang yang takwa artinya telah Rasa, Matinya ialah hidup yang sejati.
DASAR ZUHUD HASAN BASRI
Anak Adam
Dirimu, Diriku, Dirimu hanya satu.
Kalau dia selamat, selamatlah engkau, Dan orang yang selamat tak dapat menolong. Tiap tiap nikmat yang bukan Syurga, adalah hina dan bala bencana yang bukan Negara.
IBNU ARABI
“SUBHANAMAN KHALAK’L ASY YAA WAHUWA ‘AINUHA”
Amat sucilah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu, dan dialah “AIN sesuatu itu.
“YA KHALIKA’L ASY YAA FII NAFSIHI ANTALIMA TAKH LUKUHU JAMI’U TAKHLUKU MALAA YANTANI KAUNUHU FIKA FAANTA’L KHAYYIKUL WASI’U
Wahai yang menjadikan segala sesuatu pada Dirinya.
Engkau bagi apa yang Engkau jadikan mengumpulkan
Engkau jadikan barang yang tak berhenti adanya pada engkau
Maka Engkaulah yang sempit dan lapang.
TENTANG WIHDATUL WUJUD
Katanya pula, wujud Alam adalah ‘AIN WUJUD ALLAH. ALLAH itulah Hakikat Alam, tidak ada disana perbedaan diantara WUJUD yang QADIM yang digelari KHALIK itu dengan Ujud yang BAHARU. Dan yang digelari/ dinamai MAHLUK. Tiada ada perbedaan ‘ABID dengan MA’BUD bahkan ‘ABID dan MA’BUD adalah satu. Perbedaan itu hanya Rupa dan Ragam dari Hakikat yang ESA.
Kadang kadang menjelma sebagai ADIKARA gagah perkasa. Kadang kadang menjelma sebagai FIR’AUN, dan kadang kadang menjelma sebagai Orang Mulia dan Tinggi, sebagai Nabi nabi. Kesegalanya adalah “AIN yang satu.
Hakikat ‘ABIT dan WUJUDNYA dan KEAKUANNYA JUA. Dan beliau Syairkan :
AL’ABDU RABBUN WARRABU’ABDUNYA LAITA SYI’RI MAN’IL MUKALLAP
INQULTA ‘ABDUN FAZAAKA RABUNAUQULTA RABBUN ANNA YUKALLAP.
Hamba adalah Tuhan dan dan Tuhan adalah Hamba
Demi Syu’urku, Siapakah yang Mukallap
Kalau Engkau katakana Hamba, padahal Dia Tuhan
Atau Engkau katakana Tuhan, Yangmana yang diperintahkan.
RABI’ATUL ADAWIYAH
Setengah dari pada Syairnya :
UHIB BUKA HUBBAINI HUBBABUL HAWA WAHUBBAH LIANNAKA AHLUN LIZAKAFA AMMALLAZI HUWA HUBBUL HAWA FASYUGLI BIZIKRIKA ‘AMMAN SIWAKA
WA AMMALLAZI ANTA AHLUN LAHU FAKASYFUKA FIZAKA ‘WALA ZAKILLY WALAKIN LAKAL, HAMDU FI ZAWA ZAKA.
Ku Cinta padamu, dua macam Cinta, Cinta rindu dan Cinta karena Engkau berhak menerima Cintaku.
Adapun cinta karena engkau, hanya Engkau yang aku kenang tiada yang lain.Adapun Cinta karena Engkau berhak menerimanya agar Engkau bukakan bagiku Ijab supaya Aku dapat melihat Engkau.
Pujian atas kedua perkara itu bukanlah bagiku, Pujian atas kedua perkara ini adalah Bagimu.
IMAN GHAZALI memberikan pendapatnya atas Syair itu demikian :Barangkali yang beliau maksud dengan Cinta Kerinduan, ialah Cinta akan ALLAH, karena IHSAN dan NIKMATNYA diatas DIRINYA.
Karena ALLAH telah menganugrahinya hidup, sehingga menyebut namanya. Adapun Cinta keduanya yaitu :Cinta karena ALLAH(JAMAL) dan Kebesarannya (JALAL) yang kian sehari kian terbuka baginya. Maka itulah Cinta yang setinggi tingginya (KAMAL) karena Cinta yang timbul kepada Tuhan, karena merenangi KeIndahannnya MA’UL RUBUDIYAH) itulah yang pernah disabdakan Rasulullah SAW dalam satu Hadis Qudsy :
Aku sediakan bagi Hambaku yang Saleh, barang yang Mata
Belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, dan
Belum pernah terkhadir di Hati Manusia juapun.
INNI JA’ALTU KAFIL FUADI MUHADDINTSI WA ABUHTU JISMI MAN ARADA JULUSI
FAL JISMU MINNI LIL JALISI MU’ANISUNWAHABIHU QALBI FILFU’ADI ANISI.
adikan Engkau teman bercakap dalam hatiku, Tubuh kasarku biar berhadap dengan yang duduk, jisimku biar becengkrama dengan tolanku dan hatiku hanyalah tetap Engkau Sendiri.
