MEMALSUKAN FATWA DAN PENDAPAT ULAMA SALAF DI BALIK VONIS KAFIR ORTU ROSULULLAH SHOLLALLAHU ALAIHI WAS SALAAM.
MEMALSUKAN FATWA DAN PENDAPAT ULAMA SALAF DI BALIK VONIS KAFIR ORTU ROSULULLAH SHOLLALLAHU ALAIHI WAS SALAAM.
DUSTA.1:
Meninggalnya kedua orang tua Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam.
Mereka berdua – sesuai dengan kehendak kauni Allah ta’ala – mati dalam keadaan kafir.
Hal itu ditegaskan oleh beberapa nash di antaranya :
Mengatas namakan Imam Abu Hanifah untuk memvonis kedua orangtua nabi Saw.
Menurut mereka imam Abu Hanifah berkata :
ووالدا رسول الله مات على الكفر
“ Dan kedua orangtua Rasul Saw wafat dalam keadaan kafir“.
●●
Jawaban :
Benarkah imam Abu Hanifah berkata demikian...???
Setelah dilakukan pengecekan, ternyata....
Mereka berbuat curang dan menunjukkan Kebobrokan Akhlaqnya untuk memperkuat asumsi mereka dengan mendistorsi kalam Imam Abu Hanifah tersebut.
Kalam imam Abu Hanifah yang sebenarnya bukanlah seperti yang mereka gembor-gemborkan.
Tapi justru sebaliknya pendapat beliau bertentangan dengan apa yang mereka sangkakan.
Ada dua teks dari kalam Imam Abu Hanifah dalam manuskrip kuno yang berada di perpustakaan syaikh Islam di Madinah Al-Munawwarah sebelum beredarnya mansukrip yang baru.
Yang pertama berbunyi :
ووالدا رسول الله ما ماتا على الكفر
“ Dan kedua orangtua Rasul Saw tidak wafat dalam keadaan kafir “.
Yang kedua berbunyi :
وابوا النبي صلى الله عليه وسلم ماتا على الفطرة
“ Dan kedua orangtua Nabi Saw wafat di masa fatrah “
Hal ini sebagaimana kesaksian para ulama:
~ Al-Imam Al-Hafidz Az-Zabidy,
~ Al-Imam Al-Kautsari,
~ Al-Imam Baijury,
~ Syaikhul Islam Musthofa Shabry,
~ Sayyid Muhammad bin ‘Alawi dll.
Dengan mata kepala mereka sendiri melihat manuskrip aslinya yang jauh sudah ada sebelum terbitnya manuskrip yang palsu.
Bahkan para ulama yang ‘arif mengatakan bahwa manuskrip tersebut sudah ada sejak masa Dinasti Abbasiyah.
= Al-Imam Al-Kautsary berkata :
ففي بعض تلك النسخ : وأبوا النبي صلى الله عليه وسلم ماتا على الفطرة – و ( الفطرة ) سهلة التحريف إلى ( الكفر ) في الخط الكوفي ، وفي أكثرها : ( ما ماتا على الكفر ) ، كأن الإمام الأعظم يريد به الرد على من يروي حديث ( أبي وأبوك في النار ) ويرى كونهما من أهل النار . لأن إنزال المرء في النار لا يكون إلا بدليل يقيني وهذا الموضوع ليس بموضوع عملي حتى يكتفى فيه بالدليل الظني
“ Di dalam salah satu manuskrip tersebut berbunyi :
Dan kedua orangtua Nabi Saw wafat di masa fatrah “, Lafadz Al-Fatrah (dalam tulisan arab) sangat mudah dirubah menjadi Al-Kufri dalam khot khufi.
Dan kebanyakan manuskrip berbunyi:
“ Kedua orangtua Rasul Saw tidaklah wafat dalam keadaan kafir “.
Imam besar tersebut justru bermaksud membantah orang yang meriwayatkan hadits:
“ Ayahku dan ayahmu di neraka “ dan orang itu berpendapat bahwa orang tua Nabi Saw di neraka.
Karena memvonis sesorang di neraka haruslah dengan dalil yang yaqin dan persoalan ini bukanlah persoalan amaliah sehingga cukup dengan dalil sangkaan saja “.
