Breaking News

SOFA

Add caption-NOAH Separuh Aku
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Bismillahirrahmanirrahim
SOFA : Diumpamakan membersihkan dengan air terbagi 3 (tiga) :
  1. Membersihkan dari segala penglihatan mata dan suhut hati.
  2. Membersihkan dari Nafsu Amarah.
  3. Membersihkan penglihatan bathin kepada Allah Ta’ala.

WAFA : Adalah menyempurnakan juga terbagi 3 (tiga) bagian :
  1. Menyempurnakan Ibadah Zahir
  2. Menyempurnakan Martabat Ubudiyah segala tingkah laku seperti takut.
  3. Menyempurnakan Martabat Nakbudiyah Ma’rifat yang sempurna dari syirik jail dan syirik khapi.

FANA : Ada terbagi 3 (tiga) bagian :
  1. Fana Af’al pada Itikad tidak ada yang berbuat hanya perbuatan Allah.
  2. Fana Sifat pada Itikad tidak ada yang hidup hanya Allah.
  3. Fana Zat pada Itikad tidak ada yang maujud hanya Allah.

Setelah kita mengetahui artinya Tasawuf aku kita menjadi Fakir.
Artinya Fakir ialah :
Fa = Fana
Ki = Kina’ah
Ra = Redha
Barulah kita mengenal Hadis yang termasyur ini :
“ AWA LUDDIN MA’RIFATULLAH”
Artinya : Awal Agama mengenal Allah.
Sebelum mengenal Allah terlebih dahulu kita diwajibkan mengenal diri, setelah mengenal diri, terkenallah kepada Allah, bilamana sudah mengenal Allah, Fanalah diri kita, atau tidak ada mempunyai diri lagi, pada hakikatnya hanya Allah.

Selanjutnya terlebih dahulu kita mengenal diri, bilamana tidak mengenal asalnya kejadian diri, maka tidaklah sempurna Ilmu yang kita pelajari. Seperti kata ABDULLAH IBNU ABBAS. R. A :
“Ya Rasulullah, apakah yang pertama dijadikan Allah Ta’ala ?
Nabi SAW bersabda : “ INNALLAHA KHALAKA KABLAL ASY YAA INNUR NABIYIKA MINNUIHI” artinya “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menjadikan terlebih dahulu ialah Nur Nabi Muhammad SAW yang dijadikan dari pada Zat Allah”.

SYECH ABDUL ASYSYAHRANI RAHIMA HULLAH ALIHI berkata : “INNALLAHA KHALAKA RUHUN NABI SAW MIN ZATIHI WAKHALAKAL ‘ALAMI MINNURI MUHAMMAD SAW.”
Artinya “ Sesungguhnya Allah telah menjadikan Roh Nabi Muhammad dari pada Zat Allah, dan sekalian Alam ini dijadikan dari pada Nur Muhammad SAW serta Nabi Adam dan diri kita atau tubuh kita”.

Nabi Bersabda : “ANA ABUL ARWAH, WA ADAMU ABUL BASYARU”
Artinya : “ Aku Bapak segala Roh dan Nabi Adam Bapak sekalian Tubuh Manusia tetapi Nabi Adam dijadikan dari pada tanah.

Allah berfirman : “KHALAKAL INSANA MINTIY” artinya Aku jadikan insan Adam dari pada tanah, dan tanah dari pada Air, Airpun dijadikan dari pada Nur Muhammad, maka Roh dan Tubuh tersebut bernama Nur Muhammad. Kepada Roh dan Tubuh inilah segala kainah, Insya Allah kita akan melihat kesempurnaan Zat Wajibal Wujud, karena tubuh kita yang kasar ini tidak dapat mengenal Allah, sebab fana. Yang dapat mengenal/meresapkan Nur Muhammad SAW. Siapa yang dapat mengenal atau meresapkan Nur Muhammad SAW berarti ia mengenal atau meresapkan Tuhannya, karena itu adalah kenyataan dari Wujud Allah yang kita miliki, seperti penglihatan, pendengaran, dan sebagainya yang berasal dari pada Nur.

Firman Allah Ta’ala : “KADJA AKUM MINALLLAHINNURI” artinya Sesuatu apa saja yang menimpa kepada kamu adalah dari pada Allah yaitu Nur.

Firman Allah Ta’ala : “KAD JA AKUMUL KAKKUMIR RABBIKUM” artinya Sesuatu apa saja yang masing-masing kamu adalah hak dari pada Tuhan dari Nur kepada Nur..

Disinilah sampai pelajaran segala Ilmu dari Aulia dan Ambiya asalnya mengenal Allah. Demikian pula pendapat Arifbillah serta kelakuannya karena ia mengenal Diri-Nya berasal dari kejadian Nur.

Firman Allah Ta’ala dalam Hadist Qudsi : “KHALA ILA JALI WAKHALAKHUL ASY YA ILA JALIK” artinya “Aku jadikan kamu karena Aku, dan Aku jadikan Alam semesta karena Engkau Ya Muhammad.”

Rasulullah SAW bersabda : “ANA MINALLAHI WALMU’MINUNKAMINNI artinya “ Aku dari pada Allah, dan segala Mu’min dari pada Aku.”
Maka dari itu, berpeganglah kepada Nur Muhammad, baik diwaktu beribadat maupun diluar dari beribadat.

Syech ABDURRAUB berkata : “Yang sebenar diri adalah Nyawa, yang sebenarnya Nyawa adalah Nur Muhammad atau Sifat, yang sebenarnya Sifat adalah Zat Hayyun akan tetapi La Gairi (tidak lain).

Adapun sebagian pendapat dari Alim Ulama adalah bahwa yang sebenarnya Diri adalah Roh, tatkala masuk pada Diri atau Tubuh bernama Nyawa, tatkala keluar masuk bernama Nafas bilamana ingin sesuatu bernama Nafsu, dan apabila dapat memiliki sesuatu barang bernama Ikhtiar, dapat pula membuat sesuatu barang bernama Akal, atau Ilmu. Inilah yang sebenarnya Diri. Karena pada diri inilah zahirnya Tuhan.
Nabi Muhammad SAW bersabda : “ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDUHU” artinya Zahir Tuhan itu ada pada Bathin HambaNya, yakni kepada Ilmu Hakikat. Kepada Ilmu Hakikat inilah yang sebenarnya untuk meng-Esakan Allah. Dengan adanya keterangan tersebut diatas, maka kenalilah Diri agar sempurna untuk mengenal Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW bersabda : “MAN’ARA PANAFSAHU PAKAD ‘ARA PARABBAHU” artinya “Siapa mengenal dirinya maka ia mengenal ia akan TuhanNya”. Dan “MAN ‘ARA PANAFSAHU BIL FANA PADA’ARA PARABBAHU BILHAQA” artinya Maka barang siapa mengenal dirinya binasa, niscaya dikenalnya Tuhannya kekal.

Mengenal diri ada terbagi 3 (tiga) bagian :

  1. Harus mengetahui asal diri (seperti tersebut diatas).
  2. Matikanlah diri/tubuh kita yang ada ini (mati Ma’nawiyah).
  3. Setelah Fana diri didalam diri, Uludiyah Allah Ta’ala dalam Ilmu Allah Ta’ala yang Qadim adanya.

Allah SWT berfirman dalam Hadist Qudsi : “ MAUTU ANTAL KABLAL MAUTU” artinya Matikanlah dirimu sebelum mati kamu (mati sebenarnya).
Mematikan diri adalah sebagai berikut :
“LAA QADIRUN, WALA MURIDUN, WALA ‘ALIMUN, WALA HAYYUN, WALA SAMI’UN, WALA BASIRUN, WALA MUTAKALLIMUN.
Artinya :
- Tidak ada berkuasa ;
- Tidak ada berkehendak ;
- Tidak ada kita tahu ;
- Tidak ada kita hidup ;
- Tidak mendengar ;
- Tidak melihat ;
- Tidak berkata-kata.
Kesemuanya itu hanya Allah, tetapi setelah Fananya seluruh diri/tubuh kita didalam “UHU DIAH ALLAH dengan Ilmu Allah yang Qadim. Dan ketahuilah Sir Allah dalam Diri/Tubuh kita. Jika kita tidak mengetahui, maka kita selalu bergelimang Dosa.

Nabi SAW bersabda : “WUJUDUKA ZAMBUN LAA YUGA SIBAHU ZAMBUN” artinya Bermula Adam itu dosa yang amat besar, maka tiap-tiap diri/tubuh yang berdosa tidaklah sempurna untuk mengenal Allah, walaupun bagaimana berbaktinya tetap tidak sempurna untuk mengenal Allah, karena berbakti itu adalah umpama diri/tubuh dengan Roh, maka dari tiu ketahuilah Sir Allah yang sebenarnya didalam Rahasia yang ada.

Allah berfirman dalam Hadist Qudsi : “ AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRAHU” artinya Insan itu adalah RahasiaKu dan Akupun RahasiaNya.

Allah berfirman dalam Hadist Qudsi : “ AL INSANU SIRRI WASIARI SIFATI WASIFATI LA GAIRI” artinya “Insan itu adalah RahasiaKu, RahasiaKu itu adalah SifatKu, SifatKu itu tidak lain dari padaKu.

GHAUSUL ‘AZAM berkata “JISMUL INSANU WANAFSAHU WAKABLAHU WARUHUHU WABASARAHU WA ASNA NURU WAYAZRUHU WARIJLUHU WAKULLU ZALIKA AZHIRTULAHU BINAFSIHI LINAFSI ILA HUWA ILLA ANA GHAIRUHU” artinya Diri atau tubuh manusia, hatinya dan …., pendengarannya, penglihatannya, serta tangan dan kakinya, kesemuanya itu adalah kenyataan bagi DiriKU, tetapi bukan ‘Ainnya dan bukan lainnya. Allah itu tidak lain dari Insan, sebab kita ini adalah Hak dari pada Allah dan tidak ia berpisah segala kelakuanNya atau Af’alNya.

Allah berfirman : “WAFI AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN” artinya Ada Tuhan kamu pada diri kamu, mengapa tidakkah kamu lihat akan Aku, kata Allah, padahal Aku terlebih hampir daripada matamu yang putih dengan yang hitamnya, terlebih hamper lagi Aku dengan kamu.

Nabi SAW bersabda : “MAN NAJARA ILA SYAI’AN WALAM YARALLAHUFIHI FAHUWA HATIL” artinya siapa yang melihat kepada sesuatu, tidak dilihatnya Allah didalamNya, maka penglihatannya itu batal dan sia-sia belaka.

ABU BAKAR SIDDIK R.A berkata “ MAA RA AITU SYAI’AN ILLA WARA AITULLAH HAKABLAHU” artinya Tidak Aku lihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah Ta’ala terlebih dahulu”.

USMAN IBNU AFFAN berkata “ MAA RA AITU SYAI’AN ILLA WARA AIRULLAHA “ atinya “Tidak aku lihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah sesertanya.

UMAR IBNU KHATTAF berkata “MAA RA AITU SYAI’AN ILLA WARA AITULLAHA BADAHU” artinya Tidak aku lihat sesuatu, hanya aku lihat Allah Ta’ala kemudiannya.

ALI BIN ABI TALIB “ MAA RAITU SYAI’AN ILLA WARA AITULLAHA FIHI” artinya “Tidak aku lihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah Ta’ala didalamnya”.

Demikianlah apa yang dikatakan oleh para sahabat Nabi tersebut diatas, maka pelajarilah ilmu ini kepada guru sebagaimana mestinya, sebab Allah tidak bersatu dan tidak bercerai/berpisah dengan sesuatu apa juapun. Inilah jalannya untuk mengenal Allah yang hidup kekal dan abadi yang tidak pernah kita lupakan setiap saat dan waktu maupun didalam tidur.

Inilah pelajaran yang sebenarnya untuk Ma’rifat mengenal Allah dan menghilangkan pekerjaan dunia serta mempelajari ilmunya dengan meniadakan atau menghilangkan diri/tubuh pada tingkah laku kita, maka tidak termasuk lagi pada huruf “ HA “ dan tidak boleh lagi dikata atau disebut Allah. Bila mana dengan jalan pelajaran mematikan diri/tubuh seperti : Zat, Sifat, Asma dan Af’al yan ada pada kita. Jika sudah kita tidak ada (memanakan diri/tubuh) inilah yang dimaksud menyerahkan diri kepada Allah Ta’ala, maka bertemulah kita Ghaib didalam Ghaib, Ujud didalam Ujud, Zat dialam Zat, Sifat didalam Sifat, Asma didalam Asma, Af’al didalam Af’al, Sir didalam Sir, Rahasia didalam Rahasiadan Rasa didalam Rasa. Yang menerima Zauk atau Widdan. Dalil yang menunjukkan hilangnya diri kepada Allah Ta’ala sebagai berikut : TIZIBUL BADANI SARAL QALBI “ artinya Hancurkan badan jadikan hati”
“TAZIBUL QALBI SARANRUH” artinya Hancurkan hati jadikan Ruh.
“TAZIBUL RUHI SARANNUR artinya Hancurkan Ruh jadikan Nur.
“TAZIBUNNURI SARAS SIRRI artinya Hancurkan Nur jadikan Rahasia.
TAZIBUSSIRRI ILLA ANA ILLA ANA” artinya Hancurkan Rahasia jadikan Aku ya Aku yang Mutlak, dan yang sebenarnya Aku itu adalah Rahasia sekalian Makam Manusia yang berada didalam hati atau bathin.

“ALQOLBU KAMASALIL MURA WANAJRA FIIHI RABBAHU” artinya Hati Manusia itu diumpamakan Cermin, apabila dilihatnya Cerminnya, maka kelihatanlah Tuhannya dari pada Rahasia, karena rupa kita yang berada didalam bathin inilah yang diakui oleh Allah, sebab rupa dari Rahasianya.

Allah Ta’ala berfirman : “AL INSAN SIRRI WASIRRI WASIFATI LA GHAIRI” artinya Insan itu adalah RahasiaKu dan RahasiaKu itu adalah tidak lain dari pada ZatKu yang Wajibbal Wujud.

Allah Ta’ala berfirman “ AL QALBI HAYATI SIRRI ANA ILLA ANA” artinya Didalam missal itu hati, didalam SirKu adalah Aku Rahasia segala Insan yang ada didalam Bathin. demikianlah yang sebenarnya untuk mengenal Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman dalam Hadist Qudsi “MAN ‘ARA FALLAH PAHUWALLAH” artinya Dengan sesungguhnya siapa yang mengenal Allah, maka ia bernama Allah dan Muhammad, karena hayat itu adalah hidup dengan sendirinya yang berasal dari Hayyun, sedangkan Manikam itu artinya ketuhanan, itulah sifat Allah Ta’ala yang dizahirkan kepada Muhammad dan Adam serta Insan daripada kenyataan kelakuan yang disertai dengan sifat, Hayat, Ilmu, Kudrad, Iradat, Sama’, Bashar, Kalam. Maka tajallilah Zat Muhammad dan Adam serta Insan dan Diri/tubuh yang dijadikan dari pada 4 (empat) macam yaitu :
  1. Mada
  2. Madi
  3. Mani
  4. Manikam artinya Ketuhanan yang disertai dengan sifat yang tersebut diatas daripada kenyataan sesuatu faedah kelakuan (martabat).

“MAN ALIFU KHALAK NARU WAHUWA RUHUL INSANU”
Artinya Hilangkan huruf Alif, jadikan Nama atau Asma Manusia, Fanakanan dirimu didalam Zat Allah.

“LAM AWAL KHALIFATUHIY WAHUWA HAPSAL INSANU”
Artinya : Hilangkan huruf Lam Awal, jadikan Nafas Manusia, Fanakan Sifatmu didalam Sifat Allah.

“ LAM AKHIR KHALAKA ASMAI WAHUWADDARUL INSAN”
Artinya : Hilangkan Huruf Lam Akhir, jadikan Daerah Manusia, Fanakan Namamu didalam Nama Allah.

“WAA HAA, I, KHALAKAL ARDHI WAHUWA BADANUL INSANU”
Artinya : Hilangkan Huruf “H”, jadikan Badan/Tubuh Manusia, Fanakan Af’almu didalam Af’al Allah.

