IMAM LAPEO
Mengenal Imam lapeo
Imam Lapeo atau K.H.
Muhammad Thahir adalah ulama kharismatik
di tanah mandar, beliau adalah seorang waliullah yang harus berhadapan
dengan penganut ilmu hitam yang banyak di daerah itu diawal dakwahnya. seorang
imam di desa lapeo yang sederhana dan menyebarkan agama islam sampai ketanah
bugis. sering memperlihatkan mukzisat dari sang Kuasa.(www.google.com)
K.H. Muhammad Thahir Imam Lapeo juga dinamai Qadhi Tappalang
(karena beliau pernah menjabatnya mreangkap Imam Lapeo). Selama kecilnya
bernama Junaihin Namli. Digelari juga Ambol (berasal dari kata Istambul). Kalau
oleh para cucunya dipanggil Kanne’ Iyye’ (Bahasa Bugis = Setuju) pada saat
penduduk setempat menyatakan Iyyo (Bahasa Mandar = Setuju). Sebagian juga
memanggil Kanne Anggulu’ (berasa dari kata Annangguru, lidah kekanakan). Oleh
masyarakat Mandar umum menyebut Annanggurrutta. Oleh orang-orang Bugis
Anre’gurutta. Bentuk mukanya lonjong, tubuhnya jangkung, wana kulitnya
coklat-hitam, kurus diperkirakan tingginya mencapai 180 cm.
Dapat lancar berbahasa melayu (kini menjadi bahasa
Indonesia), Bugis dan Arab.
Pada masa itu langka yang mempunyai kemampuan seperti itu.
Beliau lahir dari pasangan Muhammad kelahiran Pambusuang
pada tahun 1939, dibesarkan dan wafat di sana. Pekerjaan nelayan dan guru mengaji.
Dan Ikaji kelahiran Laliko dan dibesarkan, lalu pindah ke Pambusuang (Kabupten
Polmas) menjadi Bandar perdagangan ke sa’la (selat malaka), Makassar, Bugis,
Jawa, Minangkabau, Ternate dsb. Alat transportasi kebanyakan perahu sanded dan
kuda. Ada juga yang memakai perahu pinisi (Lete’).
Mata dagangan yang dikeluarkan: sarung sutra dan hasil-hasil
bumi.
Sedang mata dagangan yang dimasukkan berupa barang
pecah-belah, sutera, kain dsb. Juga Pambusuang menjadi pusat pendidikan Islam
di Sulawesi. Kakek beliau bernama Abdul Karim/Sapparaya/Kanne’ Buta kuburannya
di Nugo Desa Bala adalah penghafal Al Qur’anul karim. Pendidikan yang dikenal
pengajian halaqah (non klas). Yang ada pelajaran ilmu usuluddin Asy’Ariyah/Muru
ridiah, al Qur’an Ilmu Fikhi syafi’iah, Bahasa Arab, Ilmu Tasauf/Akhlak ajraan
Taunta To Salamakari Gowa: Syekh Yusuf Al Makassari.
Masyarakat Pambusuang memulai membangun masyarakat Madani
(Civil) society) dengan tidak mengangkat Mara’dia Pambususang yang tersisa
adalah Tomabubenna Banua Pua’ Ma’darai dan Imam Pambusuang Puaji Toa, Haji Nuh.
Pelaksaan Syari’at Islam belum memadai masih berpengaruh
dari ajaran pra Islam/tradisi nenek-moyang (animism), masih percaya keapda
mistrik antara lain kepada kekuatan benda bertuah, keris, memberik sesaji keapda
dewata (saringang) berbuat jinan (semacam dengan kuda kepang), penyabung ayam,
menjudi, perampokan (Pattolla’), peminum arak, melalaikan sembahyang, puasa,
zakat dan silaturrahmi dan lain-lain. Diperarah oleh belum maksimalnya mengenai
kepastian hukum dan keadilan. Dapat diaktakan masih berlaku hukum-rimba.
Lebih-lebih menyangkut administrasi pemerintahan sangat tidak beraturan. Beliau
lahir th: 1839 pada masa pemerintahan raja balanipa ke 41: To matindo di Marica
apda masa Belanda berusaha menjejakkan kakinya di Tanah Mandar yang terbentuk
dalam perjanjian Panjang tahun 1862 tanggal 6 Desember 1862 disusul oleh
pernyataan pendek tahun 1905.
Beliau dan sama dengan manusia lainnya pada masa mudanya
punya dambaan/obsesi/cita-cita dan pada mulannya mencari tahu apa-apa yang
diperlukana untuk diperbuat. Jiwa Patriotisme, berani menanggung resiko serta
berbagai macam percobaan beliau telah lakukan.
Melihat kehidupan dan tingkat pendidikan masyarakat beliau
selalu ingin bertemu dan menanggung serta merasakan apa yang dialaminya, selalu
ingin berhubungan, baik di kala senang apalagi kala susah atau mengalami
krisis.