(Al-Aalim wa Al-Muta’allim : 17)
= Al-Imam Bajuri berkata :
وأما ما نقل عن أبي حنيفة في الفقه الأكبر من أن والدي المصطفى ماتا على الكفر فمدسوس عليه ، وحاشاه أن يقول في والدي المصطفى ذلك، وغلط ملا علي القاري يغفر الله له في كلمة شنيعة قالها، ومن العجائب ما نسب له مع ذلك في إيمان فرعون.
“ Adapun pendapat yang dinukilkan dari Abu Hanifah di dalam kitab Al-Fiqh Al-Akbar bahwa kedua orangtua Nabi Saw wafat dalam keadaan kafir...
Maka teks itu telah mengalami pendistorsian (madsus), sungguh beliau jauh dari berpendapat seperti itu tentang kedua orangtua Nabi Saw.
Dan telah keliru Mulla Al-Qaari semoga Allah mengampuninya di dalam kalimat buruk yang ia ucapkan. Dan dalam masalah ini, ironis sekali ada ucapan yang dinisbatkan kepada beliau tentang keimanan Fir’aun “. (Tuhfah Al-Murid Syarh Jauhar At-Tauhid)
= Al-Imam Al-Hafidz Al-Murtadha Az-Zabidy berkata :
– وكنت رأيتها بخطه عند شيخنا أحمد بن مصطفى العمري الحلبي مفتي العسكر العالم المعمر – ما معناه : إن الناسخ لما رأى تكرر ( ما ) في ( ما ماتا ) ظن أن إحداهما زائدة فحذفها فذاعت نسخته الخاطئة ، ومن الدليل على ذلك سياق الخبر لأن أبا طالب والأبوين لو كانوا جميعاً على حالة واحدة لجمع الثلاثة في الحكم بجملة واحدة لا بجملتين مع عدم التخالف بينهم في الحكم
“ Dan aku telah melihat tulisannya pada syaikh kami Ahmad bin Musthafa Al-Amri Al-Halbi yang maknanya sebagai berikut :
“ Sesungguhnya penulis naskah ketika melihat terulangnya lafadz (ما) pada kalimat (ما ماتا), ia menyangka salah satunya adalah tambahan / kelebihan.
Lalu ia menghapus salah satunya, maka tersebarlah naskah kekeliruannya tersebut.
Termasuk bukti yang menguatkannya adalah susunan kalimat itu sendiri (yang janggal), karena Abu Thalib dan kedua orangtua Nabi Saw seandainya mereka semua itu sama keadaanya, maka niscaya imam Abu Hanifah akan mengumpulkan ketiganya dalam satu hukum bukan dengan dua hukum yang tidak ada perbedaannya sama-sekali “.
◎◎◎◎◎◎◎
PENJELASAN:
Dalam naskah aslinya tertulis :
ووالدا رسول الله –صلّى الله عليه وسلّم ماتاعلى الفطرة وأبو طالب مات على الكفر
“ Dan kedua orangtua Rasul Saw wafat dalam masa fatrah sedangkan Abu Thalib wafat dalam keadaan kafir “.
Susunan kalimat ini terlihat sempurna dan tidak janggal sama sekali.
Bandingkan dengan tulisan yang banyak beredar setelahnya yang sebagaimana diasumsikan mereka berikut ini :
ووالدا رسول الله –صلّى الله عليه وسلّم ماتاعلى الكفر وأبو طالب مات على الكفذ.
“ Dan kedua orangtua Rasul Saw mati dalam keadaan kafir sedangkan Abu Thalib mati dalam keadaan kafir “.
●
Perhatikan dan bacalah dengan seksama teks kedua ini dan bandingkan dengan teks pertama...!!.
Maka sungguh secara akal sehat dan kaidah ilmu alat sangatlah janggal teks yang kedua ini.
Boleh dibilang susunan kalamnya amburadul dan tidak fasih.
Mungkinkah seorang imam Besar spt Imam Abu Hanifah yang diakui seluruh dunia melakukan kesalahan fatal dalam mengarang kitab terlebih menulis satu kalimat saja...??.
============================
DUSTA: 2.
Mereka juga berasumsi bahwa Imam Mulla Ali Al-Qaari berpendapat sesungguhnya kedua orangtua Nabi Saw di Neraka dengan menukil ucapan beliau :
وأما الإجماع فقد اتفق السلف والخلف من الصحابة والتابعين والأئمة الأربعة وسائر المجتهدين على ذلك من غير إظهار خلاف لما هنالك والخلاف من اللاحق لا يقدح في الإجماع السابق سواء يكون من جنس المخالف أو صنف الموافق
”Adapun ijma’, maka sungguh ulama salaf dan khalaf dari kalangan shahabat, tabi’in, imam empat, serta seluruh mujtahidin telah bersepakat tentang hal tersebut (kafirnya kedua orang tua Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam) tanpa adanya khilaf.