Arti dari nama Allah :

1. Alif : Jari kelingking menjadi Huruf Alif
2. Lam Awal : Jari Manis menjadi Huruf Lam Awal
3. Lam Akhir : Jari Tengah menjadi Huruf Lam Akhir
4. Ha : Jari Telunjuk dan Ibu Jari menjadi Huruf Ha.

Artinya Diri yang Empat Anasar pada Tubuh :

1. Artinya Nafas : Menjadi Huruf Alif
2. Artinya Air Liur : Menjadi Huruf Lam Awal
3. Artinya Darah : Menjadi Huruf Lam Akhir
4. Artinya Hawa dan Rasa : Menjadi Huruf Ha.

1. Artinya Nafas : adalah Angin
2. Artinya Air Liur : adalah Air
3. Artinya Daerah : adalah Api
4. Artinya Hawa dan Rasa : adalah Bumi/Tanah.

Demikianlah penjelasan apa yang dimaksudkan arti Nama Allah yang ada pada Diri kita, agar dapat diketahui sebagaimana yang dipelajari oleh Guru.

MENDEKAT DIRI KEPADA ALLAH

Dalam rangka mendekat Diri kepada Allah itu, perlu tanjakan atau tingkatan-tingkatan dari satu tingkat ketingkat yang lebih tinggi. Seperti lazim dikerjakan oleh kaum Shuffi yang merupakan kesempurnaan Agama Islam. Sebagaimana Ilmu Tasawuf menerangkan, bahwa Syari’at itu hanya peraturan-peraturan belaka. Tarikatlah yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan Syari’at itu. Apabila Syari’at dan Tarikat itu sudah dapat dikuasai, maka lahirlah Hakikat yang tidak lain dari pada perbaikan keadaan Ahwal. Sedangkan tujuan terakhir ialah Ma’rifat, yaitu mengenal Tuhan yang sebenar-benarnya serta mencintainya sebaik-baiknya. Syari’at ilaha pengenalan jenis perintah, dan Hakikat ialah pengenalan pemberi perintah. Demikianlah maka benar sekali apa yang diterangkan oleh AL GHAZALI, merupakan jalan ini mendekat Diri kepada Allah, memerlukan tanjakan-tanjakan bathin. Hal ini perlu mengosongkan Bathin manusia, dan mengisinya dengan Zikir/ingat kepada Allah.

Sebuah Hadist Qudsi mengatakan :
Adalah Aku suatu perbendaharaan yang tersembunyi
Maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku
Maka Kujadikan Mahluk
Maka dengan Allah mereka mengenal Aku.

Ali Bin Abi Talib bertanya kepada Rasulullah :
Ya Rasulullah, Manakah Tarekat yang sedekat-dekatnya mencapai
Tuhan ?.
Yang di jawab oleh Rasulullah :
Tidak lain daripada Zikir kepada Allah”.

Pada Suatu hari dating seorang lelaki (Jibril) dan bertanya :
Apakah itu Iman ?
Nabi menjawab, Iman itu adalah :
  1. Engkau percaya adanya Tuhan
  2. Percaya Malaikatnya
  3. Percaya Pertemuan Tuhan di Akhirat
  4. Percaya Rasul Rasulnya
  5. Percaya Hari Kebangkitan.

Apakah Islam itu ?
Nabi menjawab, Islam itu adalah menyembah Allah dan jangan perserikatnya, menegakkan Sholat, menunaikan Zakat, berpuasa dibulan Ramadhan.

Apakah Ikhsan itu ?
Nabi menjawab, Ikhsan itu adalah keadaan Engkau menyembah Tuhan, seakan akan Engkau melihatnya, sekiranya Enkau tidak melihatnya, maka Allah melihat Engkau. (Bukhari).
PASAL SEMBAHYANG

Adapun rukun Sembahyang itu ada 13 perkara :
  1. Niat
  2. Berdiri betul
  3. Takbiratul Ihram
  4. Fatihah
  5. Rukuk
  6. I’tidal
  7. Sujud
  8. Duduk Antara Dua Sujud
  9. Duduk Tahiyat
  10. Tahiyat Akhir
  11. Salawat
  12. Salam
  13. Tertib.

Tumakninah artinya menetapkan suatu rukun pindah ke rukun yang lainnya. Inilah Tumakninah namanya. Menghilangkan gerak dan diam rukun, baru pindah kerukun yang lainnya, karena apabila gerak rukun umpamanya tidak sempat hilang sudah pindah kepada ‘I’tidal, maka tiadalah sah sembahyangnya karena tumakninahnya tidak ada gerak.
Rukun itu tercampur kepada yang lainnya, inilah syari’at namanya. Maka dari itu seyogyanya kita kalau merasa belum bisa belajar sembahyang, belajarlah terlebih dahulu, sebelum kita mengerjakan sembahyang atau sambil mengerja sambil belajar, karena tiap-tiap rukun sembahyang itu ada mempunyai syarat-syarat yang tertentu. Inilah yang menjadikan kita diwajibkan belajar, sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi “ UT LUBUL’ILMI PARI DATUN ‘ALA KULLI MUSLIMIN NAWA MUSLIMAT” artinya Menuntut ilmu itu wajib atas kita laki-laki dan perempuan. Maka oleh sebab itu kalau kita yang ingin bersembahyang belajarlah terlebih dahulu, kalau ingin selamat didalam Kubur atau diwaktu panas pada hari Mahsyar, karena didalam sembahyang itu cukup lengkap buat menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir, meluaskan Titiyan Siratul Mustakim, buat paying diwaktu panas Padang Mahsyar. Karena sembahyang itu cukup lengkap tersedia apa saja, akan tetapi sembahyangnya orang belajar atau ber Ilmu. Kalau sembahyang orang yang tiada belajar atau tiada berilmu, pasti tiada dapat lindungan seperti uraian yang tersebut diatas.
Maka dari itu, sesudah lengkap kita ketahui apa apa yang diwajibkan oleh Syara’ yakni Syari’at, kemudia kita tambah pula dengan Ilmu bathin yakni Hakikat, supaya segala amalan sembahyang kita itu lepas dari syirik, ujub, ria, takbur dan sebagainya.

Yang menghilangkan pahala sembahyang, apabila Ilmu Fiqih sudah sungguh sungguh dipelajari dan Ilmu Tasawuf sudah juga dipelajari, baru itu amalan yang Tahkik yang disyari’atkan oleh Nabi kita Muhammad SAW supaya jangat sampai sembahyang itu sembahyang tiruan saja, tiada ada ilmunya.

Adapun rukun sembahyang itu terbagi 3 (tiga) bagian :
  1. Rukun Qolbi
  2. Rukun Qauli
  3. Rukun Pi’li.

  1. Rukun Qolbi itu masuk 2 (dua) rukun yaitu : Niat dan Tertib, tempatnya dihati, tiada boleh dibaca atau dituturkan dengan hati, hanya ingat, atas Ma’rifat saja, takluknya kepada Sifat Ilmu (pengetahuan).

  1. Rukun Qouli itu masuknya 5 (lima) rukun yaitu : Takbiratul ihram, Fatihah, Tahiyat, Salawat, Salam Pertama. Adapun rukun Qouli ini wajib dibaca dengan mulut, tiada boleh diingat dengan hati, membacanya sekira-kira telinga kita sendiri yang mendengarnya, takluknya kepada sifat Sama’ atau pendengaran.


  1. Rukun Fi’li masuknya 6 (enam) rukun yaitu : kelakuan sembahyang : Berdiri Betul, Rukuk, I’tidal, Sujud, Duduk Diantara Dua Sujud, Duduk Tahiyat Akhir, maka yang 6 (enam) ini ialah kelakuan sembahyang, takluknya kepada sifat Bashar (penglihatan). Maka Rukun Fi’li ini ialah kelakuan sembahyang atau kelakuan Allah atas jasad yang terbit dari pada setetes air mani. Diciptakan Allah menjadi tubuh/jasad, itulah hurufnya nasar Nabi Allah Adam yang 4 (empat) yakni Air, Tanah, Api dan Angin, menjadi tubuh hurufnya kepada kita, dan inasar Muhammad itu 4 (empat) pula pada kita yaitu :
    • Pengrasa
    • Pendengar
    • Penglihat
    • Pencium,
maka menjadi Roh kepada kita itulah asal dari pada inasar Muhammad. Maka Muhammad inilah yang disuruh menyembah Allah, karena sesudah inasar Adam menjadi tubuh dan inasar Muhammad menjadi Roh kita, maka sempurnalah kejadian kita, akan tetapi masih belum bisa bergerak apa-apa, Firman Allah Ta’ala : “LAA TATAH RAKA ZURRATAN ILLA BIIZRILLAH” artinya Tidak bergerak Ya Muhammad didalam ala mini sesuatu apa yang kecil kalau tiada izinKu (RahasiaKu).
Maka Rahasia itu “ Nur”. Adapun jalan hakikat yang mengata Allahu Akbar diwaktu kita sembahyang itu ialah Rahasia Allah kepada kita. Begini jalan Ma’rifat kita kepada Allah atau kepada Zattullahi Ta’ala yang berpedoman kepada hokum Syara’ yakni Syari’at yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad SAW.

PENJELASAN ORANG ORANG YANG MENINGGALKAN SEMBAHYANG.

Nabi bersabda : artinya Siapa yang meninggalkan sembahyang lima waktu, maka ia akan dibebankan seperti tersebut dibawah ini :
  1. Syahadatnya tidak diterima dan harus dibunuh.
  2. Mayatnya jangan dimandikan dan ditanam dijalanan
  3. Jangan dimakan binatang yang disembelihnya.
  4. Jangan bergaul dengan mereka, karena mereka lebih najis daripada Anjing dan Babi.

Perhatikanlah hadist Nabi Muhammad SAW yang terseut diatas. Selanjutnya ketahuilah Rahasia Sembahyang, karena itu adalah Nama Nabi Muhammad SAW dan yang pertama dijadikan sembahyang itu adalah Nama “Akhmad” seperti : Berdiri tegak dengan hakekatnya Alif, Ruku’ seperti “H”, Sujud seperti “Mim”, Duduk eperti “Dal” inilah artinya kelakuan sembahyang pada Insan, seperti rupa Muhammad.
  1. Kepala Seperti Mim Awal
  2. Tangan/Bahu seperti Ha
  3. Perut seperti Mim Akhir
  4. Kaki seperti Dal.

Rahasia dari pada Rahasia Sembahyang kepada huruf Allah.
  1. Berdiri betul hurufnya Alif
  2. Ruku’ hurufnya Lam Awal
  3. Sujud hurufnya Lam Akhir
  4. Duduk Tahiyat hurufnya Ha.

Inilah yang diumpamakan Diri yang bernafas ialah Muhammad yang berasal dari Ahmad.
  1. Alif Syaratnya kepada Api
  2. Ha Syaratnya kepada Angin
  3. Mim Syartnya kepada Air
  4. Dal Syaratnya kepada Tanah/Bumi.

BISMILLAHIRAH MANIRRAHIM

Inilah suatu pasal pada menyatakan pintu guru yang tersembunyi yang tiada diajarkan kepada orang-orang yang belum belajar tentang Ilmu Tauhid atau Sifat 20 (dua puluh), sebab buku ini berisi perihal orang-orang mengenal diri atau tata cara mengenal Allah pencipta Alam dan segala isinya supaya sempurna segala amal ibadahnya.

BISMILLAHIRRAHMANIR RAHIM

Adapun didalam tulang kepala itu Otak.
Didalam Otak itu Ma’al Hayat atau Air Hidup.
Didalam Ma’al Hayat itu Akal
Didalam Akal itu Budi
Didalam Budi itu Roh
Didalam Roh itu Mani
Didalam Mani itu Rasa
Didalam Rasa itu Nikmat
Didalam Nikmat itu Nurullah
Didalam Nur Muhammad.

Firman Allah “AWWALU TAJLI ZATTULLAH TA’ALA BISIFATIHI
Artinya “Mula-mula timbul Zat Allah Ta’ala kepada Sifatnya.

AWWALU TAJLI SIFATULLAH TA’ALA BIASMA IHI
Artinya : Mula-mula timbul Sifat Allah Ta’ala kepada namanya.

AWWALU TAJLI ASMADULLAHI TA’ALA BIAP ALIHI
Artinya : Mula-mula timbul nama Allah ta’ala kepada perbuatannya.
AWWALU TAJLI AF ALULLAHI TA’ALA BIINSAN
KAMILUM BIASMAI.
Artinya : Mula-mula timbul perbuatan Allah Ta’ala kepada Insan yang
Kamil yakni Muhammad RasulNya.

QOLAH NABIYI SAW. “AWALUMAA KHALAKALLAHU TA’ALA NURI”
Artinya :berkata Nabi SAW yang mula-mula dijadikan Allah Ta’ala
Cahayaku baharu Cahaya sekalian Alam.

QALAN NABIYI SAW : “ AWWALU MAA KHALAKALLAHUTA’ALA RUHI
Artinya : Yang mula-mula dijadikan Allah Ta’ala Rohku, baharu roh sekalian alam.

QOLAN NABIYI SAW “AWWALU MAA KHALAKALAHU TA’ALA QOBLI”
Artinya : Yang mula-mula dijadikan Allah Ta’ala Hatiku, bahru hati sekalian alam.

QOLAN NABIYI SAW “AWWALU MAA KHALAKALLAHUTA’ALA AKLI”
Artinya Yang mula-mula dijadikan Allah Ta’ala Akalku, baharu akal sekalian alam.

QOLAN NABIYI SAW : “ANA MINNURILAHI WA ANA MINNURIL ALAM”
Artinya : Aku cahaya Allah dan Aku juga menerangi Alam.

HADIST : AWALUDDIN MA’RIFATULLAH”
Artinya : Awal-awal agama adalah m,engenal Allah.

Sebelum mengenal Allah terlebih dahulu kita disuruh mengenal diri, seperti Hadist :MAN’ARA PANAP SAHU PADAD’ARA PARABBAHU”
Artinya : Barang siapa mengenal dirinya, mengenal ia akan Tuhannya.

“MAN ‘ARA PANAPSAHU PAKD’RA PARABBAHU LAYA RIPU NAPSAHU.
Artinya : Barang siapa mengenal Tuhannya, niscaya tiada dikenalnya lagi dirinya.

MAN ‘ARA PANAPSAHU BILFANA PAKAD’ARA PARABBAHU BIL BAQA”
Artinya : Maka barang siapa mengenal dirinya binasa, niscaya dikenalnya Tuhannya kekal.

KHALAK TUKA YA MUHAMMAD WAKHALAK TUKA ASY YA ILA ZALIK
Artinya Aku jadikan Engkau karena Aku dan Aku jadikan Alam dengan segala isinya karena Engkau Ya Muhammad.

Firman Allah : “AL INSAN SIRRU WA ANA SIRRUHU”
Artinya : Insan itu RahasiakKu dan Aku Rahasia Insan.

“WA AMBATNAL ABRU RABBUN AU ZAHIRU RABBUN ABBUN”
Artinya : Adapun bathin hamba itu Tuhan dan Zahir dan Tuhan itu hamba.

“LAHIN HUWA WALAHIN GHAIRUH”
Artinya : Tiada ia tetap dan tia ia lain dari ia.

Firman Allah Ta’ala didalam Al-quran “FAHUWA MA’AKUM AINAMA KUNTUM”
Artinya : Dimana saja Engkau berada (pergi) Aku serta kamu.

HUWAL AWWALU WAL AKHIRU WALBATHINU WAZZAHIRU”
Artinya : Ia jua Tuhan yang awal tiada permulaannya, dan Ia jua Tuhan yang akhir tiada kesesudahannya, Ia jua bathin dan Ia jua Zahir.

Dalam pandangan Ma’rifat kita kepada Zat Allah Ta’ala itu, “LAISA KAMIS LIHI SYAIUN” tiada seumpamanya bagi sesuatu, dan bukan bertempat.

Adapun Ma’rifat kita atau pengenalan kita akan diri diperikan AF ALULLAH, adapun Ma’rifat kita akan AF ‘ALULLAH, LAHAU LAWALA KUWWATA ILLAH BILLAHHIL’ALI YIL’AZIM. Artinya Datang dari pada Allah dan kembalinya kepada Allah jua segala sesuatu, sesuai dengan hadist Nabi yang berbunyi demikian : “MUTU ANTAL KABLAL MAUTU”
Artinya Matikan diri kamu sebelum mati kamu.

