Fenomena Tanah Rawa Gambut
sumber: http://www.djemari.org/2011/06/fenomena-tanah-rawa-gambut.html
Fenomena Tanah Berawa:
Tanah
Berawa - Fungsi sponge (karet busa) untuk menyimpan air. Jika daerah
ini dibangun, maka tempat penyerapan air menjadi tidak ada, air harus
mengalir ke tempat yang lain. Bangunan yang dibangun di rawa dengan
penimbunan akan turun terus, di samping itu, air akan naik terus jika
tidak ada kompensasi untuk dialirkan ke tempat lain. Karena itu
pembangunan di daerah berawa harus terkontrol supaya tidak mengganggu
keseimbangan air tanah.
Fenomena Tanah Gambut:
- Tanah gambut merupakan hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan dalam ribuan tahun yang bukan merupakan daratan atau tanah yang sesungguhnya.
- Ketebalannya bervariasi antara beberapa cm sampai 15 meter.
- Tanah gambut akan terus mengalami penurunan (ingat: ia sebetulnya bukan tanah!), bisa sampai 1 m dalam 10 tahun.
- Pembuatan jalan di atas lahan gambut lebih baik dilakukan dengan sistem rigid pavement (perkerasan kaku) yaitu dengan lapisan beton, supaya bebannya tersebar merata di atas permukaan tanah gambut, demikian memperlambat penurunan dan kerusakan.
- Untuk mendapatkan bangunan yang stabil, maka pondasi harus dipancangkan sampai ke kedalaman tanah keras di bawah lapisan gambut.
Luasan lahan gambut di dunia
adalah sekitar 424 juta ha (Kalmari, 1982) dan sekitar 38 juta ha
terdapat di wilayah tropis (Friends of the Earth, 1983). Sebagian besar
lahan gambut di wilayah tropis terdapat di Indonesia yaitu seluas 20.10
juta ha dan di Malaysia dengan luasan sekitar 2.7 juta ha
(Vijarnsorn,1996). Di Indonesia, mayoritas lahan gambut ditemukan di
luar Pulau Jawa dengan luasan sekitar 6.45% dari luas lahan gambut di
dunia (Neue et al., 1997).
PROSES PEMBENTUKAN TANAH GAMBUT
Gambut
terbentuk akibat proses dekomposisi bahan-bahan organik tumbuhan yang
terjadi secara anaerob dengan laju akumulasi bahan organik lebih tinggi
dibandingkan laju dekomposisinya. Akumulasi gambut umumnya akan
membentuk lahan gambut pada lingkungan jenuh atau tergenang air, atau
pada kondisi yang menyebabkan aktivitas mikroorganisme terhambat.
Vegetasi
pembentuk gambut umumnya sangat adaptif pada lingkungan anaerob atau
tergenang, seperti bakau (mangrove), rumput-rumput rawa dan hutan air
tawar. Di daerah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan
membentuk gambut ombrogen di atas gambut topogen dengan hamparan yang
berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan
yang berlangsung selama ribuan tahun dengan ketebalan hingga puluhan
meter.
Gambut tersebut terbentuk dari
vegetasi rawa yang sepenuhnya tergantung pada input unsur hara dari air
hujan dan bukan dari tanah mineral di bawah atau dari rembesan air
tanah, sehingga tanahnya menjadi miskin hara dan bersifat masam. Gambut
ombrogen umumnya terbentuk dari akumulasi bahan-bahan berkayu selama
kurang lebih 4000-5000 tahun yang lalu (Anderson, 1983).
Menurut klasifikasi FAO-UNESCO,
tanah gambut termasuk ordo Histosol dengan kandungan bahan organik
>30% dalam lapisan setebal 40 cm dari bagian 80 cm teratas profil
tanah. Berdasarkan tingkat dekomposisinya histosol dibagi menjadi 3
subordo yaitu fibrik < hemik < saprik. Tanah-tanah gambut di
Sumatra termasuk subordo Terric Tropohemist, Terric Sulfihemist, Typic
Tropohemist, Terric Troposaprist dan Typic Tropofibrist (Hardjowigeno,
1989). Secara umum, tingkat dekomposisi menentukan sifat-sifat fisik,
biologi dan kimia gambut.
Indonesia adalah negara
kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda.
Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Tanah Humus: Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
- Tanah Pasir: Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
- Tanah Alluvial / Tanah Endapan: Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
- Tanah Podzolit: Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
- Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi: Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
- Tanah Laterit: Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
- Tanah Mediteran / Tanah Kapur: Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
- Tanah Gambut / Tanah Organosol: Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Fenomena Tanah Rawa Gambut
No comments
Post a Comment