Beliau berkunjung kepada mereka untuk mencari tahu tentang
apa yang mereka alami:
Hai anakku, atau hai cucukku, atau hai adikku, atau hai
saudaraku, apa kabar dengan anda?
Apa anda sehat-sehat sajat?
Mereka berbahagia sebab sudah datang berkunjung ke rumah.
Bagaimana anak-anak, cucu-cucu, bagaimana sekalian
keluargaku? Tetap ada kepentingan berhubungan dengan beliau karena permasalahan
kehidupan dan penghidupan tidak henti-hentinya ada dibidang: keluarga, ekonomi,
sosial, mata-pencaharian dll.
Beliau rindu kepada mereka dan sebaliknya serta kehendak
memecahkan permasalahan mereka. Pada masa muda sampai tua sangat senang
merantau sampai ke pulau jawa, Sumatera, Semenajung Malaka dan utamanya di
pulau Sulawesi sendiri baik kediaman suku Bugis, Makassar, Toraja,
Massenrempullu dan lain-lain.
Dan yang banyak ditempati beriteraksi ialah masyarakat
bahagian utara propinsi Sulawesi Selatan utamanya bekas Afdeling Mandar yang
kini sedang diperjuangkan untuk menjadi
propinsi Sulawesi barat, lepas dari propinsi Sulawesi Selatan.
Beliau juga berkehendak untuk melawan/mengusir penjajah
Belanda. Beliau berkhawalat selama 40 hari agar mendapat kekuatan dalam
berperang. Dalam bersunyi-sunyi itu beiau didatangi oleh suara menyatakan:
Permintaanmu dikabulkan, hanya saja permerintahan sebangsamu
tidak berperilaku jujur akan menyengsarakan rakyat bangsamu!
Lebih baik membina mereka dalam cara menjalankan misi disitu
air-kali mengalir kearah timur. Beliau perkirakan inilah Lapeo tempatnya
bermuara Lembang Laliko (permukaannya kini hampir tiada di musim penghujan).
Pada pertengahan abad ke 19 kebetulan banyak orang arab
merantau ke nusantara (mungkin sehubungan dengan terjadinya perolakan politik
mendirikan. Resmi su’idiah atau sebab-sebab lainnya).
Beliau juga perna ikut berjualan sarung sutra di
Sumatra/Padang. Dengan menggunakan sempoa beliau lancar berhitung: menjumlah,
mengurang, mengalikan dan membagi (menurut ceritanya sampai beberapa desimal,
di bawah satuan). Beliau tidak pernah duduk di bangku sekolah akan tetapi mampu
menghitung dengan tepat menyangkut luas, volume, lingkaran dsb.
Kalau memakai bahasa sekarang:
Beliau itu mempunyai IQ (Intelektual Quation), EQ (Emosional
Quation) dan SQ (Spritual Quation) yang amat baik.
Karena kemampuannya itu dia diangkat sebagai bendaharawan/
kasir. Pada suatu hari ada seorang menghadap beliau dengan keluhan sangat susah
lantaran dililit utang.
Orang itu meminta kebijaksanaannya untuk membayarkan
utang-utangnya agar kesusahannya hilang. Berdada di negeri seberang membayarkan
utang seorang yang tidak dikenalnya, begitu pula alamatnya. Mitra kerjanya
sangat kecewa karena dianggap suatu perbuatan yang salah besar, lalu dihentikan
tanpa bekal apapun. Jalan keluar yang
dapat ditempuh demi penangguhanannya di padang yaitu selalu nginap di mesjid,
atau tidur di emper mesjid. Jama’ah saling menanyakan siap gerangan yang selalu
di mesjid. Lalu mereka bertanya : siapa anda ini dan dari mana? Jawabnya:
Junaihin Namli berasal dari pambusuang tanah mandar. Tersiarlah kabar dari
kampong itu bahwa ada orang mandar yang terlantar dan ingin pulang kampung juga
terdengar sampai ketelinga seorang mandar majene yang lehih dahulu disana dan
berkeluarga disanan bernama pua Bau’. Dengan mendapatkan bantuan darinya dan
minta sumbangan dari masyarakat dapatlah beliau sanggup untuk sewa kendaraan
sampai ke Pambusuang dengan selamat.
Pada kesempatan lain pergi pula kesana dengan tidak lagi
merupakan regu kerja tapi mandiri/bebas. Dalam perjalanannya selalu mencari
guru/ustazd yang dapat memberikan ajaran-ajaran agama islam terutama yang
madzhab Syafi’i. lebih dari itu mempelajari ilmu-ilmu lain antaranya: ilmu Usuluddin/Tauhid asy’ariah/Muturidiah,
kebatinan, ilmu pencak silat, ilmu ketabiatan, warid dan lain-lain hingga
berumur 17 tahun dan selanjutnya belajar mengajar dan beramal dengan ikhlas
mendapat ilmu kasbi didapat dengan jalan berusaha dan ilmu ladunni (dapat
dilihat langsung oleh Allah SWT.)