Adapun mati ini ada dua ma’na, maka apa bila Roh bercerai dengan jasad itu mati hisi namanya, atau mati yang sebenarnya. Adapun mati yang dimasud hadis Nabi yang diatas tadi, adalah mati Ma’nawi, artinya mati dalam pengenalan mata hati.

Mahasuci Allah Subhanahu wata’ala Tuhan Rabbil’izzati dari upayamu, wujudmu, supaya Aku terang sempurna, upaya Allah dan kuat Allah, dan wujudnya Allah “BILLAHI LAYARILLAH” tiada yang mempunyai dan menyembah Allah hanya Allah.

Bagitu sekalian Aribbillah mengerjakan ibadat kepada Allah Ta’ala. Adapun yang bernama Rahasia itu “Sirrullah”
Adapun kita bertubuh akan Muhammad Bathin dan Zahir bertubuh akan Roh. Adapun jadi nyawa itu bertubuh kanan Idhafi Kadim (terdahulu), maka tiada lagi kita kenang tubuh dan zahir dan bathin itu, akan bernama Rahasia Ia Allah, Sir namanya kepada kita, karena rahasia itu Nur. Adapun sebenar benarnya Sifatullahita’ala kepada kita inilah RahasiaNya yang dibicarakan Rahasia yang sebenarnya RahasiaNya yang kita ketahui.

Adapun jalan hakikat yang sebenarnya yang mengata Allahu Akbar waktu kita sembahyang itu, ialah Zat, Sifat, Asma, Af’al, Kudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, itu nama Rahasia Allah Ta’ala namanya kepada kita, itulah yang mengata Allahu Akbar tiada hati lagi, karena yang bernama Zat, Sifat, Asma, Af’al, Kudrat Iradat, Ilmu, Hayat itu nama Rahasia Allah Ta’ala namanya kepada kita.
Batin dan zahir kita akan memerintah diri, adapun diri kita tadi ialah Roh. Roh tadilah yang menerima perintah rahasia, maka berlakulah berbagai bagai bunyi dan kelakuan didalam sembahyang. Semua itu adalah perintah rahasia, maka perintah rahasia inilah Sirrullah. Karena Rahasia inilah kita dapat melihat Allah dan menyembah Allah serta hidup berbagai bagai, itulah rahasia Allah kepada kita.
Firman Allah “MAN ‘ARA PANAPSAHU PAKAD’ARA PARABBAHU”
Artinya Maka barang siapa mengenal dirinya, mengenal ia akan Tuhannya,
maka mengetahui ia akan asal Nabi Allah Adam, nasarnya Air, Api, Angin, Tanah. 4 (empat) inilah yang dijadikan Allah, maka turun kepada kita seperti Firman Allah Ta’ala, kita disuruh mengetahui :
Adapun tanah itu Tubuh kita
Adapun Api itu Darah kita
Adapun Air itu Air Liur kita
Adapun Angin itu Nafas kita.

Maka berdiri syari’at, adapun kejadian air itu Tarikat, kejadian api itu Hakikat, dan kejadian Angin itu Ma’rifat. Baginilah kita atau cara kita mengenal diri namanya.

Adapun tatkala kita tidur itu, adalah perintah Rahasia Allah, maka dari itu janganlah lagi kita kenang dan janganlah kita berkehendak atau panjang angan-angan dan jangan lagi diingat diri kita ini, karena tiada hayat lagi diwaktu kita tidur itu, itu adalah Rahasia Allah.

Adapun perintah segala hati pada tengah-tengah hati berbagai bagai, adapun tempat rahasia itu didalam jantung. Maka jikalau tiada rahasia Allah itu, tiadalah bathin dan zahir ini berkehendak, karena pada hakekatnya rahasia Allah itulah menjadi kehendak segala manusia dan binatang. Akan tetapi awas, jagalah hokum syara’ (syari’at) yang dipardhukan pada kita, maka dari tiliklah dan perhatikan bersunguh sungguh perkara yang tersebut diatas.
Maka barang siapa menilik sesuatu tiada melihat ia akan Allah didalamnya, maka tiliknya itu batil atau syirik, karena ia tiada melihat akan Allah Ta’ala.
Berkata Saidina Abu Bakar Siddik r.a.
ﻮﻤﺎﺮﺍﻳﺖ ﺷﻳﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻳﺖﺍﷲ
Artinya : Tiada aku melihat akan sesuatu melainkan Allah yang aku lihat Allah Ta’ala terlebih dahulu.

Kata Umar Ibnu Khattab r.a :
MAA RAAITU SYAIAN ILLA WARAAITULLAHU MA’AHU”
artinya Tiada aku lihat sesuatu melainkan aku lihat Allah kemudiannya.

Kata Usman Ibnu Affan r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺘﺒﻳﺎ ﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻤﻌﻪ
Artinya : Tiada aku melihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah besertanya.

Kata Ali Ibnu Abi Talib r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺷﻴﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ

Artinya : Tiada Ku lihat sesuatu kecuali Allah yang kulihat di dalamnya.

Maka perkataan para sahabat itu agar berbeda, akan tetapi maknanya bersamaan.
Firman Allah didalam Al-Quraan yang berbunyi :
“WAHUWA MAAKU AINAMA KUNTUM”
Artinya : Ada hak Tuhan kamu

Firman Allah Ta’ala :
“WAHI AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN”
Artinuya : Ada Tuhan kamu didalam diri kamu, mengapa tidakkah kamu lihat akan Aku kata Allah, padalah Aku terlebih hampir dari padamu matamu yang putih dengan hitamnya, terlebih hampir lagi Aku dengan kamu.

Kemudian dari itu hendaklah kita ketahui benar benar akan diri ini mengapa kita ini menjadi hidup, melihat, mendengar, berkata-kata, kuasa memilih baik dan jahat, coba renungkan sejenak, siapakah yang berbuat dibalik kekuasaan kita ini.
Maka disini kita kembalikan saja kepada pasal rahasia yang telah lalu, sebutannya pasti kita bertemu dengan Allah atau Mi’raj dengan Dia.

Maka barang siapa tiada mengetahui perkara ini, tiada sempurna hidupnya dunia dan akhirat dan jikalau dia beramal apa saja semua amalannya itu syirik, maka dari itu hendaklah kita ketahui benar-benar apa asalnya yang menjadi nyawa dan roh itu.
Yang menjadi Nyawa dan Roh itu ialah ZADTULLAHITA’ALA dari pada Ilmunya dan Roh sekalian alam.
Seperti sabda nabi kita “ANA ABUL BASYARI”
Artinya : Aku Bapak segala Roh dan Bapak segala Tubuh

Bermula sebenarnya Roh, tatkala didalam tubuh, Nyawa namanya, tatkala ia berkehendak, Hati namanya, tatkala ia kuasa memperbuat, Akal namanya, maka kesemuanya itu adalah Rahasia Allah Ta’ala kepada kita. Maka barang siapa tiada tahu perjalanan ini, maka tiada sempurna hidupnya dunia dan akhirat.

Hidup ada nyawa itulah Muhammad dinamai akan dia bayang-bayang Ianya yang empunya bayang-bayang dan Idhofi, akan tetapi dari pada Nur jua, karena tiada diterima oleh akal kalau bayang-bayang itu maujud sendirinya, kalau ada yang empunya bayang-bayang ialah Allah Ta’ala sendirinya.

Demi Allah dan Rasulullah Islam dan Kafir, jikalau tiada tahu atau tiada percaya akan kejadian Nur itu perjalanan Roh, maka menjadi kafir lagi munafik. Karena apabila tiada tahu mengenal diri dan tiada tahu/tiada dapat membedakan antara Khalik dan Makhluk, maka amalan orang tersebut itu Syirik.
Peganglah Nasehat seorang Al Arifbbillah yang berbunyi demikian :
“LATUHADDISUN NAASIBIMA LAMTUSLIHU AKWALAHUM ATURIDDUN AYYUKAZ ZIBULLAHAWARASULIH”
Artinya : Jangan kamu ajarkan akan manusia, akan ilmu yang tiada sampai akal mereka itu adalah kamu itu nati didustakannya oleh mereka itu Allah dan Rasulnya maka orang itu kafir.

Jadi garis besarnya, apabila seseorang umpamanya, tiada biasa belajar Ilmu Usuluddin atau Sifat `20 (dua puluh) tiiada boleh diajarkan akan Ilmu Rahasia yang tersebut didalam buku ini.
Wallahu’alam.
PENGENALAN DIRI

Dalam rahim Bapak 40 hari
Mada, Madi, Mani, Manikam.
Pusat, Jantung, Watsulbi, Muntarait, Otak.
Dalam Otak ada Lemak, Dalam Lemak ada Minyak, Dalam Minyak ada Nur, Dalam Nur ada Nur Akal, Dalam Nur Akal ada Hizabbannur, Dalam Hizabbannur Hidayamul Amanah Allah SWT.

PENYAKSIAN DI ALAM ROH

ALAS TUBIRABBIKUM : …….. Benarkah Aku Tuhan Engkau
KALU BALA : ……… Benar Engkau Tuhan kami
SHAHIDNA : ……… Menyaksikan.

SUSUNAN DALAM RAHIM BAPAK

Di Otak : 7 hari
Di Rulang Belakang : 7 hari
Di Watsulbi Muntarait : 7 hari
Di Tulang Data : 7 hari
Di Pusat : 7 hari
Di Kalam : 7 hari
Jumlah = : 40 hari

Dalam Rahim Ibu 9 Bulan + 9 hari/7 Bulan + 7 hari, Titik NOKTAH.

1 hari : HU
3 hari : ALLAH
7 hari : INNALLAH (hanya Allah)
4 bulan + 4 hari : TURABBUNNUR (Tanah Nur)
7 bulan + 7 hari : SUBHANALLAH (Maha Suci Allah)
8 bulan + 8 hari : ALHAMDULILLAH ( Puji Bagi Allah)
9 ulan + 9 hari : INNA ANNA AMANNA ( Sesungguhnya
Aku beriman/Pembawa Amanah Allah
SWT).

Ujud artinya Ada, Mustahil Tiada, Mana yang Mustahil
Adalah Akwan Agiyar kita. Wajib Allah Ta’ala ada.
Tidak syah Ma’rifatnya, bila tidak mengetahui asal kejadian Diri kita ini.
Itifak/Mufakat
Seluruh Arifbillah.
Adapun menenal diri itu mengetahui dari pada asal Nabi Adam A.S. Asalnya Nabi Allah Adam itu nasarnya : Air, Api, Angin, Tanah, maka turunlah kepada kita :
Tanah itu = Tubuh kita hurupnya
Angin itu = Nafas kita hurupnya
Api itu = Daerah kita hurupnya
Air itu = Rasa kita kita hurupnya.
Maka itulah kita ketahui arti mengenal diri namanya.

Adapun kejadiannya Tanah bernama Syari’at = Tubuh kepada kita
Adapun kejadiannya Angin bernama Tarikat = Laku kepada kita
Adapun kejadiannya Api bernama Hakikat = Hati kepada kita
Adapun kejadiannya Air bernama Ma’rifat = Rasa kepada kita.
Itulah mengenal diri namanya.

Syariat umpama Kaki
Tarikat umpama Tangan
Hakikat umpama Tubuh
Ma’rifat umpama Kepala

Adapun yang bernama Diri Terdiri itu Rahasia namanya.
Adapun yang bernama Diri Tajalli itu Roh namanya
Adapun yang bernama Diri Terperi itu Hati namanya
Adapun yang bernama Diri Diperikan itu Tubuh namanya.

Mengenal Adam Menurut :
Syari’at adalah ia Manusia yang Pertama.
Tarikat adalah ia Hakikat yang Muncul.
Hakikat adalah ia Asma Allah
Ma’rifat adalah Hanya Allah (ILLallah).

ASYHADU adalah bagi kita Lidah
ALLA adalah bagi kita Badan
ILLAHA adalah bagi kita Hati
ILLALLAH adalah bagi kita Roh
HUWA adalah bagi kita Rahasia (Air).

Adapun yang sebenar benar Diri ialah Nyawa/Roh
Adapun yang sebenar benar Nyawa/Roh adalah Muhammad
Adapun yang sebenar benar Muhammad adalah Allah
Adapun yang sebenar benar Allah adalah segala Sifat Allah Ta’ala
Adapun yang sebenar benar Sifat Allah Ta’ala aalah Zadtullahita’ala.
Adapun Sifat Allah Ta’ala adalah wujud Allah Ta’ala yang kata mempunyai Wujud dan hakikat dari pada segala yang ada, besar maupun kecil. Bagaimanapun juga pada pandangan lahir maupun bathin adalah sebenar benarnya termasuk satu sifat yang sempurna, tidak bertulang, berdaging, berdarah, atau berkulit. Pada yakin kita maka yang berbagai sifat dan warna adalah Hanya satu, menurut yakin Ma’rifat kita.

Adapun yang bernama Wujud Hakiki yaitu Zadtullahita’ala. Wujud Hakiki itu mustahil pada pandangan awam, wujud majazi itu tidak ada pada pandangan wujud hakiki.
Wujud ‘A AM (umum) itu meliputi pada alam, dan nyata pada Muhammad.

Adapun yang sebenar benarnya manusia yaitu Muhammad.
Adapun sebenar benarnya Muhammad yaitu Allah
Dan sebenar benarnya Allah yaitu Zadtullah.

Maka itulah sebabnya kita manusia dilebihkan Allah Ta’ala dari pada semesta sekalian ala mini, karena asalnya kejadian sekalian itu daripada Muhammad.
Wallahuwalam.

BISMILLAHIN NURI NURUN’ALA NURIN

Inilah risalah singkat menjelaskan tentang martabat 7 (tujuh). Karena Martabat 7 (tujuh) itulah tahkiknya paham Ma’rifat atau sempuna bagi Aulia Allah yang semuanya mempunyai keramat besar dalam sejarah Mazhab Ahlul Sunnah Waljama’ah yang 4 (empat).

Adapun yang mula mula menyusun martabat 7 (tujuh) itu ialah SYEH AHMAD KUSASI BIN MUHAMMAD AL MADANI WALI KUTUB RABBANI RIJALUL CHAID yang masyur itu. Kemudian diteruskan lagi oleh murid muridnya yang bernama SYEH ABDURRAUB, SYEH MUHAMMAD SEMAN dan lain lainnya yang semuanya berderajat Wali Kutubburrabani.

Adapun marabat 7 (tuju) itu adalah berdasakan hokum AKLI dan NAKLI, untuk memahami Rahasia kebesaran Nabi kita Muhammad SAW yang sebenar benarnya karena himpunan segala rahasia Allah itu adalah terhimpun pada Wujud diri Nabi kita yang bernama denan Muhammad itu dan kezahiran Nabi kita itu menurut kezahiran manusia biasa denan beribu berbapak dan sebagainya.

Adapun arti martabat itu ialah tingkatan kezahiran rahasia Allah Ta’ala dan bersusun.
  1. Martabat AHDIAH
  2. Martabat WAHDAH
  3. Martabat WAHIDIYAH
  4. Martabat ALAM ARWAH
  5. Martabat ALAM MISAL
  6. Martabat ALAM ZASAM
  7. Martabat ALAM INSYAN.

PENJELASAN SATU PERSATU.

1. MARTABAT AHDIAH

Martabat Ahdiah bermakna Keesaan dan hukumnya LAA TA’AIN. Artinya tiada ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya, oleh karena itu hanya dinamakan “AL HAQ” artinya Keesaan Kemempurnaan Semata mata.
Seperti Hadis Nabi SAW “ WAKA HALLAHUWALA SYIUM MA’AHU”
Artinya Adalah Allah itu Maha Esa dan tiada ada lainnya sertanya.
Maka martabat Ahdiah itu bukanlah berma’na bahwa ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya dari pada Nur Muhammad atau wujud yang maujud adanya Nur Muhammad, tetapi adalah untuk menolak adanya Itikad yang menetapkan bahwa ada lagi suatu wujud yang meng ujudkan Nur Muhammad. Jadi jelasnya martabat 7 ya’ni Martabat Ahdiah itu adalah berma’na pengakuan kepada Ke Esahaan, Kebesaran dan Kesempurnaan Nur Muhammad itu semata-mata. Oleh karena itu Martabat yang sebenar benarnya adalah 6 (enam) saja. Dan bukan 7 (tujuh), sejalan dengan ayat “FII SIT TATIAIYA MIN SUMMASTAWA’ALAL ‘ARSII” artinya Kesempurnaan kejadian semesta alam adalah didalam 6 (enam) masa.
Kemudian sempurnalah kebesaran Allah pada kejadian ARASY yang Maha …..itu, menurut hadis sahih “bahwa yang masa yang terakhir yakni yang kejadian sempurnalah kejadian Nabi Adam, dengan ditempatkan diatas muka bumi.