TASHIL ILAHA WA’ANTA TAZHARU HUBSAHU HAZA LA’UMRU FIL FA’ALI BADIU
LAU KANA HUBBUKA SADIKAN LA ATHA’TAHU INNAL MURIBBA LIMAN YUHIBBA YATHI’U
Durrhaka kepada tuhan didalam Bathin, tetapi di lidah engkau Ta’at kepadanya. Umurku, ini perbuatan yang amat ganjil. Cinta sejati tentu Kau turut apa perintah Pen Cinta Ke yang di Cinta Tha’at dan patuh.
AL BAIRUNI “ MAZHAB PATENGGEL, Inilah dipakai oleh Kaum Shuffi untuk mencari Al Haq dengan kata mereka :
Selama Engkau masih memberi Isyarat
Tidaklah Engkau Meng Esakan
Sebelum Al Hak menguasai Isyaratmu
Dengan Fananya Diri Engkau
Maka tidaklah Tinggal lagi yang
Memberi Isyarat
Dan tidak pula Isyarat itu sendiri
Yang memberi Isyarat dengan yang diIsyaratkan.
TELAH SATU.
Perkataan mereka Kaum Suffi didapat juga kata kata tentang pantun : Bagaimana saya akan dapat menjelaskan siapa Dia Saya itu dengan saya, dan saya dengan Dimana Kalau Saya kembali, dengan kembali itulah Saya terpisah Kalau Saya lalai, dengan lalai itulah saya terpisah. Dan dengan bersatu, baru saya merasa tenteram.
ZADTULLAH
Bermula Zadtullah Ta’ala itu tidapa dapat dikatakan Sifat, tetapi lain dari pada sifatnya tiada dapat dikatakan, dan Sifat itupun tiada dapat dikatakan Zadtullah Ta’ala.Tetapi lain dari pada Zadtullah Ta’ala pun tiada dapat dikatakan.Setelah sudah diketahui hakikatnya, kepada lafaz adalah namanya dua.Kepada ibaratpun dikatakan dua, tetapi pada hakekatnya adalah tiada.Dia hanya seperti ombak dan laut, nama sebetannya adalah dua, tetapi pada hakekatnya adalah tiad dua, adalah hanya satu, yaitu AIR.
Kata IMAM GHAZALI “SHIFATULLAHI LAISAT’ANUDZ DZATI WALAN CHAIRU SI WAAHU”.
Artinya Sifat Allah itu bukannya diri Zad dan tiada lain dari padanya, Sesungguhnya Rahasia Allah ta’alaitu, maka sifat ia adanya, Sifat itu tiada lain daripada Zadtullah Ta’ala, sebagaimana didalam hadis Qudsy : “AL INSANU SIRRI WASIRRI SHIFATI WASHIFATI LAA GHAIRI MINADZ DZATI” artinya Bermula Insan itu rahasiaku, dan RahasiaKu itu ialah SifatKu, dan SifatKu itu tiada lain dari pada Zat.
ZAD zahirnya Wahdaniat (zahirnya dengan ke Esaan).
Batinnya Fardaniat (bathin dengan nama ketunggalannya).
DIKATAKAN TUNGGAL TATKALA AHADIAT
DIKATAKAN ESA TATKALA WAHDAT
WUJUD yaitu HAQ TA’ALA
WUJUD HAQ TA’ALA itu ‘AIN dengan Zad yang meujud, maksudnya : Nyata Wujud Haq Ta’ala itu pada Zat segala yang maujud ini.
Adapun sifat yang dua puluh itulah hakikat Zat Al Saari, dan
I) DZAT ALSAARI itulah hakikat sekalian martabat dan perhimbpunan sekalian martabat wujud IDHAFI (martabat yang tujuh) yaitu :
1. AHADIAT
2. WAHDAT
3. WAHIDIAT
4. ALAM ARWAH
5. ALAM MISAL
6. ALAM AZSAR
7. ALAM INSAN
Itulah yang bernama Wujud Idhofi
2) ROH IDHOFI itulah Nyawa Muhammad dan Nyawa Ruhani.
3) RUHANI itulah hakikat tubuh Muhammad dan Nyawa Jasmani (segala tuibuh).
4) JASMANI itulah hakikat tubuh segala manusia dan Nyawa hayawani ( hewan)
5)HAYAWANI itulah hkikat tubuh hewan, dan nyawa nabati (tumbuhan)
6)NABATI itulah hakikat tubuh Nabati (tumbuhan) dan Nyawa Jamadi (buku-bukuan).
7)JAMADI itulah hakikat dari segala buku bukuan.
“ AWALUDDIN MA’RIFATULLAH” -Arya Mahesageni(6)
Reviewed by Unknown
on
May 31, 2013
Rating: 5
No comments
Post a Comment