Perjuangan Imam Lapeo.
Dalam perjalanannya selalu mencari guru/ustazd yang dapat
memberikan ajaran-ajaran agama islam terutama yang madzhab Syafi’i. lebih dari
itu mempelajari ilmu-ilmu lain antaranya:
ilmu Usuluddin/Tauhid asy’ariah/Muturidiah, kebatinan, ilmu pencak
silat, ilmu ketabiatan, warid dan lain-lain hingga berumur 17 tahun dan
selanjutnya belajar mengajar dan beramal dengan ikhlas mendapat ilmu kasbi
didapat dengan jalan berusaha dan ilmu ladunni (dapat dilihat langsung oleh
Allah SWT.)
Dididik dan dibesarkan dalam kehidupan beragama Islam
bermahzhab Syafi’I Ahlussannati wal jama’ah. Menurut beliau sendiri dalam
pengakuannnya guru-gurunya adalah:
1. Ayahnya
sendiri, Muhammad (Penghafal Al-Qur’an)
2. Kakenya, Abdul
Karim/Sapparaja/Kanne’ Buta (penghafal Al-Qur;an)
3. Guru Langgo’
di Pambusuang.
4. Guru-guru di
pulau Salemo (Pangkep)
5. Guru-guru di
Pare-Pare antara lain Al Yafi’I (ayahanda Prof. H. M. Ali Al Yafi’)
6. Guru-guru di
pulau Madura (antara lain K.H. Kholil) dan pulau Jawa.
7. Guru-guru di
Singapura, Malaka dsb.
8. Guru-guru di
Padang (Sumatra Barat)
9. Habib Sayyid
H.M. Alwi bin Sahal Jamalul Lail
10. Syekh Hasan Al
Yamani
11. Dan lain-lain.
Dalam menyebarkan agama islam berbagai cara yang ditempuh
oleh imam lapoe, dimana ia menarik perhatian masyarakat atau orang disekitarnya
dalam mengajarkan agama, secara bartahap beliau mengikuti kebudayaan-kebudayaan
yang dilakukan oleh masyarakat tersebut. biasanya beliau mengajak masyarakat
sekitar membangun mesjid namun kadang dalam melaksanakan kegiatan tersebut
terkadang ada masyarakat yang menyelingi dengan bermain sabung ayam, pula
bermain judi, minum minuman keras namun imam lapeo tidak serta merta melarang
mereka berbuat demikian, masyakarakat sendiri secara bertahap menghilangkan
kebiasaan yang mereka lakukan. Bukan hanya dengan mengajak masyarakat
disekitarnya membangun mesjid imam lapoe juga sering bertamu dirumah masyarakat
jika sedang berjalan-jalan dan juga terkadang masyarakat mendatangi rumah
beliau untuk meminta doa dan petunjuk jika ada masalah yang mereka hadapi atau
mempunyai keiinginan. Beliau juga terkenal dengan sikap dermawannya
sampai-sampai beliau berhutang jika ada masyarakat yang memerlukan bantuan.
Masyarakat yang ada di tanah mandar bukanlah mudah untuk
ditaklukkan hatinya oleh karena itu imam lapeo dikala menjalankan dakwahnya di
wilayah yang ditempati, beliau biasa menikahi keluarga-keluarga yang
berpengaruh terhadap masyarakat yang ada diwilayah itu itupun atas usulan dari
sahabat-sahabat beliau.
a. Memasuki lapeo
Wilayah ini tempo dulu dibawah kekuasaan Mara’dia Titi-e
yang berseberangan dengan wilayah saudaranya yaitu Mara’dia Tomadio. Kedua
kerajaan bersebarangan ini sering terjadi percekcokan soal wilayah. Maka susatu
saat diadakan pembagian wilayah dengan membentuk parit galian (Kalliang).
Setelah Mara’dia titi-e wafat, tidak pernah lagi beridiri kerajaannya yang
kemudian dilebur ke dalam senteral Balanipa,
kemudian diperintah labgsung oleh Pa’bicara Kenje. Mara’dia Tomadio
waktu itu Denna Ipetti mengkalim bahwa tanah datar ini sampai ke passauang
lesang itu wilayah Tomadio dengan dasar:
1. Hanya 3
kerajaan kecil di balanipa yang punya lahan datar (tellumpanua yaitu: Tomadio,
Mapilli dan Napo)
2. Orang Babatoa
dipinggir sungai/laut berbahasa lain/tidak terlalu sama dengan bahasa mandar,
dialeg Tomadio.
Kelemahannya bahwa orang-orang laliko, galung dan sekitarnya
berbahasa mandar jadikan pinggir laut/sungai itu tempat berlabuh, membuat
jangkar dan memancing.