Adapun hakikat ARASY yang sebenarnya menurut paham Ma’rifat yang tahkik adalah terkandung pada isyarat isyarat huruf Nabi Adam itu sendiri, ialah Alif dan Dal itu mengisyaratkan kepada “AHMAD” dan “MIM” itu mengisyaratkan pada “MUHAMMAD”.
Oleh karena itu pada hakikatnya kezahiran Nabi Adam itu adalah menjadi Wasilah Ja’ani menjadi jalan bagi kezahiran kebesaran Nabi kita yang bernama Muhammad itu sendiri.

Didalam tafsir yang ma’I’tisar kebesaran Nabi kita yang bernama Muhammad itu telah berwujud suatu sinar yang sangat menakjubkan pada nabi dan rasul rasul yang terdahulu dan bahkan kebesaran itulah yang telah menjadi MU’JIZAD bagi Nabi nabi terdahulu, maka kebesaran itulah diisyaratkan dengan “ANNUR” didalam AL QUR’AN, dan ANNUR itu bukanlah berma’na cahaya, tetapai berma’na Keluasan, Kesempurnaan yang tiada terbatas dan tiada terhingga,


2. MARTABAT WAHDAH.

Adapun Martabat Wahdah berma’na wujud yang awal yang tiada ada permulaannya dan hukumnya “TA’INUL AWWALU” artinya wujud yang terdahulu adanya dari pada segala wujud yang lainnya, lagi tiada ada permulaannya. Itulah yang dinamakan HAIYUN AWWALU”, HAIYUN AZALI, HAIYUN IZZATI, HAIYUN HAKIKI, yakni bersifat HAIYUN yang sebenar benarnya QADIM yang NAFSIAH, SALBIAH, MA’ANI dan MANAWIAH, ZALAL, ZAMAL, QAHAR, KAMAL, itulah hakikat kebesaran Nabi kita itu yang bernama Muhammad Rasulullah Sallahu’alaihi Wasallam.
Maka Kandungan nama Muhammad itulah yang dinakaman dengan Wahdah. Yang menjadi jumlah dan himpunan “AF’AL, ASMA, SIFAT, adapun Zad hanyalah bagi MA’LUM YA’NI SENDIRINYA.

ILLAH tidak lain, dan dinamakan HAWIYYATUL’ALAMI” artinya Sumber segala kejadian semesta ala mini, dan dinamakan HADRATUS SARIZ artinya kebesaran yang dipandang pada tiap tiap yang maujud pada ala mini, itulah yang diisyaratkan dalam Al Qur’an “NURUN’ALA NURIN” artinya Nur yang sangat dibesarkan pada semesta ala mini, yakni Nur yang hidup dan maujud pada tiap yang hidup sekalian ala mini atau Nur yang hidup dan menghidupkan.

Kebesaran hakikat Muhammad itulah yang sebenarnya dipuji dengan kalimah ALHAMDU karena kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itulah yang diisyaratkan oleh kalimah ALHAMDU itu, yakni ALIF berma’na ALHAQ artinya KEESAAN, KEBESARAN NUR MUHAMMAD tajallinya ROH bagi kita. “LAM LATIFUM” artinya Kesempurnaan Nur Muhammad” tajallinya NAFAS bagi kita, “HA” HAMIDUN artinya Kesempurnaan Berkat Nur Muhammad tajallinya : HATI, AKAL, NAFSU PENGLIHAT, PENDENGAR, PENCIUM, PENGRASA, dan sebagainya bagi kita.

“MIM “ MAJIDUN” artinya Kesempurnaan Safa’at Nur Muhammad tajallinya bagi kita : IMAN, ISLAM, ILMU, HIKMAH, dan sebagainya.

“DAL” DARUSSALAMI” artinya Kesempurnaan Nikmat Nur Muhammad, tajallinya bagi kita : KULIT, BULU, DAGING, URAT, TULANG, OTAK, SUMSUM.
Maka itu adalah tajallinya bagi diri yang bathin, adapun tajalli bagi diri yang zahir adalah “ALIF” bagi kita,

“LAM” dua tangan bagi kita,
“HA” badan bagi kita, “MIM” Pinggang bagi kita dan

“DAL” dua kaki bagi kita.
Itulah yang diesakan dengan “ASYAHADU” yakni :

“ALIF” ALHAQ artinya Yang diEsaka dan yang dibesarkan.
SYIN SYUHUDUL HAQ “ artinya Yang diakui bersifat Ketuhanan dengan sebenar benarnya.

“”HA” HADIYAN MUHDIYAN ILAL HAQ “ artinya Yang menjadi Petunjuk selain menunjuki kepada jalan/Agama yang Hak.

“DAL” DAIYAN ILAL HAQ artinya Selalu menyerukan atau yang selalu memberi Peringatan kepada Agama yang Hak.

“ALHAMDU” berma’na “ALHAYATU MUHAMMADU” artinya Kesempurnaan Tajalli Nur Muhammad.

Pahamnya ialah “ADAM” adalah nama adapt atau nama syari’at atau nama hakikat, atau nama kebesaran bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD. Dan MUHAMMAD adalah nama keesaan yang menghimpunkan akan nama Adam, dan nama Allah.

Pada bahasa atau ilmu bahasa Arab “ADAM” itu damirnya “HU” dan MUHAMMAD itu damirnya “HU” dan ALLAH itu damirnya “HU”.
Pada ma’na Syari’at “HU” itu berma’na Dia Seorang Laki-laki, dan pada
Ma’na Hakikat adalah jumlah yang banyak rupa wujudnya, tetapi pada ma’na Hakikat “HU” itu adalah “Esa” tiada berbilang bilang. Itulah isyarat Al Qur’an “HUWAL HAYYUN QAOYYUM” yang HAIYUN awal tiada ada permulaannya “WAHUWAL’ALI YIL’AZIM” yang bersifat denga sifat sifat kesempurnaan lagi maha besar.

“HUAR RAHMANURRAHIM” yang bersifat rahman dan rahim.
“HUWARABBUL ‘ABSIL KARIM” yang memiliki Arasy yang Maha Mulia, Arasy itu ada nama kemuliaan Diri Nabi Kita itu yang sebenar benarnya, tetapi juga menjadi nama Majazi bagi sesuatu tempat, atau suatu alam Ghaib yang dimuliakan adanya, sama halnya seperti JIBRIL, MIKAIL, IZRAFIL, ISMA’IL, NUHAIL, SURAIL.
Menurut tafsir yang me’I’tibar semuanya dengan bahasa Suryani atau bahasa Arab di zaman Pura, yang bernama ABDULLAH maka yang … ABDULLAH itu adalah Nabi kita yang bernama MUHAMMAD itu sendiri.
Maka oleh karena itu didalam ayat “ISRA’” Nabi kita itu bernama ABDULLAH menunjukkan nama MUHAMMAD itu adalah juga Penghulu sekalian malaikat dan kebesaran nama MUHAMMAD itulah yang sebenar benarnya yang diisyaratkan oleh Al Quran dengan huruf huruf yang tidak dapat ditentukan atau dihinggakan namanya, karena bersangatan luas kandungannya mulai dari ALIF, LAM sampai NUR ada 29 tempat. Jadi semuanya nama-nama yang mulia, dilangit dan dibumi itu adalah nama kemuliaan dan kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata, dan menjadi nama Majazi pada tiap tiap Wujud yang dimuliakan pada ala mini.

Itulah isyarat Al Qur’an “WAHUAL LAZI PISSAMA ILLAHUW WAFIL ANDHI ILLAHUN” dan dialah yang sebenar benarnya memiliki sifat sifat Ketuhanan yakni sifat kesempurnaan yang ada dilangit dan sifat sifat kesempurnaan yang ada di bumi, dan ayat “LAHUL ASMA’UL HUSNA” artinya hanyalah dia yang sebenar benarnya memiliki nama nama yang mulia dan yang terpuji yang telah maujud pada semesta alam ini.

Tetapi karena adab Syari’at dihukumkan yang haram haram yang najis najis seperti Anjing dan Babi dan sebagainya yang tidak layak kecuali bagi MALUM pada majelis mengajar dan belajar, yang boleh membicarakan masalah tersebut diatas. Yang ke 3 (tiga) berkata ASYSYEH BURHANUDDIN ARRUMI pernah berkata yang maksudnya “bahwa hakikat kebesaran Nur Muhammad itu menghimpunkan 4 (empat) macam alam, dan hakikat alam itu hanya 4 (empat) macam saja himpunannya ialah :
  1. Alam HASUT ialah alam yang terhampar langit dan bumi dan segala isinya dan bagi kita HASUT itu ialah seluruh jasad, Kulit, Daging, Otak, Sumsum, Urat, Tulang.

  1. Alam MALAKUT ialah alam ghaib bagi malaikat malaikat, dan bagi kita malaku itu ialah Hati, Akal, Nafsu, Nafas, Penglihat, Pendengar, Pencium, Pengrasa dan sebagainya.


  1. Alam JABARUT ialah alam ghaib bagi Arasy, Kursi, Lum Mahpus, Syurga, Neraga dan sebagainya dan bagi kita Alam Jabarut itu ialah Roh, Ilmu, Hikmah, Fadilat, Hasanah dan sebagainya, dari pada segala sifat yang mulia dan terpuji.

  1. Alam LAHUT ialah alam ghaibbagi kebesaran Nur Muhammad dan bagi kita alam Lahut itu ialah Bathin tempat Rahasia, Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat, maka ke 4 (empat) macam alam itu adalah semuanya wujud kesempurnaan tajalli Nur Muhammad, dan 4 (empat) macam alam itu lagi terhimpun kepada kebenaran wujud diri Rasulullah yang bernama INSANUL KAMIL. Dan menjadi berkah dan FAIDURRABBANI yakni kelebihan yang harus bagi tiap tiap Mu’min yang ahli Tahkik, karena mereka itu adalah “WADA SYATUL AMBIYA” yakni mewarisi kebenaran bathin nabi nabi dan rasul rasul dan mu’min yang tahkik itulah yang dinamakan Aulia Allah, tetapi mu’min itu tiada mengetahui bahwa dirinya adalah Aulia yang sebenarnya.
Pendapat AL HALAD dan IBNU ARABI bahwa kedua walikutub itu pernah berkata yang maksudnya bahwa Muhammad itu ada dua rupa, yakni ada dua rupa dia atau ada dua Ma’na :
  1. Muhammad yang berma’na QADIM AZALI, itulah diri Muhammad yang pertama, yang tidak ada AL MAUTU/mati padanya selama lamanya, jelasnya bahwa Muhammad diri yang pertama kita itu. Tulah yang awal NAFAS yang akhir SALBIAH, yang zahir MA’ANI dan yang bathin MA’NAWIYAH.
  2. Muhammad yang berma’na Abdullah Insanul Kamil itulah diri Muhammad yang kedua, nama yang harus baginya, bersifat manusia biasa yang berlaku padanya “SUNNATU INSANIAH, KULLU NAFSIN ZA IKATUL MAUT”

Dalam pada waktu itu wajib kita meng’itikadkan bahwa jasad nabi kita itu adalah QADIM IDHOFI, yaitu tidak rusak selama lamanya dikandung bumi. Seperti hadis sahih AL BUKHARI/ riwayat BUKHARI : “ INNALLAHA AZZA WAJALLA HARRAMA’ALAL ARDHI AIYA KULLA AZSADAL AMBIYA” artinya Bahwasanya Allah Ta’ala yang maha tinggi telah mengharamkan akan bumi, bahwa bumi itu bisa menghancurkan akan jasad para nabi nabi. Maka tahkiknya paham kedua walikutub itu, supaya kita jangan terlihat dengan paham Nasrani, dengan Yahudi dan sebagainya. Maka kita tetapkan dahulu paham kita ialah :

  1. Bahwa pada hokum adapt, Nabi kita Muhammad yang Muhammad itu adalah manusia biasa seperti kita, hanyalah dilebihkan ia dengan kerasulan.
  2. Bahwa tiap tiap manusia itu sendirinya baik pada hukum akal dan pada hukum nakli, ada mempunyai dua macam diri yakni diri pertama atau diri hakiki ialah Rohani, dan diri yang kedua yaitu dir Majazi ialah Jasmani, dan diri yang kedua atau diri jasmani itu karena kemuliaan bagi Rasulullah dinamakan INSANUL KAMIL.
  3. Bahwa diri Hakiki yang berma’na Rohani itulah yang bernama Muhammad. Itulah yang Qadim Azali, Qadim Izzati, Qadim Hakiki, itulah ma’na yang dirahasiakan yang menjadi keesaan segala sifat kesempurnaan yang 99 (sembilan puluh sembilan) itu. Jalannya kebesaran wujud Roh Nabi kita itulah yang diisyaratkan oleh kalimah “HUALLAH” jadi ma’na Muhammad itu Tahkiknya adalah “AINUL HAYATI” yakni wujud sifat yang hidup dan yang menghidupkan. Maka itulah yang diisyaratkan dengan kalimah “LA ILAHA ILLALLAH” dan yang dibenarkan dengan kalimah “ALLAHU AKBAR” dan yang dipuji dengan “SUBBHANALLAH WALHAMDULILLAH dan sebagainya lagi. Itulah yang dipuji dengan “ALHAQ QULHAQ” oleh seluruh malaikat malaikat MUKARRABIN menurut tafsir yang me’itibar.
  4. Bahwa diri Majazi yang berma’na Jasmani, itulah yang bernama Insanul Kamil. Itulah Muhammad majazi, yakni Muhammad yang kedua yang menempuh ALMAUTU pada adapt, tetapi jasad Nabi itu adalah Qadim Idhofi. Jasad Nabi kita itulah diisyaratkan oleh ayat AL QUR’AN “PADABA RAKALLHU AHNAUL KHORIKIM: artinya Maha Sempurnalah Sifat Allah pada Kezahiran Wujud yang sebaik baik rupa kejadian itu”. Dan diisyaratkan Hadis Qudsi “ ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI” artinya Kezahiran sifat kesempurnaan Allah itu adalah maujud pada hakikat kesempurnaan seorang hamba yang bernama Muhammad Rasulullah itu. Yakni maujud dengan rupa Insanul Kamil, maka rupa wujud Insanul Kamil itulah yang diisyaratkan oleh AL QUR’AN dengan “AMPUSAKUM” artinya Wujud Diri Kamu Sendiri, yakni “WAFI AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN” artinya Dan yang diri kami berupa wujud insane itu apakah tidak kamu pikirkan. Yakni yang menjadi diri hakiki atau diri pertama pada insan itu.

Pada hakikatnya adalah kebenaran dan kesempurnaan Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itu semata mata, dan diri kedua itupun tidak lain karena itulah dinamakan insane yakni yang kedua, atau rupa Muhammad yang nyata, yang nasut, maka kebenaran Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itulah yang diisyaratkan oleh Al Qur’an “ALLAHU NURUSSMA WATIWAL ARDHI” artinya Kebenaran Nur Allah itu ialah Maujud di langit dan dibumi. Dan ayat seterusnya “NURUN ‘ALA NURIN” artinya Nur yang hidup dan yang menghidupkan atas tiap tiap wujud yang hidup pada alam ini, itulah isyarat perkataan 4 (empat sahabat besar itu ialah yang berbunyi demikian :

Berkata Saidina Abu Bakar Siddik r.a.
ﻮﻤﺎﺮﺍﻳﺖ ﺷﻳﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻳﺖﺍﷲ
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat kebenaran Allah semata mata dahulunya.

Kata Umar Ibnu Khattab r.a :
MAA RAAITU SYAIAN ILLA WARAAITULLAHU MA’AHU”
artinya Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat kebenaran Allah Ta’ala semata-mata kemudiannya.

Kata Usman Ibnu Affan r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺘﺒﻳﺎ ﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻤﻌﻪ
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatuhanyalah aku lihat kebesaran Allah Ta’ala semata-mata besertanya.