Jika memang terdapat khilaf setelah adanya ijma’,
Maka tidak mengurangi nilai ijma’ yang telah terjadi sebelumnya.
Sama saja apakah hal itu terjadi pada orang-orang menyelisihi ijma’ (di era setelahnya) atau dari orang-orang yang telah bersepakat (yang kemudian ia berubah pendapat menyelisihi ijma’)
[Adilltaul-Mu’taqad Abi Haniifah hal. 7)
●●
Jawaban :
Memang pada awalnya beliau berpendapat seperti itu namun tiga tahun sebelum kewafatannya...
Beliau menarik kembali pendapatnya tersebut ketika menulis kitab Syarh Syifa’ Qadhi ‘Iyadh.
Imam Ali Al-Qaari menegaskan bahwa pendapat mengenai keislaman kedua orang tua Nabi Muhammad Saw merupakan pendapat yang lebih kuat.
Berikut teksnya :
وأبو طالب لم يصح إسلامه وأما إسلام أبويه ففيه أقوال، والأصح إسلامهما على ما اتفق عليه الأجلّة من الأمة، كما بيّنه السيوطي في رسائله الثلاث المؤلفة.أهـ
“ Dan Abu Thalib tidak sah keislamannya adapun keislaman kedua orangtua Nabi Saw maka ada tiga pendapat dan yang palin shahih adalah bahwa kedua orangtua Nabi Saw muslim menurut kesepakatan para ulama besar sebagaimana dijelaskan As-Suyuthi dalam tiga risalah karyanya “.
(Syarh Asy-Syifa, Ali Al-Qaari : 1/648)
Juga disebutkan hal yang sama di kitab beliau:
“ Minah Ar-Raudh Al-Azhar Fii Syarh Al-Fiqhu Al-Akbar “.
=================================
DUSTA: 3.
Mereka mengatakan bahwa Imam Nawawi juga berpendapat sesungguhnya kedua orang tua Nabi Saw di neraka dengan menukil ucapan beliau :
فيه أن من مات على الكفر فهو من أهل النار، وفيه أن من مات فى الفترة على ما كانت عليه العرب من عبادة الأوثان فهو من أهل النار. وليس هذا مؤاخذهُ قبل بلوغ الدعوة، فإن هؤلاء كانت قد بلغتهم دعوة إبراهيم وغيره من الأنبياء
“ Dalam hadits itu menunjukkan bahwa orang yang mati atas kekufuran maka dia di neraka.
Dan juga menunjukkan bahwa orang yang mati di masa fatrah atas perbuatan orang arab dari menyembah berhala, maka dia pun di neraka.
Dan ini bukan lah hukuman sebelum datangnya dakwah, karena sesungguhnya telah sampai dakwah nabi Ibrahim pada mereka dan selainnya dari para nabi “.
●●
Jawaban :
Beliau berkomentar demikian bukan berarti berpendapat kedua orangtua nabi Saw masuk di neraka.
Jika beliau mengatakan demikian maka beliau akan mengatakannya secara jelas dan gamblang...
Karena beliau juga pensyarah hadits Muslim
Itulah Salah satu Akhlaq Para Yai-Yai wahabi Takhfiri dengan memaksakan hujjah dan mengatakan bahwa beliau (Imam Nawawi) juga berpendapat orang tua nabi Saw di neraka.
Seandainya Imam Nawawi berpendapat seperti itu, niscaya beliau akan memperjelas komentarnya, misal :
فيه دليل على ان ابويه ماتا على الكفر فهو في النار
“ Dalam hadits itu menunjukkan bahwa kedua orang tua Nabi Saw wafat dalam keadaan kafir dan masuk neraka “.
Namun beliau tidak mengatakannya.
Maka komentar beliau sebenarnya ditujukan kepada ayah orang yang bertanya bukan pada ayah nabi Saw sendiri. Sedangkan beliau diam dan tidak berkomentar tentang ayah nabi Saw karena beliau paham bahwa menyakiti hati Nabi Saw hukumnya haram dan tak ada perkara yang lebih menyakitkan hati Nabi Saw selain mengatakan kedua oran tuanya di neraka.