Masyarakat di wilayah ini sudah memeluk agama islam, akan
tetapi secara umum pelaksanaan syari’at islam sengat kurang. Mereka beribadah
sendiri-sendiri menurut kemanuannya dirumah masing-masing dalam bentuk apa
saja. Kejatahatan masih merajalela: perjudian, mimnuman khamar, penyabungan
ayam, perampokan (patolla’) to jinan, massringang (memberi makan dewata) tetapi
terlihat sudah ada beberapa diantarnya telah menunaikan ibadah haji. Yang
kurang disini adalah pendidikan islamiah dan pembiasaan pelaksanaan syari’at
islam. Masih terbelakang dalam penghayatan dan penglaman agama islam. Mengutip
istilah yang popular dulu hingga kini “perlu ditobatkan” mungkin itulah
sebabnya dinamai Mesjid Jami’ Attaubah Lapeo, kemudian dialihkan namanya mesjid
Nuruttaubah Lapeo menurut kitab Hadiqatul afham karya alwi bin hamid Al’Idrus
halaman 55.46 imam ratib layaknya:
1. Barahati rahim
2. Luas
ingatannya
3. Sabar atas
perintah Allah
4. Sabar atas
pengawalan hamba-hamba Allah
5. Sabar atas
menyampaikan nasehat-nasehat kepada ahli sembahyang
6. Selalu
memperhatikan jalannya daya upaya dalam memperbaiki keadaan orang-orang
kampong.
7. Kunjungi
orang-orang yang menjauhkan diri dari jam’ah.
8. Ambil hati
kepada orang-orang tua
9. Dekat-dekatan
orang-orang yang patut dan terhormat.
10. Mengalah buat
hal-hal yang dalamnya ada kemajuan bagi persatuan dan kerukunan umum
11. Selalu memberikan
nasehat-nasehat yang perlu keapda ma’mum-ma’mumnya.
Menurut H. Pattola ke wilayah ini telah ada pendahulu
menjalankan Da’wah Islamiah bermana guru kollang, mereka menolak kedatanganya
sehingga sang guruh dibunuh.
Ekspedisi berikutnya dipimpin Habib Sayyid Alwi bin Sahal
Jamalul Lail kelahiran Lasem (Jawa Tengah). Beliau telah menikah di NTB,
Manjopai, Pambusuang serta Camplagian. Kebetulan isterinya, orang Pambusuang,
kemanakan H. Junaihin Namli bernama Hj. Rabi’ah. Sewaktu bertemu menjadi
muridnya yang setia. H. Junaihin Namli berencana untuk terus
beranjangsana/berkeliling.
Kebetulan suatu hari rombongan orang-orang pambusuang datal
ke Laliko mengajar agama. Tuan Sayyid beserta rombongan ditembaki/diberondong
dengan senapan oleh anak bangsawan bernama Daenna Ikaring. Kebetulan H.
Junaihin Namli yang sudah diganti namanya oleh Tuan Sayyid, H. Muhammad Thahir
berda di Laliko melihat Tuan Sayyid jalan cepat-cepat. Beliau bertanya:
Habib Sayyid berlari? Tuan Sayyid menjawab:
Di sana ada orang menembaki dengan senapan. Lalu K.H.M.
Thahir menghadapi mereka itu dengan berkata: anda telah membuat sia-sia dan
konyol serta pengecut, menembaki Habib-Tuan Sayyid yang tak bersenjata. Bukan
lawanmu itu perempuan-perempuan dan tdak layak. Lebih baik kalau diantara
kalian satu orang menhadapi saya satu persatu bergantian, itulah laki-laki sejati.
Tampillah seorang menghadap beliau. Lalu berkata: silahkan
tusuk saya dengan tombakmu itu sebanyak tujuh kali, seusai itu giliran saya
menusuk engkau sebanyak tujuh kali juga dengan tombak. Ternyata orang itu tak
kuasa melukai (karena bantuan Allah Subahanahu wa Ta’ala) walau sudah berusaha
sekuat tenaganya sehingga putus asa. Dia itu dengan sangat emosional ingin
membunuh, tapi terhalang.
Tibalah giliran beliau untuk menusuk sebanyak tujuh kali
pula. Dalam hatinya tiada terbetik kecuali kematian……….kematian, dan tiada lagi
kehidupan apabila…………..,benar-benar beliau berkehendak untuk menusuknya.
Belaupun memegang tombak-tombak itu dengan gagah berani. Kalau benar-benar
menusuknya kemungkinan besar akan menemui kematian. Akan tetapi beliau
menampakkan rasa kasih-sayang, tidak berusaha untuk membunuh, berdiri saja.
Orang itu menunggu dengan pasrah apa saja yang akan terjadi. Yang terjadi
adalah ma’afan dan kasih saying beliau. Bergembiralah hati mereka dan
menyatakan tunduk, patuh dan menjadi pengikutnya, untuk selama-lamanya. Begitu
pula yang hadir dan kemudian yang mendengar berita itu.