Kata Ali Ibnu Abi Talib r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺷﻴﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ
Artinya : Tidak Aku lihat pada wujud sesuatu hanyalah aku lihat kebesaran Allah Ta’ala semata-mata maujud padanya.

Itulah isyarat ayat Al Qur’an “WAKULIL HAMDULILLAH SAYURIIKUM AAYAA TIHI FA’A HIRU NAHA” artinya Dan ucapkanlah puji bagi Allah karena sangat nampak bagi kamu pada wujud diri kami itu sendiri, akan tanda tanda kebesaran Allah Ta’ala, supaya kamu dapat mengenalnya
Dari itu dengan sabda Nabi Muhammad SAW “MAM TALABAL MAULA BICHAIRI NAFSIHI PAKAD DALLA DALALAM BA’IDA” artinya Barang siapa mengenal Allah Ta’ala diluar dari pada mengenal hakikat dirinya sendiri., maka sesungguhnya adalah ia sesat yang bersangat sesat. Karena hakikat diri yang sebenarnya, baik rohani dan jasmani tidak lain melainkan adalah wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata. Maka apa apa nama segala yang maujud pada ala mini, baik pada alam nyang nyata dan alam yang ghaib adalah semuanya nama Majazi bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD.

Adapun ma’na Syahadat yang tahkikut tahkik “ASYHADUALLA ILAHA ILLALLAH” naik sakti aku bahwasanya Rohku dan Jasadku tidak lain, melainkan wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD semata-mata. “WA ASYHADUANNA MUHAMMADARRASULULLAH” dan naik saksi Aku bahwa hanya MUHAMMAD RASULULLAH itu tiada lain, melainkan wujud kebenaran tajalli NUR MUHAMMAD yang sebenar benarnya.

Maka kesempurnaan musyahadah, murakabah, dan mukapahah, yakni keesaan pada diri adalah pada keluar masuknya nafas, karena pahak tahkik, tidak ada lagi “LAA” tetapi hanya “ILLAH” yakni tidak lain “NAFSI” ILLAHU” tidak lain DIRIKU. Melainkan wujud kebesaran NUR MUHAMMAD semata mata.

ZIKIR ZIKIR TAJALLI YANG HANYA DIBACA DIDALAM HATI SAJA

Sekali atau tiga kali, dan nafas ditarik dengan “HUU” kemudian ditahan dan lidah dilekukkan dilalangitan ialah.
  1. INNI BIHAKKI MUHAMMADIN ALHAQ QULHAQ, artinya “YAHU” sesungguhnya diriku adalah kebesaran wujud NUR MUHAMMAD yang sebenar benarnya.
  2. INNI BIHAKKI ZATUL BUKTI KHALISUL MUTLAK, artinya bahwa sesungguhnya diriku adalah wujud kebesaran NUR MUHAMMAD semata-mata yang Maha Suci lagi Esa tiada ada yang lainnya besertanya.
  3. LAA MAUJUDUN ILLA NURUL HAK KUL HAK, artinya Tiada lain wujudku melainkan wujud kebenaran NUR MUHAMMAD yang sebesar besarnya.
Maka pilihlah yang mana dalam yang tiga ini yang dirasa mudah, dan tatkala keluar nafas bacalah dalam hati “ALLAHU AKBAR”.


Dilahirkan dinegeri BAIDA, salah satu kota kecil dalam negeri Persia di tahun 244 H (858 M). Dia ditahan dan dihukum pada tanggal 18 Zulkaidah tahun 309 H ( 921 M). Dijatuhi hukuman bunuh dengan mula mula dipukul dan dicambuk dengan Cemeti, lalu disalib, sesudah itu dipotong potong kedua tangannya dan kakinya. Dipenggal lehernya dan ditinggalkan tergantung. Pecahan pecahan tubuh itu diletakkan dipintu gerbang kota Bagdad, guna menjadi contoh bagi orang lain. Inti dari ajarannya telah dinyatakannya, kadang-kadang berupa Syair, kadang-kadang berupa Natsar (prosa). Dalam susunan kata kata yang mendalam disekeliling 3 perkara :
  1. HULUB yaitu ketuhanan (LAHUT) menjelma kedalam Diri Insan (NASUT)
  2. AL HAKIKATUL MUHAMMADIYAH, yaitu Nur Muhammad sebagai asal usul segala kejadian, amal perbuatan, dan Ilmu Pengetahuan, dan dengan perantaraannyalah seluruh Ala mini dijadikan.
  3. KESATUAN SEGALA AGAMA, Menurut ajaran beliau, bila mana kebathinan seorang insane telah suci bersih didalam menempuh perjalanan dalam hidup kebathinan, akan naiklah tingkat hiupnya itu dari suatu Maqam yang lain. Misalnya MUSLIM, MU’MIN, SALIHIN, MUKARABBIN. Mukarabbin artinya orang yang paling dekat kepada Tuhannya. Diatas dari tingkat Mukarabbin itu tibalah mereka dipuncak, sehingga bersatu dengan Tuhan. Tidak dapat lagi dibedakan atau dipisahkan diantara ASYIK dengan MA’SYUKNYA.
Apabila Ketuhanan telah menjelma didalam Dirinya, maka tidak lagi kehendaknya yang berlaku, melainkan kehendak Allah “RUH ALLAH TELAH MELIPUTI DIRINYA. Sebagaimana yang telah meliputi “ISA ANAK MARYAM. Maka apa yang dikehendakinya akan terjadi. Bagaimana sifatnya persatuan itu ?.
Kadang-kadang dikatakannya sebagai persatuan HAMAR (Tuak, Arak) dengan AIR, dan kadang kadang dikatakannya sebagai persatuan API dengan BESI seketika dibakar sehingga merah, sehingga apa bila tersinggung salah satu, tersinggung pula yang lainnya. Disinilah pangkal perkataannya “ANAL HAK” (Sayalah Kebenaran itu). Karena kebenaran adalah salah satu dari nama Tuhan. Dan katanya pula “WAMA JUBBATI ILLALLAH” dan (Tidak ada yang dalam jalan ini melainkan Allah) Setengah dari perkataannya “ANA MAN AHWA WAMAN AHWA, ANAA NAHNU RUHANI HALLALNA BADANA FATZA ABSHARTANI ABSHARTAHU, WAIZA ABSHARTAHU ABSHARTANA” artinya Sayalah orang yang saya rindui, dan orang yang saya Rindu ialah saya. Kami dua jiwa bersatu disatu badan, kalau Engkau lihat Aku, Engkau lihat Dia, Bila Engkau lihat Dia, terlihatlah Kami.

Dan katanya pula “MAZAJTA RUHARA FIRUHI KANA, TUMZIJUL KHAMRATA BIIMAIL ZALALI FAIZA MASSAKA SYAIUN MASSANI, FAIZA ANTA ANA FIKULLI HAALIN” artinya Telah bercampur RohMu dalam RohKu, laksana bercampurnya KHAMAR dengan Ai yang jernih, bila menyentuh akanMU sesuatu tersentuhlah Aku, sebab itu Engkau adalah Aku dalam segala hal.

PERKATAAN NUR PERKATAAN ROH
1. Aku yang Awal 1. Dia yang Awal
2. Aku yang Akhir 2. Dia yang Akhir
3. Aku yang Zahir 3. Dia yang Zahir
4. Aku yang Bathin 4. Dia yang Bathin.

BILA MANA KITA MENGATA ALLAH ITU ADALAH MUHAMMAD
BILA MANA MUHAMMAD MENGATA ALLAH ITU ADALAH TUHAN KITA.

NASAR ZAHIR NASAR BATHIN
1. Api 1. Nufus
2. Angin 2. Ampas
3. Air 3. Tanufus
4. Tanah 4. Nafas.


QULHAK RAHASIA

RASA . . . . . . . . . . RASA

AL HAQ KUL ALI HAK RAHASIA

KENYATAAN YANG SEBENARNYA
1. Kenyataan Tubuh pekerjaan Hati
Kenyataan Hati pekerjaan Roh
Kenyataan Roh pekerjaan Nur.

2. Kenyataan Nur pekerjaan Kutub
Kenyataan Kutub pekerjaan Hati
Kenyataan Hati pekerjaan Tubuh.

3. Kenyataan Tubuh pekerjaan Hati
Kenyataan Hati pekerjaan Roh.

INSAN
Berjasadkan Rohani
Bernyawakan Nurani
Rahasia Idhafi.

NABI
Berjasadkan Nurani
Bernyawakan Idhafi
Rahasia Rabbani.

Wallahualam

TENTANG NOOR MUHAMMAD
Beliaulah yang mula mula sekali menyatakan bahwasanya kejadian Alam ini pada mulanya ialah dari pada “HAKIKATUL MUHAMMADIYAH” atau Nur Muhammad. Nur Muhammad itulah asal segala kejadian. Hampir samalah perjalanan persamaannya itu dengan renungan Ahli Filsafat yang mengatakan bahwa mulai terjadi ialah “AKAL PERTAMA”. Menurut katanya Nabi Muhammad itu terjadinya dua rupa. Rupa yang Qadim dan Rupa yang Azali. Dia telah terjadi sebelum terjadinya seluruh yang ada, Dari padanya diserah Ilmu dan dirfan. Kedua ialah rupanya sebagai manusia, sebagai seorang rasul dan Nabi diutus Tuhan. Rupa yang sebagai Manusia itu menempuh Maut, tetapi rupanya yang Qadim tetap ada meliputi Alam. Maka dari Nur rupanya yang Qadim itulah diambil segala Nur buat menciptakan segala Nabi nabi dan Rasul rasul dan Aulia. Cahaya segala Kenabian dari pada Nur lah menyata dan Cahaya mereka dari pada Cahayanyalah mengambil, tidaklah ada suatu cahaya yang bercahaya, dan lebihnya yang lebih Qadim dari cahaya yang Qadim itu yang mendahului Cahaya Beliau yang mulia.
Kehendaknya mendahului segala kehendak, Ujudnya mendahului segala yang Adam. Namanya mendahului akan Kalampun sendiri. Karena dia telah terjadi sebelum terjadi apa yang terjadi. Lautan Ilmunya diatas megah mengguruh, dibawah kilat menyinar dan memancar, menurunkan hujan dan memberikan subur, Segala Ilmu adalah setetes dari air lautan. Segala Hikmat hanyalah satu piala dari Sungainya, Seluruh Zaman hanyalah satu sa’at Kecil dari Masanya yang jauh. Dalam hal kejadian Dialah yang Awal, Dalam Kenabian dialah yang Akhir “ALHAK” adalah dengan dia, dan dengan dialah HAKIKAT, Dia yang pertama dalam hubungan, Dia yang Akhir dalam Kenabian, Dan Dia yang Bathin dalam HAKIKAT, dan Dialah yang lahir dalam MA’RIFAT.
Pendeknya Nur Muhammad itulah pusat kesatuan Alam, dan Pusat Kesatuan Nubuat segala Nabi. Dan Nabi Nabi itu Nubuatnya, ataupun Dirinya hanyalah sebagian saja dari pada Cahayanya “NUR MUHAMMAD” itu. Segala macam Ilmu Hikmat dan Nubuat adalah Pancaran belaka dari Sinarnya.\

AL HAKIKATUL MUHAMMADIYAH

Tuhan Allah adalah suatu dan satu, Dialah wujud yang Mutlak. Maka Nur (cahaya) Allah itu sebagian dari pada Dirinya. Itulah Dia Hakikat “MUHAMMADIYAH” itulah kenyataan yang pertama dalam ULUBIYAH. Dari padanyalah terjadi segala Alam dalam setiap tingkatannya. Seumpama Alam Jabarut, Alam Malakut, Alam Misal, Alam Ajsam, Alam Arwah, Dia segenap kesempurnaan Ilmu dan Amal. Yang ternyata pada Nabi, sejak Adam sampai Muhammad, dan sampai kepada Wali wali dan segala Tubuh Insan yang Kamil. Nur Muhammad atau Hakikat Muhammadiyah itu Qadim pula, sebab Dia sebagian dari pada AHADIYAH. Sebagian dari suatu dan satu, Dia tetap ada, Hakikat Muhammadiyah itulah memenuhi Tubuh Adam dan tubuh Muhammad. Dan apa bila Muhammad telah Mati sebagai tubuh, namun Nur Muhammad atau Hakikat Muhammadiyah itu tetaplah ada, sebab dia sebagian dari Tuhan. Jadi Allah, Adam, Muhammad adalah satu, dan Insan Kamilpun adalah Allah dan Adam juga pada Hakikatnya.

PASAL KEJADIAN NUR MUHAMMAD S.A.W

Ini asalnya kejadian Nur yang bermula mengambil keterangan yang aglir dari pada :
Pertama : Didalam Kitab yang bernama Hadis Qudsy BAYANULLAH.
Kedua : Bernama Kitab Hadis Qudsy BAYANU INSAAN
Ketiga : Bernama Kitab Hadis Qudsy BAYANULLAH KURRU BIYIN.

Dan nama-nama kitab yang ketiga jilid itu terhimpun kepada kitab Berlincung yang kepunyaan DATU’ SANGGUL orang Muning.
Untuk menyempurnakan asal kejadian diri kita, atau asal kejadian dari pada agama Nabi kita Muhammad SAW. Dan asal kejadian dari pada mengenal diri/mengenal Allah. Maka barang siapa tidak mengetahui asalnya kejadian diri, tidaklah syah sekalian Amal Ibadahnya, dan sia sia belaka perbuatannya, maka sabda Nabi Muhammad SAW “ WUJUDUKA ZUMBUN’ADJIM” artinya Diri Anak Adam itu Dosa yang Besar, melainkan mereka yang mengetahui.

Dengan adanya inilah yang diwajibkan untuk mengetahui asal kejadian Diri. Wahai sekalian Saudaraku, tuntutlah benar benar dan bersungguh sungguh Ilmu kesempurnaan ini, supaya Amal Ibadahnya sempurna. Barang siapa menyembah Allah dan ia tidak mengetahui yang empunya nama Allah maka hukumlah bagi merekan itu, seperti menyembah nama saja, adalah terburu buru “BAYA TULLAH” artinya menyembah tempat dan menyembah nama saja, bukan menyembah yang empunya nama, karena inilah sabda Nabi kita Muhammad SAW “MAN’ABDA ISMA’U’NAL MA’NA FAHUWA KAFIRUN” artinya Barang siapa menyembah nama, tiada mengetahui yang empunya nama, maka orang itu kafir lagi jahil. Dan “MAN ZAKARAL ISMA’U’ NAL MA’NA FAHUWA BATHILUN” artinya Barang siapa menyembah nyembah nama Allah tetapi tiada mengetahui yang Empunya nama, maka yaitu dihukumkan bathal perkataan, yaitu sia sia sahaja.

Dengan keterangan ini bukannya mengenal Agama saja, atau namanya melainkan yang lebih perlu adalah empunya nama, artinya : Barang siapa tidak mengenal Allah dari awalnya dan barng siapa tidak mengenal Allah dari akhirnya, dan barang siapa tidak mengenal Allah dari Dunia dan barang siapa tiada mengenal Akhirat dari hidupnya …………… ?
Bermula ini kami mulailah asal kejadian NUR MUHAMMAD itu di dalam Kosong : “NUR QUN HU DZULLLAH” artinya Didalam Kandungan Qun Nur Muhammad dari pada Zatnya.