= Untuk mengetahui maksud sebenarnya dari komentar Imam Nawawi tersebut, maka alangkah baiknya kita dengarkan penjelasan dari seorang ulama pengikutnya yang lebih memahami ucapan beliau yaitu Imam As-Suyuthi berikut :
الذي عندي أنه لا ينبغي أن يفهم من قول النووي في شرح مسلم في حديث (( أن رجلا قال يا رسول الله : أين أبي … الخ )) أنه أراد بذلك الحكم على أبي النبي صلى الله عليه وآله وسلم ، بل ينبغي أن يفهم أنه أراد الحكم على أبي السائل ، وكلامه ساكت عن الحكم على الأب الشريف
“ Menurut pemahamanku hendaknya tidak memahami ucapan imam Nawawi di dalam syarh hadits Muslim tentang Hadits:
“ Sesungguhnya seseorang berkata kepada Rasul Saw di mana ayahku…dst “,
Bahwasanya yang beliau maksud adalah ayah nabi Saw. Akan tetapi hendaknya dipahami bahwasanya beliau menghendaki hukum pada ayah orang yang bertanya.
Dan beliau diam, tidak mengomentari atas hukum ayah nabi Saw “.
(At-Ta’dzhim wal minnah : 171).
==================================
DUSTA: 4.
Mereka yang mengaku "Penegak Sunah" mengatakan :
“ Kedua orang tua Rasulullah Saw memang termasuk ahli fatrah,
Namun telah sampai kepada mereka dakwah Nabi Ibrahim as.
Maka, mereka tidaklah dimaafkan akan kekafiran mereka sehingga layak sebagai ahli Neraka”.
●●
Jawaban :
~~ Pertama:
Terlalu terburu-buru memvonis kedua orangtua Nabi Saw kafir dan layak masuk neraka.
Adakah nash qoth’i dari al-Quran atau al-Hadits yang menjelaskan langsung bahwa mereka berdua melakukan kesyirikan selama hidupnya...???
Dalil-dalil yang mereka gunakan untuk memvonis kedua orangtua Nabi Saw bukanlah dalil qoth’i.
Karena masih mengandung sangkaan dan ihtimal-ihtimal sehingga masih dikatakan dalil dzhanni.
Untuk menetapkan hukum seseorang itu Kafir terlebih masuk neraka....
Maka haruslah dengan DALIL yang QOTH’I yang tidak terdapat KHILAF (Perbedaan pendapat di antara ulama) atau IHTIMAL (indikasi makna lain).
Dalil yang kuat dan pasti serta tidak mungkin lagi mengindikasikan makna lainnya.
Tak ada satupun dalil qoth’i yang menjelaskan kedua orangtua Nabi Saw berbuat kesyirikan dan layak masuk neraka.
Justru sebaliknya yang ada malah dalil-dalil yang lebih kuat dan mencapai derajat mutawatir yang menunjukkan kedua orangtua Nabi Saw bukan orang musyrik dan ahli neraka.
☆ Di antara dalil paling kuat dan syar'i adalah ayat al-Quran berikut :
..وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
“dan Kami tidak akan meng-adzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
(Q.S Al Isra`: 15)
Mayoritas ulama Ahlus sunnah menjelaskan dengan ayat ini bahwa Allah Swt tidak akan mengadzab sesorang pun sebelum diutusnya seorang Rasul.
Mereka membantah keyakinan kaum Mu’tazilah yang selalu bepegang dengan akal yang berkeyakinan bahwa kaum di masa fatrah akan mendapat siksa dari Allah Swt.
●
Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim meriwayatkan tafsir ayat tersebut dari Qatadah bahwa beliau berkata :
إن الله ليس بمعذب أحدا حتى يسبق إليه من الله خبر أو تأتيه من الله بينة
“ Sesungguhnya Allah Swt tidak akan menyiksa seseorangpun hingga telah datang baginya berita atau petunjuk dari Allah Swt “.
●
Cucu dari Ibnu Al-Jauzi menghikayatkan kalam dari kakeknya :
قوم قد قال الله تعالى (وما كنا معذبين حتى نبعث رسولا) والدعوة لم تبلغ أباه وأمه فما ذنبهما
“ Sekelompok ulama telah berkata:
“ Allah Swt berfirman ; ““..dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
Ayah dan ibunda Nabi Saw belum sampai dakwah pada mereka, lalu apa dosa keduanya (sehingga layak masuk neraka)...??.