Melihat itu Habib Alwi meminta saupaya dialah yang membina
dan mengasuh masyarakat ini yang mengeluarkan dari jurang kebodohan/kejahian,
dari keterbelakangan, keapda pelaksana syari’at Islam yang sebenar-benarnya.
Kalau oleh orang lain, maka dia itu tidak mampu seperti anda ini. Tinggalah
disini karena memang budanamu kelahiran disini. Banyak family yang perlu
dibimbing ke jalan menuju Allah Ta’ala. Rencanamu untuk berkenalan itupun dapat
anda lakukan, akan tetapi temoat ini jadi tempat utama bagi anda dan keturunan
anda yang akan dating. Berbahagialah anda disini, saya restui anda do’akan!
Rombongan Habib bersama dengan K.H.M. Thahir naik ke rumah
imam Buttu Puaji Tepu/Pua Lapi’ung untuk melanjutkan program penyeberan
syari’at Islam. Dengan mendapat petunjuk dari Tuan Sayyid beliau melanjutkan
pengajian-pengajian berikutnya.
Adalah seorang kemanakan Pua Lapi’ung bernama Nagayyah binti
Abubakar berusia 15 tahun diusulkan oleh Habib Alwi dan cocok menjadi isteri
K.H. Muhammad Thahir. Pasalnya ayahnya, Abubakar seorang dermawan dan juga
antara keduanya ada hubungan family. Beliaupun setuju untuk menikah yang pertam
kali. Hal tersebut disampaikan kepada ayah-bundanya di Pambusuang usul/pilihan
Habib Alwi yang diterima baik oleh segenap keluarga melamar Nagayyah untuk
dipersunting oleh K.H. Muhammad Thahir yang sudah berusia 53 tahun. Lamaran
tersebut sangat menggembirakan dan diterima dengan baik, maka berlangsunglah
pernikahan tahun 1892.
Sewaktu pernikahan nama Nagayya diganti oleh tuan Sayyid
menjadi Siti Rugayyah. Beliau sementara menginap bersama mertua di Buttu sambil
membina masyarakat Lapeo.
Beliau selama bertahun-tahun menempati 3 kampung yaitu
Pambusuang tempat ayah-bunda, buttu tempat isteri dan Lapeo tempat bertugas
yang masing-masing berjarak 4 kilometer, medannya berat, pegunungan yang
terjal.
Menurut penuturan St. Rugayyah dalam tiap hari beliau bagi:
Sembahyang Maghrib di Pambusuang
Sembahyang Isya di Buttu
Sembahyang Subuh di Lapeo
Setelah berumah tangga selam 5 tahun, lahirlah:
1. Sitti Fatimah
yang pernah diperisterikan oleh K.H. Abdi. Hadi Salam. Punya anak yang wafat
beserta ibu waktu dilahirkan.
2. Sitti Hidayat
juga pernah diperisterikan oleh K.H. Abdi salam sempat melahirkan 2 oranganak
(keduannya wafat semasa kanak-kanak)
3. Abd. Hamind
wafat sewaktu kanak-kanak.
b. Mengembangkan
ajaran ke Tappalang, Mamuju dan sekitarnya.
Dirumah yang sudah dipindahkan tersebut lahirlah:
1. Putera bernama
Muhammad Yasin, yang wafat semasa kanak-kanak
2. Tahun 1920
lahir pula K.H Muhsin Thahir.
3. Enam tahun
kemudian yakni tahun 1926 lahirlah puteri Hj. Aisyah Thahir.
4. Tahun 1929
lahir Hj. Muhsanah Thahir.
5. Tahun 1931 Hj.
Marhumah Thahir.
Untuk menanggulangi masalah-masalah yang terjadi, beliau
melebarkan sayap ke Utara. Daerah itu sangat minim pelaksanaan syari’at Islam
sambil membendung infiltrasi kristenisasi yang dilancarkan oleh pemerintah
Kolonial Belanda.
Bimbingan yang diberikan berupa shalat lima waktu,
mengerjakan jenazah, hukum keluarga, jual-beli, iman dan Tauhid, mendirikan
mesjid, hidup bertetangga dan bermasyarakat, hukum-hukum zakat, infak, sadaqah,
haji dll. Melihat itu Mara’dia Tappalang mengusulkan kepada beliau untuk
merangkap jadi Qadhi Tappalang dan tetap menjadi Imam Lapeo.
Atas usulan rekan-rekan/muridnya supaya mempersunting
puterinya bernama Hamidah (Peranakan India). Usulan tersebut diterima, sehingga
terjadilah pernikahan dengannya. Hidup berlangsung lama sebab tidak punya
keturunan lalu diceraikan.
Wilayah ini sangat sulit medannya, karena banyak rawa-rawa.