Dan menurut keterangan Allah didalam Hadis Qudsy “ WAMA KHALAK TUKA ILA JALIKA FII SYAIAN KABLAHU NUR MUHAMMADIN FII ZADTULLAH” artinya Sebelumnya ada yang terlebih dahulu dijadikan dari pada sesuatu juapun, maka Nur Muhammad dijadikan dari pada Zat Allah.
Maka sewaktu Allah menjadikan Nur Muhammad dari pada Nur Zatnya didalam Alam SATIYAARILGOIB – SATIYAULBUHTI artinya Pada sesuatu itu dizahirkan Nur Muhammad didalam Alam dihari Ghaib, dan Alam hari Zat “DZATTUL BUHTI” artinya pada waktu itu Nur Muhammad dizahirkan bukannya di Alam bumi ini, melainkan di Alam yang bernama “NUURUL BUHTI MU’ALLATI” dan artinya dizahirkan Nur Muhammad di Alam sebelum adanya Nama : “ALLAH ZAT WAJIBAL WUJUD”. Demikianlah sesudahnya Nur Muhammad dizahirkan di RAHSIAN : “NUU RUL BUHTI MU’ALLATI”. Dan diturunkan lagi di Alam SIR ZATTULBUHTI adanya, artinya di Alam RAHASIA dibahagian bagi DIRINYA, sebelum bernama Allah. Dan untuk namanya itu masih tersembunyi, sebahagian lagi lagi NurMuhammad diturunkan kepada Alam Ilmu artinya di Alam pengetahuan. Dan sesudah itu diturunkan lagi Nur Muhammad di Alam Nur duniaartinya merupakan : NUR MUHAMMAD adanya.
Cahaya dunia berupa Zat (Zat Wajibal Wujud), diturunkan Nur Muhammad di cahaya dunia itu, diturunkan seperti burung TA’US maka pada suatu Nur Muhammad hanya sendirian saja, tiada yang lain, maka Nur Muhammad pada waktu itu mengenal suatu kalimah yang bunyinya “HU ZAATULLAH” Ini syahadat Nur Muhammad di Alam ZATUL BUHTI: “ASYHADU ALLA ILAHA IL LALLAH” Maka sesudah Nur Muhammad mengata sesuatu kalimah perkataan tersebut diatas, maka Nur Muhammad berkata pula “Hai segala pohon kayu dan batu, langit dan bumi, maka dari pada sekalian sedang berada pada waktu itu, berkatalah Nur Muhammad “Tunduklah engkau sekalian pohon kayu, batu dan langit ber A’jdinlah Ia dan pada saat itulah Zat Wajibal Wujud berkata dan menyatakan Nur Muhammad itu bahwa dijadikan dari pada NUR ZATNYA maka menyahut Zat Wajibal Wujud dengan satu kalimah menyatakan pada Nur Muhammad “WA ASYHADU ANNA MUHAMMADDARASULULLAH” artinya Syahadat Zat Wajibal Wujud dan sesudahnya itu Zat Allah menyebut dengan satu kalimah Rasul. Maka firman Allah kepada Nur Muhammad “YA MUHAMMAD ENGKAU ITU KU JADIKAN DARI PADA ZATKU, DAN SEMESTA SEKALIAN JADI DARI PADA ENGKAU NUR HAKMU.
Maka terkejutlah Nur Muhammad setelah mendengar perkataan Zat Allah dan Nur Muhammad telah berkata : Bahwasanya adalah yang terlebih dahulu dari pada Diriku.
Sesudah itu Nur Muhammad mencita citakan/ munajad kepada Zat Allah, lalu ia mengata Zikir Awal namanya Nur Muhammad dan Salawat Awal Nur Muhammad, maka Nur Muhammad sebagai meminta Do’a kepada Zat Allah “LAA ILAHA ILLALLAHU MUHAMMAD WUJUDULLAH” artinya Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, Hai Tuhanku bahwasanya Diriku ini dari pada Ujud DiriMu.
“LA ILAHA ILLALLAH …. NURIHAQQULLAH “ artinya Tiada yang disembah melainkan Allah, Hai Tuhanku bahwasanya Diriku ini dari pada Air Noktah Cahaya Dirimu.

“LA ILAHA ILLALLAHU MUHAMMAD ASTAGFIRULLAH” artinya Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, Hai Tuhanku bahwasanya Aku meminta ampun, bertaubatlah kepada Engkau yang tlah Engkau terima.
“KUN SALLI’ALA MUHAMMAD” Jadi Kun Jadilah.
Hai Tuhanku Engkau jadikan Diriku olehmu yang Engkau kehendaki serta engkau jadikan pada dari kami.
Maka Firman Zal Allah kepada Nur Muhammad “Engkau ketahuilah bahwasanya Aku jadikan Zatku menjadi Nyawa kepada Engkau, dan Aku jadikan SifatKu kepada Engkau menjadi Tubuh Engkau, dan Aku jadikan Af’alku ini menjadi Kelakuan Engkau.

Maka berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : Ya Muhammad, asalnya Kujadikan Dirimu itu dari pada ZatKU, dan asal kejadian Dirimu itu dijadikan segala umat Engkau, dan daripada hak Engkau.

Maka berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : “ Ya Muhammad Aku bepesan kepada Engkau, dan bahwasanya Engkau jadikan Nyawa Engkau menjadi Rahasia kepada Umat Engkau, dan Tubuh Engkau itu menjadi Ruh kepada kepada umat Engkau, dan Aku jadikan Ilmu Engkau itu adalah menjadi Iman kepada Umat Engkau dan engkau jadikanlah Kelakukan engkau itu menjadi hati kepada Umat Engkau, dan apa bila Aku Muliakan atas Diri Engkau melainkan Aku Muliakan juga atas Umat Engkau, dan Apa bila Aku kehendaki Diri Engkau buat mengenal IA akan Dikau muliakan , Aku kehendaki jika atas mengenal IA akan Dikau serta Umat Engkau.

Maka berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : “ Ya Muhammad Aku wajibkan Umat Engkau itu mengenal IA dari pada asl kejadian dirinya, dan Aku wajibkan kepada Umat Engkau mengenal IA dari pada AgamaKU, dan Aku wajibkan kepada Umat Engkau itu mengenal diri bersungguh-sungguh, niscaya mengenal ia pada awalnya dan barang siapa tiada mengenal IA pada akhirnya, dan barang siapa tiada mengenal pada Dunianya, dan barang siapa tiada mengenal IA pada zahirnya, dan barang siapa tiada mengenal IA pada bathinnya, dan barang siapa tiada mengenal akhirn Kalamnya, maka tidaklah mengenal kepada Negeri Akhirat.

Sesudah itu Zat Allah menerangkan kepada Nur Muhammad dengan beberapa keterangan yang tiada kekurangan. Maka berfirman lagi Zat Allah : “ Ya Muhammad Engkau titikkan Air Nuktah Engkau buat menjadi Malaikat yang emat, maka apabila Engkau menitikkan yang pertama bernama Nur Mada, dan apabila Engkau menitikkan yang kedua bernama Nur Madi, dan apabila Engkau menitikkan yang ketiga bernama Nur Mani, dan apabila Engkau menitikkan yang keempat yaitu bernama Nur Manikam, dan apabila Engkau mengata IYAKUN KUN JADI JIBROIL, maka jadilah JIBROIL, dan apabila Engkau mengata IYAKUN PAYAKUN JADILAH MIKAIL, maka jadilah MIKAIL, dan apabila Engkau mengata IYAKUN PAYAKUN JADILAH ISROPIL, maka jadilah ISRAPIL , dan apabila Engkau mengata IYAKUN PAYAKUN JADILAH IZROIL maka jadilah IZROIL.

Dan berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : “Engkau perintahkan kepada malaikat Jibroil dan Engkau jadikan dari pada Anasarnya Jibroil yaitu Bumi, dan Engkau jadikan daripada Anasarnya Mikail yaitu Air, dan Engkau jadikan daripada Anasarnya Isropil yaitu Angin, dan Engkau jadikan dari pada Anasarnya Izroil Api, dan Engkau perintahkan Ya Muhammad Jiboil buat mengambil tanah ditempat di Alam Akbar, dan supaya memperbuat lembangan Adam dan Engkau perintah Mikail supaya mengambil Air di Alam Mualam, dan supaya memperbuat lembangan Adam, dan engkau perintahkan kepada Isropil supaya mengambil Angin di Alam Izzati supaya memperbuat lembangan Adam, dan Engkau perintahkan kepada Izroil supaya mengambil Api di Alam Amarah dan supaya memperbuat lembangan Adam.
Maka sesudah itu berfirman lagi Zat Allah kepada Nur Muhammad : “ Ya Muhammad, Aku ghaibkanlah Diriku ini dengan kehendaKU ini, dan sesudah itu ghaiblah Nur Muhammad kepada Alam Sir, dan kepada Alam Ruh, dan kepada Alam Nur.
Maka sesudah itu lalu dijadikan Dunia ini dan masih belum ada isinya, dan sesudah itu dijadikanlah Jasad Adam di Alam Dunia ini dengan hidup menunduk sendirinya saja, dan tiadalah mahluk yang lainnya. Lalu dinamai Dunia ini Alam Jisim dan Alam Insan dan Alam Ruh dan terhimpunlah namanya kepada Alam Anasarnya Adam dan dinamai Dunia ini Tubuh Anasarnya Adam.
Wallahualam.


ﺍﻠﺤﻤﺩ

ALHAMDU :

ALIF berma’na ALHAQ artinya Keesaan Kebesaran Nur Muhammad
LAM berma’na LATIFUM artinya Kesempurnaan Rahmad Nur Muhammad
HA berma’na HAMIDUN artinya Kesempurnaan Berkat Nur Muhammad
MIM berma’na MAJIDUN artinya Kesempurnaan Sapa’at Nur Muhammad
DAL berma’na DARUSSALAMI artinya kesempurnaan Nikmat Nur Muhammad

TAJALLINYA BAGI KITA YANG BATIN

ALIF = Roh
LAM = Nafas
HA = Hati, Akal, Nafsu, Penglihat, Pendengar, Pencium, Pengrasa
MIM = Iman, Islam, Ilmu, Hikmah, dsb.
DAL = Kulit, Daging, Bulu, Urat, Tulang, Otak Sumsum.

TAJALLINYA BAGI KITA YANG ZAHIR.

ALIF = Kepala
LAM = Dua Tangan
HA = Badan
MIM = Pinggang
DAL = Dua kaki.

“ALHAMDU” berma’na ALHAYATU MUHAMMADUN artinya “Kesempurnaan Tajalli Nur Muhammad”
Itulah yang di Esakan dengan “ASYHADU” ya’ni ………..
ALIF ALHAQ “ artinya yang Di Esakan dan yang di Besarkan.
SYIN SYUHUDUL HAQ “ artinya yang Di Akui bersifat Ketuhanan dengan sebenar benarnya.
HADIYAN MUHDIYAN ILAL HAQ artinya yang menjadi petunjuk selalu menunjuki kepada jalan atau Agama yang Haq.
“DAL” DAIYAN ILAL HAQ artinya selalu menyerukan atau yang selalu memberi peringatan kepada Agama yang Haq.

Sebelum saya mengajukan pertanyaan pokok, saya ingin cerita sedikit.
Saya telah banyak melihat teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hamper semuanya matinya jelek, karena banyak dosa rupanya. Sayapun berdosa dan saya takut mati, maka saya selidiki AL QUR’AN dan HADIS, bagaimana caranya supaya dengan mudah menghapus dosa saya, dan dapat ampunan dan mati tersenyum, dan saya ketemu satu hadis yang bagi saya sangat berharga, bunyinya demikian : RASULULLAH BERSABDA : “Seorang wanita penuh dosa berjalan dipadang pasir, bertemu seekor anjingyang kehausan. Wanita tadi mengambil gayung dan air, dan memberi minum anjing yang sedang kehausan itu. Rasaulullah lewat, dan ia berkata Hai para Sahabat lihatlah dengan memberi minum Anjing itu, hapuslah dosa Wanita itu Dunia dan Akhirat dan ia Ahli Syurga.
PROP : tadi engkau katakana bahwa untuk mendapat syurga harus berkorban segala galanya, berpuluh puluh tahun untuk Allah baru dapat Syurga, itupun barangkali. Sekarang seorang wanita yang berdosa, hanya dengan sedikit saja jasa itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli syurga, Nah, sang wanita walaupun hanya satu zarah jasanya bahkan terhadap seekor anjing sekalipun mengkaitkan menggandengkan gerakannya dengan Tuhan Yang Maha Akbar, mengikut sertakan yang Maha Akbar dalam gerakannya, maka hasil dari gerakan itu menghasilkan Ibadat yang bagitu benar, yang langsung dihadapkan pada dosa dosanya yang pada sat itu juga hancur berkeping keeping diterpido oleh pahala yang maha besar itu.

TANYA : bagaimana ia dapat hubungan dengan Tuhan ?
JAWAB : dengan mendapatkan frequentionnya, tanpa mendapatkan freguentionnya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.
Satu contoh lihat saja, walau pun satu millimeter jaraknya dari sebuah zender radio kita itu, kita letakkan radio kita dengan frequention yang tidak sama, radio kita I tu tidak akan mendapatkan/mengeluarkan suara zender tersebut, bagitu juga kita, tak mungkin ada kontak jika frequentionnya tak kita dapati.

TANYA : bagaimana mungkin kita mendapat frequention dari yang Maha Akbar, sedangkan kita manusia kecil, sibaharu yang serba berkekurangan.
JAWAB : Melalui Isi Dada Rasulullah.
Hadis Qudsi “INNA HAZAL QUR’ANA THAHAFUHU BIYADILLAH WATAFUHU BIAIDIIKU FATAMASS KUUBIIHI”
Artinya : Bahwasanya Al Qur’an ini satu ujung di tangan Allah dan satu lagi ditangan kamu, maka peganglah kuat kuat akan dia.
(Abi Syuraihil Khuja’ayya r.a)
AL-QUR’AN adalah salah satu tali hubungan antara rasul dengan Allah seperti firman Allah “FA IDZA SAWWAYTUHUU WANAFAKHTU FIHI NUURI FAQA ULAHUU SAA JIIDIN” artinya maka setelah Aku sempurnakan Dia dan Aku tiupkan didalamnya sebahagian RohKu, sebabkanlah diriku bersujud padanya (AL HIJR 29).
NUR ILAHI terlibat dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dan Rasulullah. Ujung Nur Ilahi itu adalah dalam dada Rasulullah, ujungnya itu yang kita hubungi pula, sudah jalan kita akan dapat frequentie Allah SWT Lihat saja Sunnatullah hanya cahaya matahari saja yang satu satunya sampai pada matahari, tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri, juga gas gas yang seringan ringannya tak ada yang sampai pada matahari, “EDEL GASSEN” seperti : XENON CRYPTON” ARGON” HYLIUM” HYDROGEN” dll, tidak sampai semuanya Vacuum ? yang pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malam dengannya. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tidak dapat dilihat, namun cahaya matahari bukanlah matahari, cahaya matahari adalah getaran transvarsaal dan longitudinal dari matahari sendiri (HUJGENI) begitu NUR ILAHI adalah terbit dari fi’il sifat Zat Allah Ta’ala.(TASAWUF ALHIKAM, TANWIRQULUB, DIDAYATUS SYALIKIN, DAN LAIN LAIN).

Dan Rasulullah adalah satu satunya manusia diakhir zaman yang mendapat NUR ILAHI dalam dadanya, mutlak jika hendak mendapat frequentie Allah ujung dari yang berada dalam dada Rasulullah mutlak perlu kita hubungi.

TANYA : Bagaimana pula kita dapa menghubungi ujung tali Allah itu yang berada dalam dada Rasulullah, sedangkan beliau itu sudah sekian lama wafat dan dimana pula Roh beliau itu sekarang ? semuanya tetap misteri ? memang tajam pertanyaan bung karno itu.

JAWAB : Dengan hikmat dan tadarruk memperbanyak salawat atas nabi, kita berhubungan dengan roh beliau, berarti kita dapat frequentie beliau dan dengan pula dapat frequentie Allah SWT, karena rasul tidak terdinding dengan Allah SWT.
Hadis Qudsi : tidak Aku kabulkan do’a seorang tanpa salawat atas rasulnya do’anya tergantung diawang awing (H.R. ABU DAUD/ AN NASAT)

ARTINYA ALLAHU AKBAR
Alifullah itu adalah Zat Allah atau Diri Allah, dan sebenarnya Diri ialah Ruh Nabi Muhammad SAW, karena Muhammad itu adalah Nama atau Asma Allah.

BA, “AF’AL ALLAH adalah kelakuan Nabi Muhammad SAW, karena itu adalah kenyataan Allah yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW.

KAB “ artinya ialah Nyawa, yang berhubungan Jantung ( didalam fuat yang hidup) hingga kita dapat berbicara sebagai mana mestinya.