●
Juga ayat :
وَمَا أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍ إِلَّا لَهَا مُنذِرُونَ
“ Kami tidak akan memusnahkan suatu daerah kecuali telah ada orang-orang yang telah memperingatkannya “.
(Asy-Syu’ara : 208)
●
Imam Nawawi pun berpendapat bahwa ahli fatrah yang tidak sampainya dakwah tidak akan mendapat siksa, sebgaimana penjelasan beliau dalam Syarh Shahih Muslim berikut :
“ Sesungguhnya hadits anak-anak kafir kelak masuk surga adalah pendapat yang shahih dan terpilih dan dipegang oleh kalangan ulama yang muhaqqiq, karena firman Allah Swt: “Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”(Q.S Al Isra`: 15).
Jika orang yang baligh tidak akan disiksa sebab tidak sampainya dakwah, maka yang belum baligh lebih utama“.
Dan banyak lagi ayat-ayat yang senada.
Menjelaskan bahwa Allah tidak akan meng-adzab orang-orang yang berada di masa fatrah.
~~ Kedua :
Mereka berpendapat bahwa telah sampai dakwah nabi Ibrahim pada kedua orangtua Rasul Saw sehingga mereka tidaklah dimaafkan akan kekafiran mereka sehingga layak sebagai ahli neraka.
●●
Jawab:
Pendapat dr mereka kalo sdh Kepepet dan mentok.
Bukankah Allah Swt sendiri telah berfirman :
لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أُنذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ
“ Agar kamu memperingatkan suatu kaum yang datuk-datuk mereka belum mendapat peringatan dan mereka dalam keadaan lalai “.
(Yasin : 6)
Allah juga berfirman :
لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُون
“ Agar kamu memperingatkan suatu kaum yang tidak ada seorang pemberi peringatan pun pada mereka sebelum kamu, supaya mereka sadar “
(Al-Qashash: 46)
◎◎◎◎◎◎◎◎
PENJELASAN :
Ayat-ayat di atas sangat jelas menerangkan bahwa belum ada seorang utusan dari Allah yang memperingatkan umat Nabi Saw sebelum Nabi diutus menjadi Rasul.
Tak terkecuali kedua orangtua Nabi Saw.
Maka dengan ayat-ayat ini jelas bahwa kedua orangtua Nabi Saw adalah AHLI FATRAH yang BELUM SAMPAI DAKWAH dari nabi sebelum nabi Muhammad Saw.
================================
~~ Ketiga:
Dengan ngotot dan mengatakan ;
“ Kedua orang tua Nabi Saw termasuk golongan ahli fatrah yang tidak sampai kepadanya dakwah namun ia merubah ajaran dan berbuat syirik.
Golongan ini tidaklah disebut sebagai ahlul-islam/ahlul iman".
●●
Jawab :
Dari mana anda tahu bahwa kedua orangtua Nabi Saw telah merubah ajaran dan berbuat syirik..???
Adakah satu nash qoth’i saja yang menjelaskan hal itu secara jelas dan nyata..???
Sehingga anda berani memukul palu dan menetapkan hukum bahwa kedua orangtua Nabi Saw layak masuk neraka..??
Justru sebaliknya, banyak ayat al-Quran dan Hadits yang menjelaskan bahwa mereka di atas agama datuknya Nabi Ibrahim As.
= Imam Sufyan bin Uyainah (salah seorang imam Mujtahid dan termasuk guru imam Syafi’i) ditanya:
“ Apakah ada seorang pun dari keturunan nabi Ismail yang menyembah berhala..??
Maka beliau menjawab:
لا ألم تسمع قوله (واجنبني وبني أن نعبد الأصنام)
“ Tidak ada...!!
Apakah kamu tidak mendengar firman Allah Swt:
“ Dan jauhkanlah aku dan keturunanku dari menyembah berhala “.
Allah Swt berfirman
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
“ Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud “.
(Q.S. As-Syu’ara’ : 218-219)
= Sebagian ahli tafsir termasuk sahabat Ibnu Abbas
(master ahli tafsir) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan تَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين
(perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud ) adalah perpindahan cahaya Nabi Saw dari sulbi seorang ahli sujud (muslim) ke ahli sujud lainnya, sampai dilahirkan sebagai seorang nabi.