Kenderaan yang dipakai adalah perahu sande’. Banyak terlihat keanehan dalam
perjalanan beliau.
Pernah suatu hari perahu yang ditumpanginya terdampar di
kumpulan batu karang, yang kebiasanya hancurlah perahu itu. Tetapi orang-orang
dipantai melihat banyak orang yagn mengangkat perahu itu sehingga terlepas dari
batu-karang itu dan selamat. Ada juga seorang asal Bantaeng yang bercerita bahwa
ayahnya pernah suatu hari dari pasangkayu berlayar bersama dengan beliau. Dalam
perjalanannya itu beliau membawa beberapa fizt kain kecil/putih. Mereka
berlayar kea rah selatan. Tiba-tiba beiau minta supaya perahu didaratkan.
Mereka pun membuang sauh./jangkar ternyata didarat ada sesosok mayat yang
dikerjakan, pasalnya ketiadaan kain-kafan. Maka jenazah tersebut lalu
dimandikan atas petunjuk beliau. Begitu pula ditemui penjahat-penjahat yang tak
dapat ditundukkan oleh Mara’di Mamuju.
Hubungan Imam Lapeo terhadap Keluarga dan Masyarakat
a. Pembinaan
Rumah Tangga/Keluarga
Beliau mengutamakan ilmu dan amal. Slogan yang
dikumandangkan dalam rumah yaitu anak-anak diajar bernyanyi:
Apalah arti harta benda,
Ilmu dan amal jadi tanda.
Elong mattutu didendangkan bagi anak-anak yang
dibobok/diantar tidur. Dan kepada anak-anaknya diberi uang yang banyak bagi
yang banyak menghafal Al-Qur’an umpanya surat Yasin, Al Waqi’ah dan tidak
memberikan pujian bagi anaknya yang tidak mau mengaji. Beliau menyuruh anak dahulu
mengaji daripada sekolah. Mendatangkan guru/ustaz pribadi. Beliau juga
menampakan rasa kasih sayang kepada keluarga dan keturunannya.
b. Hubungan
dengan mara’dia/Arung/birokrat.
Sangat akrab dan saling menyayangi.
Beliu hidup selama priode pemerintahan:
1. Tomatindo di
Marica
2. Panggandang
3. Tomatindo di
Lekopadis
4. Passaleppa
(Amana I Bali)
5. Tomilloli
(Mandawari)
6. Tokape
7. Tomelloli
8. Tonaung Anjoro
(Sanggaria)
9. Tomelloli
10. Tomatindo di
Judda
11. H. Andi Baso
12. H. Andi Depu
c. Hubungan
Dengan Usahawan/Padagang/Bisnisman
Beliau sering diminta saran dan solusi oleh usahawan ketika
usahawan menghadapi kesulitan. Dan beliau mendoakan mendoakan mereka dan
berpesan untuk bersifat jujur.
d. Hubungan
Dengan Petani/Pecocok Tanam
Beliau sering diminta saran dan solusi ketika para petani
serta memberikan petunjuk bila mengalami kesulitan dalam bertani. Doa restu
beliau sangat mereka perlukan dan beberapa kali di Kab. Pinrang hujan tidak
turun dan di doakan oleh beliau makah hujan pun turun.
e. Hubungan
Dengan Nelayan/Pelaut/Petambak Dan Sebagainya.
Apabila nelayan mendapat masalah mereka mendatangi beliau
dan beliau pun memberikan saran dan solusi sehingga memuaskan mereka, setelah
mendapat saran dan solusi dalam melakukan kegiatan dalam artian melaut mereka
sering mendapat nilai tambah dan bahkan ditengah laut nama Imam Lapeo seringa
disebut dan ketika mendapat marabahaya.
f. Hubungan
Dengan Ulama/Ustadz/Orang Arab dan Sebagainya
Beliau sering saling membantu dalam menyebarkan ilmu Islam.
D. Kekaromahan Imam
Lapoe
1. Pembangunan
Mesjid
Waktu itu sekitar tahun 60an mesjid lapeo sedang dibangun
disamping makam lapeo namun terhambat masalah dana akhirnya tidak lama kemudian
datang beberapa unit truck dari makassar membawa semen pasir dan beberapa bahan
bangunan warga sekitar heran karena tidak ada satupun dari mereka yang memesan
apalagi dana tidak ada.mereka memutuskan untuk membicarakannya di rumah salah
satu warga di sana,ketika ditanyakan tentang siapa orang misterius yang memesan
bahan bangunan ini,si supir mengatakan bahwa yg memesan adalah seorang kakek
berpakaian serba putih bersorban dan kebetulan si supir melihat foto imam lapeo
yang ada di lama rumah warga tersebut,dan mengatakan bahwa orang itulah yang
memesan bahan bangunan.