RA “ artinya adalah Diri yang nyata ini, hingga dapat melakukan sesuatu kehendak yang disebabkan perintah Rahasia yang berasal dari Ruh Idhofi memerintahkan Nyawa, dan Nyawa memerintahkan Diri/Tubuh sehingga berkelakuan atau berkelakulah yang sebenarnya Diri, sebab kesemuanya itu berasal daripada Nur Muhammad SAW.
Seperti firman Allah : “ KAD JAA AKUMUL HAKKUMIRRABIKUM” artinya Sesungguhnya yang dating kepada kamu itu adalah Hak Dari pada Tuhan kamu, Itulah adanya Nur kepada Nur.
Yang dimaksudkan Ujud Idhafi yang bernama Wujud Hakiki.
Dan itulah kezahiran Wujud Mutlak, sesungguhnya siapa yang dapat mengenal atau meresapkan Nur Muhammad SAW, sama halnya mengenal atau meresapkan Tuhannya. Karena itu adalah kezahiran dan kenyataan bagi Wujudnya, dan yang pertama Tajallinya atau menjelmanya HAK ALLAH pada kelakuan INSAN maupun kepada pelajaran orang orang Arif Billah.
Disinilah sampainya Ilmu atau Pengetahuan Aulia dan Ambiya yang mengatakan Allah.

Dari itu kenalilah Diri atau Tubuh dengan arti Nyawa, yang dikatakan Rahasia Allah yang bernama Idhafi.
Selanjutnya dengan huruf “H” (IDHAFI) adalah Ruh Wujud Hakiki, atau Kezahiran Wujud Mutlak.
Wallahualam
DIKUTIP DARI KARANGAN H. ABDUL HAMID ABULUNG

Bab ini adalah yang terakhir bagi Ilmu orang Hakikat, sebab tidak ada lagi melebihi dari pada Ilmu ini, walaupun Ambiya sekalipun. Selanjutnya pikirkanlah dan cari Guru yang dapat menerangkan yang tercantum dibawah ini, karena perkataan atau kalimah tersebut dapat membahayakan/tergelincirnya kata, bilamana kita tidak mengetahui yang sebenarnya, sebab Ilmu ini awal tuntut dan kesudahan tuntut didalam kitab 104 :

Demikianlah Syuhuud Ulama Ahli Shuffi Radhiallahu Anhu :

1. LAA : Kepada kita kulit dan bulu,
Kata Tuhan, Kulit buluku, atau yang jadi kalimah itu adalah Kulit Tuhan kita.

2. ILHA. : Kepada kita Urat Tulang.
Kata Tuhan, Urat Tulangku, atau yang jadi Iman itu adalah Hati Tuhan kita.

3. ILLA : Kepada kita Daerah dan Daging.
Kata Tuhan, Darah Dagingku, atau yang jadi Ma’rifat itu adalah kehendak Tuhan kita.

4. ALLAH : Kepada kita Otak dan Sumsum.
Kata Tuhan, Otak dan Sumsumku, atau Yang jadi Ilmu itu adalah Nafas Tuhan kita.

5. WUJUD : Kepada kita Artinya Ada.
Kata Tuhan, yang ada hanya Aku, atau yang jadi Syurga itu adalah Otak Tuhan kita.

Maka dari itu jadikanlah Satu Zat Allah .
Karena yang bernama Hati/Putih itu adalah Otak Tuhan kita;
Yang bersifat dan ber Af’al dan berwujud.
Kembali kepada Wujud yaitu Zat Hayyun, inilah
Dinamakan Ilmu atau Ma’rifat Yang Putus.

Wallahu alam.



BISMILLAHIR RAHMANIRRAHIM

Inilah sebenar benarnya Ma’rifat bagi Diri kita.
Maka itulah yang disebut INSANUL KAMIL.
Maka telah berfirman Allah Ta’ala dalam Hadist Qudsy pada
Tujuan Rahasianya yang mendalam, yang telah memberi suatu keterangan terhadap Umat Nabi Muhammad, seperti firman Allah Ta’ala:

“LAA SYARI’ATIN BIHAKKIN ILLAA SYARI’ATULLAH”
Artinya Tiada Syari’at Engkau pada kelakuan Sembahyang dengan sebenar benarnya Melainkan adalah dengan Syari’atKu, ialah Kelakuan Sembahyang.

“WALAA THARIKATIN BIHAKKIN ILLAA THARIKATULLAH”
Artinya : Dan tiada Tharikat Engkau (Jalan) mengata (Menyebut) Memuji dengan sebenarnya, melainkan adalah dengan Tharikat (JalanKU) Sebutkan PujiKu, Aku memuji DiriKU Sendiri.

“WALAA HAKIKATIN BIHAKKI ILLAH HAKIKATULLAH”
Artinya : Dan Tiada Hakikat Engkau wajib adanya, dan tiada seumpamanya, dan ingat padanya, yang Rahasianya dengan kebenarannya melainkan Wajib ada WujudKu, dan tiada seumpamanya, dan tiada tuhan melainkan Aku.

“WALAA MA’RIPATIN BIHAKKI ILLA BIMA’ARIPATULLAH”
Artinya : Dan tiadalah Ma’rifat Engkau yang Mengenal Diri Engkau
Dan Mengenal DiriKU dengan sebenarnya.
Melainkan dengan Ma’rifatKU, dan Mengenal DiriKU.
Dan Aku julah Mengenal DiriKU sendiri.

INTAHA

ABU YAZID BUSTAMI
Nama kecilnya ialah Thallur
Pernah beliau berkata yang ganjil dan dalam, yang masih sangat hati hati memahamkannya.
Sebab dari mulut Beliau kerap kali keluar kata kata yang berisi kepercayaan bahwasanya :
HAMBA dan TUHAN sewaktu waktu BISA BERPADU MENJADI SATU (Hulul).
Sampai oleh ahli Shuffi yang datang dibelakang diberi misal bahwasanya “Hulul” itu adalah seumpama Perpaduan diantara Api dengan Besi, pendeknya kalau kita bisa menghukumkan ABU YAZID itu telah sesat. Setengah dari perkataan beliau :
Tidak Ada Tuhan Melainkan Saya
Sembahlah Saya
Amat Sucilah Saya
Alangkah Besar KuasaKu

Dan kata beliau sewaktu yang lain :
Pernah Tuhan mengangkat Daku, dan ditetakkannya Aku dihadapannya sendiri, Maka berkatalah Dia kepadaku “ABU YAZID” Makhlukku ingin melihat Engkau. Lalu Aku berkata “Hiasilah Aku dengan Wahdaniatmu, Pakaikanlah Kepadaku Keakuanmu, Angkatlah Aku kedalam Kesatunmu, sehingga apabila Makhluk Melihat Daku mereka akan berkata “ Kami telah melihat Engkau, maka Engkaulah itu, Dan Aku Tidak Ada disana.

Pada akhirnya Beliau berkata :
Demi Sadarlah Aku, dan Tahulah Aku
Bahwa Sesungguhnya/bahwasanya sama sekali
Itu hanyalah Khalan Belaka.

Kata kata yang demikian dinamai orang SYATHATHAT artinya ialah kata kata yang penuh hayal yang tidak dapat diperpegangi, dan dikemanakan hukum, karena orang yang berkata kata waktu itu sedang Mabuk bukan Mabuk Alkohol, Mabuk oleh tiada sadar akan dirinya lagi, sebab tenggelam kedalam lautan tapakkur, sebab itu menurut penyelidikan beliaulah yang mula mula sekali menciptakan suatu istilah Paham Tsawwuf yang bernama “ASSAKAR” artinya Mabuk, “ AL ‘ISYQ” artinya Rindu Dendam.

YAHYA BIN MA’AZ

Pernah berkirim surat kepada Abu Yazid Bustami, bahwasanya Dia sudah mabuk, oleh karena terlalu banyak meminum Khamar Cinta.
Maka Abu Yazid membalas.
Orang lainpun telah meminum Air demikian, sepenuh Lautan dan Bumi, tetapi Dia belum juga merasa puas, Dia masih tetap mengulurkan lidahnya meminta tambah lagi.

Tentu yang beliau maksud dengan orang lain itu ialah Dirinya sendiri. Disinilah masuknya pelajaran RABI’ATUL ADAWIYAH.
Cinta sejati tidak mengenal berbagai lagi.
Kalau masih ada rasa bahwa Aku, adalah Aku dengan Engkau, belumlah sampai kepada inti Cinta.
Kadang kadang tak tahulah dia, apa yang akan dibicarakannya lagi, tersesat mulutya, sehingga Dia berkata karena saking Cintanya “ANAL HAQ” Kadang kadang kemana sajapun dia menoleh , kekasih itu saja yang kelihatan, ke Matahari ke Bulan Purnama Allah, ke Ombak bergulung, ke Angin sepoi sepoi Allah, ke Tangis Anak yang baru lahir Allah, ke Kuburan yang sunyi sepi Allah. Kadang kadang memuncaklah Cinta itu, sehingga merasa ingin mati saja mati saja dalam Cinta”.
“LAA ANA ILLA HUWA “ Tidak ada saya selain Dia.

HARIS AL MUHASIBI

Menjelaskan bahwasanya rasa Cinta seorang Mahluk kepada Khalik itu, adalah Anugrah Ilahi. Yang disemaikan Tuhan didalam Hati Yang mencintainya. Kalau cinta itu telah bertumbuh, belum terasa, maksudnya sebelum bersatu diantara yang mencintai dengan dicintai.

MA’… AL KAFAHMI

…………..
Putus asa dari pada apa ada ditangan sesame Mahluk,
Mabuk karena Rindu dan Cinta kepada Tuhan, dan belum sadar dari mabuk itu, belum bertemu dengan dia, dan beliau juga berkata : Fananya orang orang yang takwa artinya telah Rasa, Matinya ialah hidup yang sejati.

DASAR ZUHUD HASAN BASRI

Anak Adam
Dirimu, Diriku, Dirimu hanya satu.
Kalau dia selamat, selamatlah engkau, Dan orang yang selamat tak dapat menolong. Tiap tiap nikmat yang bukan Syurga, adalah hina dan bala bencana yang bukan Negara.

IBNU ARABI

“SUBHANAMAN KHALAK’L ASY YAA WAHUWA ‘AINUHA”
Amat sucilah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu, dan dialah “AIN sesuatu itu.
“YA KHALIKA’L ASY YAA FII NAFSIHI ANTALIMA TAKH LUKUHU JAMI’U TAKHLUKU MALAA YANTANI KAUNUHU FIKA FAANTA’L KHAYYIKUL WASI’U
Wahai yang menjadikan segala sesuatu pada Dirinya.
Engkau bagi apa yang Engkau jadikan mengumpulkan
Engkau jadikan barang yang tak berhenti adanya pada engkau
Maka Engkaulah yang sempit dan lapang.

TENTANG WIHDATUL WUJUD

Katanya pula, wujud Alam adalah ‘AIN WUJUD ALLAH.
ALLAH itulah Hakikat Alam, tidak ada disana perbedaan diantara WUJUD yang QADIM yang digelari KHALIK itu dengan Ujud yang BAHARU. Dan yang digelari/ dinamai MAHLUK.
Tiada ada perbedaan ‘ABID dengan MA’BUD bahkan ‘ABID dan MA’BUD adalah satu. Perbedaan itu hanya Rupa dan Ragam dari Hakikat yang ESA.
Kadang kadang menjelma sebagai ADIKARA gagah perkasa.
Kadang kadang menjelma sebagai FIR’AUN, dan kadang kadang menjelma sebagai Orang Mulia dan Tinggi, sebagai Nabi nabi. Kesegalanya adalah “AIN yang satu.
Hakikat ‘ABIT dan WUJUDNYA dan KEAKUANNYA JUA.
Dan beliau Syairkan :
AL’ABDU RABBUN WARRABU’ABDUN
YA LAITA SYI’RI MAN’IL MUKALLAP
INQULTA ‘ABDUN FAZAAKA RABUN
AUQULTA RABBUN ANNA YUKALLAP.

Hamba adalah Tuhan dan dan Tuhan adalah Hamba
Demi Syu’urku, Siapakah yang Mukallap
Kalau Engkau katakana Hamba, padahal Dia Tuhan
Atau Engkau katakana Tuhan, Yangmana yang diperintahkan.

RABI’ATUL ADAWIYAH

Setengah dari pada Syairnya :
UHIB BUKA HUBBAINI HUBBABUL HAWA
WAHUBBAH LIANNAKA AHLUN LIZAKA
FA AMMALLAZI HUWA HUBBUL HAWA
FASYUGLI BIZIKRIKA ‘AMMAN SIWAKA
WA AMMALLAZI ANTA AHLUN LAHU
FAKASYFUKA FIZAKA ‘WALA ZAKILLY
WALAKIN LAKAL, HAMDU FI ZAWA ZAKA.

Ku Cinta padamu, dua macam Cinta, Cinta rindu dan Cinta karena Engkau berhak menerima Cintaku.
Adapun cinta karena engkau, hanya Engkau yang aku kenang tiada yang lain.
Adapun Cinta karena Engkau berhak menerimanya agar Engkau bukakan bagiku Ijab supaya Aku dapat melihat Engkau.
Pujian atas kedua perkara itu bukanlah bagiku, Pujian atas kedua perkara ini adalah Bagimu.

IMAN GHAZALI memberikan pendapatnya atas Syair itu demikian :
Barangkali yang beliau maksud dengan Cinta Kerinduan, ialah Cinta akan ALLAH, karena IHSAN dan NIKMATNYA diatas DIRINYA.
Karena ALLAH telah menganugrahinya hidup, sehingga menyebut namanya. Adapun Cinta keduanya yaitu :
Cinta karena ALLAH(JAMAL) dan Kebesarannya (JALAL) yang kian sehari kian terbuka baginya. Maka itulah Cinta yang setinggi tingginya (KAMAL) karena Cinta yang timbul kepada Tuhan, karena merenangi KeIndahannnya MA’UL RUBUDIYAH) itulah yang pernah disabdakan Rasulullah SAW dalam satu Hadis Qudsy :
Aku sediakan bagi Hambaku yang Saleh, barang yang Mata
Belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, dan
Belum pernah terkhadir di Hati Manusia juapun.

INNI JA’ALTU KAFIL FUADI MUHADDINTSI
WA ABUHTU JISMI MAN ARADA JULUSI
FAL JISMU MINNI LIL JALISI MU’ANISUN
WAHABIHU QALBI FILFU’ADI ANISI.

Jadikan Engkau teman bercakap dalam hatiku, Tubuh kasarku biar berhadap dengan yang duduk, jisimku biar becengkrama dengan tolanku dan hatiku hanyalah tetap Engkau Sendiri.

TASHIL ILAHA WA’ANTA TAZHARU HUBSAHU
HAZA LA’UMRU FIL FA’ALI BADIU
LAU KANA HUBBUKA SADIKAN LA ATHA’TAHU
INNAL MURIBBA LIMAN YUHIBBA YATHI’U

Durrhaka kepada tuhan didalam Bathin, tetapi di lidah engkau Ta’at kepadanya.
Umurku, ini perbuatan yang amat ganjil.
Cinta sejati tentu Kau turut apa perintah
Pen Cinta Ke … yang di Cinta Tha’at dan patuh.

AL BAIRUNI “ MAZHAB PATENGGEL, Inilah dipakai oleh Kaum Shuffi untuk mencari Al Haq dengan kata mereka :
Selama Engkau masih memberi Isyarat
Tidaklah Engkau Meng Esakan
Sebelum Al Hak menguasai Isyaratmu
Dengan Fananya Diri Engkau
Maka tidaklah Tinggal lagi yang
Memberi Isyarat
Dan tidak pula Isyarat itu sendiri
Yang memberi Isyarat dengan yang diIsyaratkan.
TELAH SATU.

Perkataan mereka Kaum Suffi didapat juga kata kata tentang pantun :
Bagaimana saya akan dapat menjelaskan siapa Dia
Saya itu dengan saya, dan saya dengan Dimana
Kalau Saya kembali, dengan kembali itulah Saya terpisah
Kalau Saya lalai, dengan lalai itulah saya terpisah.
Dan dengan bersatu, baru saya merasa tenteram.


ZADTULLAH

Bermula Zadtullah Ta’ala itu tidapa dapat dikatakan Sifat,
tetapi lain dari pada sifatnya tiada dapat dikatakan,
dan Sifat itupun tiada dapat dikatakan Zadtullah Ta’ala.
Tetapi lain dari pada Zadtullah Ta’ala pun tiada dapat dikatakan.
Setelah sudah diketahui hakikatnya, kepada lafaz adalah namanya dua.
Kepada ibaratpun dikatakan dua, tetapi pada hakekatnya adalah tiada.
Dia hanya seperti ombak dan laut, nama sebetannya adalah dua, tetapi pada hakekatnya adalah tiad dua, adalah hanya satu, yaitu AIR.