= Imam Alusi dalam tafsir Ruhul Ma`ani ketika berbicara mengenai ayat tersebut berkata :
واستدل بالآية على إيمان أبويه صلى الله تعالى عليه وسلم كما ذهب اليه كثير من أجلة أهل السنة وأنا أخشى الكفر على من يقول فيهما رضي الله تعالى عنهما
“ Aku menjadikan ayat ini sebagai dalil atas keimanan kedua orang tua Nabi Saw sebagaimana yang dinyatakan oleh banyak daripada tokoh-tokoh ahlus sunnah.
Dan aku khawatir kufurnya orang yang mengatakan kekafiran keduanya, semoga Allah meridhai kedua orang tua Nabi…”
(Ruh Al-Ma’ani : 19/138)
= Nabi Saw berabda :
وأخرج مسلم والترمذي وصححه عن واثلة بن الأسقع قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أن الله اصطفى من ولد إبراهيم إسماعيل واصطفى من ولد إسماعيل بني كنانة واصطفى من بني كنانة قريشا واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم
“ Sesungguhnya Allah Swt memilih Ismail dari keturunan Ibrahim.
Dan memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail.
Dan memilih Quraisy dari Bani Kinanah.
Dan memilih Bani Hasyim dari Bani Quraisy
Dan memilih aku dari Bani Hasyim “
(HR. Muslim).
» Mungkinkah Allah Swt memilihkan untuk Nabi Saw, sulbi-sulbi dari orang-orang yang kotor, najis atau kafir...??
Kata-kata memilih dalam hadits tersebut jelas menunjukkan pilihan keitimewaan.
= Imam Ath-Thobari menyebutkan hadits berikut yang telah ditakhrij oleh Abu Ali bin Syadzan dan juga terdapat dalam Musnad Al-Bazzar dari Ibu Abbas Ra, beliau berkata :
دخل ناس من قريش على صفية بنت عبد المطلب فجعلوا يتفاخرون ويذكرون الجاهلية فقالت صفية منا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا تنبت النخلة أو الشجرة في الأرض الكبا فذكرت ذلك صفية لرسول الله صلى الله عليه وسلم فغضب وأمر بلالا فنادى في الناس فقام على المنبر فقال أيها الناس من أنا قالوا أنت رسول الله قال أنسبوني قالوا محمد بن عبد الله بن عبد المطلب قال فما بال أقوام ينزلون أصلي فو الله إني لأفضلهم أصلا وخيرهم موضعا.
“ Beberapa orang dari Quraisy datang kepada Shofiyyah binti Abdil Muththalib, lalu mereka saling membangga-banggakan diri dan menyebutkan perihal jahiliyyah.
Maka Shofiyyah berkata:
“ Dari kalangan kami lahir Rasulullah Saw “,
Lalu mereka menjawab: “ Kurma atau pohon tumbuh di tempat kotor “.
Kemudian Shofiyyah mengadukan hal itu kepada Rasulullah Saw.
Maka Rasulullah Saw marah dan memerintahkan Bilal berseru pada orang-orang untuk berkumpul.
Lalu Rasulullah Saw berdiri di atas mimbar dan bersabda:
“ Wahai manusia, siapakah aku....??????
Mereka menjawab: “ Engkau adalah utusan Allah.
Kemudian Rasulullah bersabda lagi:
“ Sebutkanlah nasabku...!!
Mereka menjawab:
“ Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib “,
Maka Rasulullah Saw bersabda: “ Ada apa satu kaum merendahkan nenek moyangku..??,
Maka demi Allah sesungguhnya nenek moyangku seutama-utamanya nenenk moyang dan sebaik-baik tempat (kelahiran) “.
●●●●
Lihat bagaimana Nabi Saw marah sa'at ada orang yang merendahkan derajat datuknya.
Mungkinkah Rasul Saw marah jika datuknya bukan orang mukmin tapi orang kafir....??.
◎◎◎◎
Hadits ini menunjukkan, bahwa Rasul Saw sakit hati jika ada orang yang merendahkan derajat datuk-datuknya.
Maka tentunya akan lebih sakit hati lagi jika ada orang gembar-gembor dan dengan tanpa Akhlaq di khalayak umum mengatakan bahwa Kedua orangtua Nabi Saw layak masuk neraka.
Naudzu billah min dzaalik..
================================
Wassalaam
No comments
Post a Comment