2. Menyelamatkan
orang yang tenggelam
Pada suatu sore dikala imam lapeo beristirahat didampingi
murid-muridnya, tiba-tiba beliau meminta digantikan sarungnya karena basah.
Muridnya herang kenapa sarung beliau tiba-tiba basah sedang tidak turun hujan
dan dari manakah air itu?
Beliau menjelaskan bahsa dia baru saja menolong orang yang
tenggelam di laut. Orang yang dimaksud akan datang menemuinya besok. Ternyata
benar ada seseorang yang datan esoknya yang merasakan pertolongan Imam Lapeo
sehingga selamat dari bahaya.
3. Tempat Imam
Lapeo Berkhalawat
Narasumber mengetahui ada 2 tampat imam Lapeo berkhalawat
yang di kebun dan sebidang tanah yang terletak di Paccini. Tempat ini telah
didirikan sebuah rumah dan ada kejadian yang diluar jangkauan manusia yakni
penghuni rumah tersebut satu persatu meninggal dunia. Dan orang-orang pun
memberi tanda tempat Khalawat Imam Lapeo untuk tidak dihuni.
4. Turun Dari
Mobil Untuk Sembahyang.
Suatu hari dalam perjalanan menuju Makassar, tiba waktunya
untuk shalat Dzuhur dan beliau menyuruh sopir mobil untuk berhenti sejenak
untuk melaksanakan shalat, namun sopir mobil tidak rela menghentikan mobilnya
jika sewa mobil tidak dibayar agar dapat melanjutkan perjalanan ke Makassar.
Belia pun membayarnya dan turun bersama rombongannya untuk menunaikan shalat
Dzhuhur, kemudian mobil tersebut melanjutkan perjalanannya namun dalam
perjalanan mobil tersebut tiba-tiba macet, mobil tidak bisa jalan, setelah
shalat Imam Lapeo beserta rombongan berencana melanjutkan perjalanan mereka
dengan berjalan kaki, dalam perjalanan mereka bertemu dengan mobil yang mereka
tumpangi dalam keadaan macet, penumpang dalam mobil tesebut berkata inilah tadi
teman kita yang singgah untuk shalat, Imam Lapeo pun naik diatas mobil tersebut
tidak lama kemudian mobil tersebut bisa jalan dan normal seperti semula.
5. Gema
Teriakannya Di Telinga Pencuri.
Suatu hari ada seseorang memasuki kebunnya di Galung Lampu,
berencana untuk mencuri buah-buahan yang didalamnya yakni memanjat pohon
kelapa. Tiba-tiba terdengar teriakan Imam Lapeo, sementara beliau tidak ada
dikebun, orang tersebut lari sekencangnya suara tersebut masih terdengar : To
bibo….to bibo… to bibo. Dia pun tidak bisa tidur dengan mendengar suart
tersebut hingga dia pun mendatangi
beliau dan menjelaskan apa yang telah terjadi dan memohon maaf kepada beliau
juga meminta agar diobati. Orang tersebut dioabati dan sudah merasa tenang.
6. Pernah
Diberkati Jadi Professor
Seorang Professor bercerita:
Dia berasal dari Sindereng 8 bersaudara dia merupakan anak
bungsu. Ayahnya meninggal sewaktu masih kecil. Pada suatu hari ibunya
mendatangi seorang ulama tentang anak-anaknya apakah ada bayangan kebaikan,
sebab peninggalan ayahnya hanya sebidan tanah yang tidak terlalu luas. Ulama
itupun menyarankan untuk mendatangi Imam Lapeo yang ada di Mandar. Katanya
ambillah sebahagian kemampuanmu untuk dapat mendatanginya. Diapun kerjakan
sebagiamana saran ulama tadi.
Sewaktu bertemu Imam Lapeo memperhatikan kedelapan anak-anak
itu lalu menunjuk bahwa anak bungsu ini nanti akan sukses, peliaharalah dia
dengan baik dan saya doakan.
Ternyata dia sekarang jadi dosen di IAIN Alauddin Makassar.
E. Wafatnya Imam
Lapeo
Menjelang kematiannya, Imam lapeo berpesan supaya disediakan
batang pisang sebelah menyebelah (pihak kanan dan pihak kiri) sebagai tempat
bersandar saya bicara dengan mungkar-nakir. Pagi pada hari selasa beliau wafat
dan besok siang barulah dimakamkan. Penulis pada waktu itu berumur 8 tahun
menyaksikan.
Awan mendung dan tangisan para pelayat mayat beiau tambah
lama semakin kecil. Jasadnya disemayamkan di rumah di mandikan di Mesjid Lapeo.
Menurut mahyuddin sewaktu di usung, jenazah sangat ringan
seakan-akan tidak ada kecuali kain, merekapun masygul. Ketika disuapi dengan
tanah pada bagian kepala mereka menyaksikan jasad didalam kain kafan. Setelah
menyuapi terdengar di telinga mereka suara batuk.
Pesan yang paling dia utamakan kepada masyarakat lapeo
adalah selalu berkata jujur, dan pesan lainnya adalah melaksakan shalat dan
ibadah lainnya.
F. Pandangan
Masyarakat Terhadap Imam Lapeo K.H. Muhammad thahir
Menurut Masyarakat yang sempat kami wawancarai bahwa sanya
imam lapeo merupakan tokoh agama yang terkenal dengan kekaromahannya, biasanya
masyarakat banyak dating mengunjungi makamnya jika mempunyai hajatan namun
dalam berdoa mereka meminta kepada Allah S.W.T. dan beliau mengatakan bahwa
banyaknya dana merupakan sumbangan dari beliu sampai sekarang. (dikarenakan
banyak pengunjung yang memasukkan uang ke kotak amal berkisar sebanyak Rp
3.000.000,-/ harinya).
BAB III
RANGKUMAN
1. Imam Lapeo
lahir di pambusuang pada tahun 1939, ayahnya bernama Muhammad penghafal
Al-Qur’an yang sehari-hari sebagai Nelayan tradisional penangkap ikan terbang
orang pambusuang. Ibunya bernama Ikaji kelahiran laliko lapeo.
2. Mendapat
pendidikan dari ortunya dan lingkungannya bernuansa keagamaan. Merantau ke
Pare-pare antara lain: dari alyafi’, ayahanda Prof. Dr. H.M. ali Alyafi’ Ulama
di Salemo, Ulama di pulau Jawa, Madura, Sumatra, Semenanjung Malaka, Singgpura
dll.
3. Beliau senang
berkunjung ke rumah-rumah penduduk dari berbagai etnis, tingkatan, profesi
bahkan menjadi intim dengan para perantau misalnya Arab, India, Cina dll.
Menghabiskan waktu dan tenaga untuk penegakan syariat islam berdasarkan doktrin
Aswaja mendukung inpiltrasi/kritenisasi/westernisasi.
4. Beliau datang
ke Lapeo pada tahun 1982 setelah pendahulunya menjadi korban pembunuhan karena
tidak diterima masyarakat. Sayyid Alwi bin Abdullah Bin Sahal Jamalal kelahiran
Lasen 1823 datang ke Lapeo mengajarkan pelaksanaan syariat islam nyaris jadi korban pembunuhan.
Beliau datang melindungi habib, atas saran habib beliau melanjutkan penyebaran
agama dan mengajak penduduk bertobat kepada Allah, mesjid yang dibangun tahun
1909 dinamai masjid Attaubah yang kemudian menjadi mesjid Nurut Taubah Lapeo.
5. Beliau
melebarkan sayap ke utara diangkat menjadi kadhi tappalang dan memprakarsai
pembangunan 17 mesjid khsus di kab. Mamuju.
6. Membantu umat
dalam memecahkan maslaah keluarga, pendidikan, mata pencaharian, bimbingan
pelaksanaan fardu a’in dan kitayah.
7. Lapeo menjadi
sentral pendidikan dan dakwah pada masa penjajahan Belanda, pendudukan Jepang,
Pemerintahan NICA, dan pemerintahan NKRI. Pada awal pengangkatan guru agama di
Kab. Polman lebih separuh cetakan dari Lapeo.
8. Mendirikan
pengajian-pengajian metode khalak dan campuran dengan klasik (sekolahan) yang
hingga kini aktif dalam membina intaq dan iptek.
9. Ajaran yang
duanut dan diamalkan berdasarkan Al – Qur’an dan Hadist, ima, dan Qiyas.
- Bidang
Aqidah dianut ajaran Abu Hasan Al-Asy-Ariy Maturidy
- Bidang
Fiqhi Asy-Syafiah
- Bidang
Akhlak/moral Tasawuf Amaliah menjalankan tarikat Al – Muhammadiyah dan Tarikat
As-Syadiliyah
10. Meninggalkan
murid-murid atau keturunan yang tangguh dalam bidang agama dan kehidupan antara
lain yang menonjol:
A. K.H. Nadjamuddin
Thahir (1919-1999) Ulama mantan ketua pengadilan Agama Walang Soppeng dan
menjabat sebagai imam mesjid nurut Taubah Lapeo.
B. K.H. Muhsin
Thahir (1920-1994) ulama mantan ketua pengadilan agama Kab. Polmas, imam mesjid
jami polewali pembawa tuntunan pembentukan kab. Polmas ke pusat tahun 1959.
C. Hj. Aisya
Thahir (1926-1987) mantan ketua muslimat NU propinsi Sulsel, anggota DPRD GR
Propinsi Sulsel, pensiun guru agama. Pendiri panti Asuhan Nahdiyat Makassar dan
pendiri Nahdiyah.
D. K.H. Abdul
Mutthalib Thahir (1930-1080) mantan dekan fakultas tabiyah IAIN Cabang Palu.
No comments
Post a Comment