Kata IMAM GHAZALI “SHIFATULLAHI LAISAT’ANUDZ DZATI WALAN CHAIRU SI WAAHU”.
Artinya Sifat Allah itu bukannya diri Zad dan tiada lain dari padanya, Sesungguhnya Rahasia Allah ta’ala itu, maka sifat ia adanya,

Sifat itu tiada lain daripada Zadtullah Ta’ala, sebagaimana didalam hadis Qudsy : “AL INSANU SIRRI WASIRRI SHIFATI WASHIFATI LAA GHAIRI MINADZ DZATI” artinya Bermula Insan itu rahasiaku, dan RahasiaKu itu ialah SifatKu, dan SifatKu itu tiada lain dari pada Zat.
ZAD zahirnya Wahdaniat (zahirnya dengan ke Esaan).
Batinnya Fardaniat (bathin dengan nama ketunggalannya).
DIKATAKAN TUNGGAL TATKALA AHADIAT
DIKATAKAN ESA TATKALA WAHDAT

WUJUD yaitu HAQ TA’ALA
WUJUD HAQ TA’ALA itu ‘AIN dengan Zad yang meujud, maksudnya : Nyata Wujud Haq Ta’ala itu pada Zat segala yang maujud ini.
Adapun sifat yang dua puluh itulah hakikat Zat Al Saari, dan
I) DZAT ALSAARI itulah hakikat sekalian martabat dan perhimbpunan sekalian martabat wujud IDHAFI (martabat yang tujuh) yaitu :
1. AHADIAT
2. WAHDAT
3. WAHIDIAT
4. ALAM ARWAH
5. ALAM MISAL
6. ALAM AZSAR
7. ALAM INSAN
Itulah yang bernama Wujud Idhofi

2) ROH IDHOFI itulah Nyawa Muhammad dan Nyawa Ruhani.

3) RUHANI itulah hakikat tubuh Muhammad dan Nyawa Jasmani (segala tuibuh).
4) JASMANI itulah hakikat tubuh segala manusia dan Nyawa hayawani ( hewan)
  1.  
    1. HAYAWANI itulah hkikat tubuh hewan, dan nyawa nabati (tumbuhan)
    2. NABATI itulah hakikat tubuh Nabati (tumbuhan) dan Nyawa Jamadi (buku-bukuan).
    3. JAMADI itulah hakikat dari segala buku bukuan.


RUH IDHOFI ITU MA’ALLAH (serta Allah)

Roh Idhofi yaitu Nyawa Muhammad atau Ruh Muhammad atau Hakikat Muhammad (WAHDAT).
Hakikat Muhammad adalah sebagai Ruh Amar, Ruh Quddus, Ruh Amier.
Allah adalah sebagai Zat dan Muhammad sebagai Sifat.
Yang bernama Zadtullah Zat Al Qadim itu wujud Idhafi (Ruh Rabbani), karena wujud Idhofi itu kuasa mematikan, menghidupkan dan mengadakan. Sebab itulah ma a Zadtullah itu dinamai Wujud Idhofi, karena tersandar kepada Alam, artinya meliputi, tiada diluar dan tiada didalam, karena Zadtullah umpama Matahari, dan Wujud Idhofi umpama cahaya. Yang memandang cahayanya tiada berlainan, dan menghendaki dua.
  1. Wujud Allah yang melihat cermin, dan
  2. Wujud Idhofi bayang bayang didalam cermin, karena tamsil cermin itu Alam, karena hakikat Alam itu manusia, pada ketika nyata ia mula Adam. Wujud Idhofi namanya,dan pada ketika hiduplah MA’LUM itu oleh karena ia memakai wujud itu, Ruh Idhofi namanya, yakni kedua duanya kepada Nabi kita Muhammad juga. Dari itu maka Ruh Idhofi dan Wujud Idhofi dapat ditempatkan sejajar pada satu garis.\
Nyawa Ruhani itu dengan Jasmani, adapun Jasmani itu bergerak kesana kemari dan tatkala tidur serta dengan mimpi. Adapun yang bernama Ruhani itu 7 (tujuh) perkara, yaitu QADIRUN, MIRIDUN, ALIMUN, HAYYUN, SAMI’UN, BASIRUN dan MUTAKALLIMUN. Nyawa Ruhani itu mengetahui Tuhandan mengikut titah Tuhan dan Sabda Nabi SAW : Ruhani itu bergantung kepada Ruh Ruh Idhofi, adapun Ruh Idhofi itu asli wujud sekalian Alam, dan Wujud sekalian Alam itu dari pada Ruh Idhofi serta badan sekalian manusia, binatang, kayu, batu, dan ketujuh lapis langit dan bumi, sekaliannya itu dari pada Roh Idhofi jua, dan wujud itu beroleh wujud dari pada Ruh Idhofi jua.

Adapun yang bernama Ruh Idhofi itu 7 (tujuh) perkara yaitu :
  1. KUDRAT
  2. IRADAT
  3. ILMU
  4. HAYAT
  5. SAMA’
  6. BASHAR
  7. KALAM
Itulah yang bernama Nyawa Muhammad.
Adapun yang sebenar benar diri itu Nyawa.
Adapun yang sebenar benar Nyawa itu Muhammad
Adapun yang sebenar benar Muhammad itu Allah
Adapun yang sebenar benar Allah itu Sifat
Adapun yang sebenar benar Sifat Allah itu Kunhi Dzatullah wajibal wujud, wujud Mahdin (wujud semata mata).
Itulah yang dikatakan Diri kita.
Adapun sifat Allah Ta’ala itu, wujud Allah yang kita perwujud. Dan hakikat segala mu’jizad, besar maupun kecil atau yang lain sebagainya.

Pada pandang zahir dan batin, pada hakikatnya atas rupa yang Esa yang sempurna, yang tiada bertulang, tiada berdaging, tiada berdarah, dan tiada berkulit.

Adapun pada Yakin Ma’rifat dan Tauhid kita, yang berbagai bagai rupa dan warna itu, hanya Esa atas rupa yang Esa juga.
Nama Allah itulah sebenar benar nama Allah.
Adapun nama HUWA itu ialah nama diatas segala nama, dan jika tatkala Ia sendirinya, belum ada sekaliannya, itu lengkap jadi NUR MUHAMMAD, maka Allah pun Ghaiblah ia kepada Nur Muhammad.

NUR MUHAMMAD ghaib kepada Dirinya, keluarlah nyawa, Nyawapun ghaiblah kepada sekalian badan hamba Allah yang Mu’min. Sebab itulah maka bersabda Nabi SAW :
“MAN’ARA PANAPSAHU PAKAD’ARA PARABBAHU”
Artinya : Barang siapa mengenal dirinya, maka bahwasanya ia mengenal Tuhannya.

Adapun hendak mengetahui DZATTULLAHI TA’ALA Muhammadpun ghaib kepada hambanya sekalian.
Adapun yang dinamai ASY YA itu 2 (dua) perkara, yaitu :
  1. Cermin Kabir (besar) artinya Alam yang Besar (Mikrosmos).
  2. Cermin Sagir ( Kecil) artinya Manusia (Microsmos) karena tempat kenyataan Allah Ta’ala.
Seperti hadis Qudsy : “MAA ZHAHARTU FII SYAI’IN KAZHU HURI FIL INSAN” artinya Tiada Aku nyata kepada ASY YA (sesuatu) ini seperti NyataKu kepada Insan. Sebab itulah manusia itu namanya A’YAN SABITAH karena kenyataan yang teguh. Seperti firman Allah didalam Surat AN NUR ayat 88 juz XX no 27 “ SHUN’ALAAHIL LAZI ATQANA KULLA SYAI’IN “ artinya Perbuatan Allah yang telah membuat sesuatu dengan seteguh teguhnya, dan dinamai Manusia itulah yang bernama Allah, karena sebenar benarnya Insan itu Zattullah dan sebenar benarnya Zattullah itu Zat Insan. Karena Zat Insan itu Rahasia, dan Rahasia itu Kota Ghaib, yang tiada didapat oleh Sir dan Itikat, melainkan dengan disyarat guru kita yang sempurna Ilmunya.
Adapun yang bernama Rahasia itu SIRRULLAH. Adapun kita tiadalah mengerti jikalau tiada guru yang benar tangkas menguraikan masalah ini kepada muridnya. Maka tiadalah didapat akan perkataan ini, karena perkataan ini tiada boleh didengar sembarang orang, karena ilmu kesudahannya tiada ada didalam kitab. Adapun kita bertubuh akan Muhammad, Bathin dan Zahir bertubuh akan Roh namanya.
Tiada dikenang lagi hati dan tubuh, hanya bertubuh batin saja, artinya hanya Muhammad juga yang ada pada hakikat kita.

Adapun jadinya Muhammad juga yang ada pada hakikat kita. Adapun jadinya kita itu bertubuh akan Idhafi karena tiada lagi kita kenang tubuh bathin dan zahir itu karena bernama Muhammad. Itu rahasia Allah dan Sir namanya, karena nama Rahasia terlalu banyak, Allah namanya, Sifat, Asma, Af’al namanya juga, Muhammad pun namanya juga, sekalinnya nama Allah juga.

Adapun yang sebenar benarnya sifat Allah kepada kita, itulah Rahasia sebenar benarnya yang dibicarakan Rahasia yang ada pada kita yang kita ketahui.

Adapun tatkala jalan hakikat yang mengata “ALLAHU AKBAR” itu Zat, Sifat, Asma, Af’al tiada hati lagi menyebut dan tiadalah lidah lagi mengata, hanya Sifat, Asma, Af’al yang mengata itu. Tatkala Allahu Akbar itu yang berbagai bagai didalam sembahyang itu hanya Zat, Sifat, Asma, Af’al, Hayat, Ilmu, Qudrat, Iradat, Itulah yang mengata, tiada hati lagi. Karena yang bernama Zat, Sifat, Asma, Af’al, Hayat, Ilmu, Qudrat, Iradat, itulah nama Rahasia Allah Ta’ala.
Maka Rahasia itu yang sebenar benarnya SIRRULLAH.

Adapun Rahasia memerintah Ruh, dan Ruh memerintah hati, dan hati memerintah Tubuh, maka berlakulah Tubuh berbagai bagai, sembahyang atau berzikir atau berbagai bagai kehendak, semuanya itu adalah perintah Rahasia. Maka ujar Ma’rifat kita, tatkala berdiri sembahyang itulah yang ada sendirinya, tiada dua atau tiga, hanya Allah Yang Esa, dan yang mengata ALLHU AKBAR itu Rahasianya Allah. Kehendaknya Allah, Memuji diriNya sendiri.

FANA : artinya Fana itu, tiadalah kita lagi bertubuh batin dan zahir lagi, dan tiada lagi rasanya hati dan tubuh, hanya Allah yang ada, karena kepada Allah Ta’ala yang bernama Rahasia itu. Kehendaknya , kepada kita menjadi Rasa, maka betapakah kita berkehndak berbagai bagai, karena jikalau tiada rasa, maka betapakah kita berkehendak barbagai bagai, karena Rahasia itulah yang dapat melihat Allah. Dan mendengar Allah, dan yang dapat mengenal Allah, dan yang dapat memuji Allah, dan yang hendak berbagai bagai itu Rahasia Allah, kepada kita menjadi rasa yang ber daging atau berbagai bagai itu Rahasia Allah Ta’ala.
ﻠﻗﺩ ﻜﺎﻦ ﻠﻛﻢ ﻓﻲ ﺮﺳﻮﻞﺍﷲ ﺍﻮﺳﻮﺓ ﺣﺳﻨﺔ
Artinya : Cukup pada diri Rasulullah itu Suri tauladan yang utama bagi
Orang yang percaya pada Allah Ta’ala dan beriman pada hari
Kemudian.

Kutipan dari terjemah IHYA ULUMIDIN jilid 7 halaman 119 et I yang diterjemahkan oleh MAISIR THAIB DAN A. THAITER IIAMIDY.

I B L I S

Inaid (Midja) berkata IBLIS berada Lima, masing masing mengurus satu cabang usahanya yaitu :

  1. Si SABUR
  2. Si A’WAH (Mata Satu)
  3. Si MABSUT
  4. Si DASIM
  5. Si ZALAMBUR

  1. Si SABUR, ialah menjaga orang yang kena musibah, agar bergila gila, memukul diri dan mencabik pakaian serta meraung raung.

  1. Si A’WAH (Mata Satu), ialah penjaga orang berzina yang mendapat dan merayu.

  1. Si MABSUT, menjaga orang untuk berdusta, sedangkan

  1. Si DASIM, memfitnahi para anggota keluarga agar buruk memburukkan dan berselisih dan menghasut kepala keluarga supaya marah.

  1. Si ZALAMBUR adalah Iblis yang menguasai pasar, karenanya orang dipasar selalu saling menipu dan mengecoh.

Iblis yang menjaga dalam sembahyang bernama Si CANZAB dan Iblis yang menjaga orang berwudhuk bernama Si WALHAN yang kedua mereka ini tersebut banyak dalam hadis.
Apabila Iblis berkelompok dan berpasukan maka malaikatpun begitu pula. Dalam Kitab SYUKUR nanti kami jelaskan rahasia tentang banyaknya MALAIKAT dan tugas khusus bagi setiap mereka.

ABU UMAMAH AL BAHILI merawikan hadis Nabi SAW di untukkan bagi setiap orang mukmin seratus enam puluh orang malaikat untuk mempertahankan dari serangan Iblis yang tak terlawankan olehnya. Pada matanya berada 7 orang malaikat yang membelanya bagaikan lebah membela madu dimusim panas. Kalau tampak olehmuakan kelihatan disetiap padang dan gunung, mereka membentangkan tangan dan mengangakan mulut (menantang iblis) dan bila seorang hamba dibiarkan sendirian sekejab mata saja akan disambar oleh Iblis. Berkata AYUB bin YUNUS bin YAZID, Konon kabarnya anak manusia lahir, lahir pula anak Jin, yang lalu besar bersama sama.

ROH BANYAK MEMPUNYAI NAMA DAN TINGKATAN

  1. Kalau diri manusia masih merupakan satu titik, Roh Nabati namanya.
  2. Kalau ia segumpal darah, Roh Jamadi namanya.
  3. Kalau ia segumpal daging, Roh Wajdi namanya.
  4. Kalau ia bergerak, Roh Hayati namanya.
  5. Kalau ia dilahirkan, Roh Hayawani namanya.
  6. Kalau ia menyusu, Roh Nafsani namanya
  7. Kalau ia berbicara, Roh Insani namanya.
  8. Kalau ia mempunyai akal, Roh Nurani namanya.
  9. Kalau ia sampai umur, Roh Ruhani namanya.
  10. Kalau ia setengah umur, Roh Rahmani namanya.
  11. Kalau ia berumur 40 tahun, Roh Jamali namanya.
  12. Kalau ia sudah tua, Roh Kulli namanya.
  13. Kalau ia mati (mengenal perkataan ma’nawi dari pada mati), Roh Ma’nawiah namanya.
  14. Kalauia di dalam kubur, Roh Rabbani namanya.
  15. Kalau ia bangun dari kubur, Roh Illahiyah namanya.
  16. Mengenal salah satu dari itu, Roh Ruhul Arwah namanya.

Segala galanya ini dengan perintah dari RUHUL QUTUB. Dan bernama ROH IDHAFI dan bernama ROH ‘ULWI dan bernama WUJUD IDHAFI dan WUJUD ‘AAMI.



PROSES KEJADIAN MANUSIA

1. Dalam Sulbi : Ma’al Hayat
2. Dipohon Kalam : Mada
3. Dihujung Kalam : Mani
4. Diluar : Manikam
5. Mula mula masuk : Nurfah
6. Umur 1 bulan : Ruh Nabati
7. Umur 3 bulan : Ruh Jasmani
8. Umur 5 bulan : Ruh Nafsani
9. Umur 7 bulan : Ruh Nurani
10. Umur 9 bulan + 9 hari : Ruh Idhafi
11. Keluar dari Rahim : Waladal Insan
12. Umur 7 hari : Muhammad namanya.
13. Umur 40 hari : Muhammad Qudri
14. Umur 2 tahun : Muhammad Ainul Insani.
15. Umur 7 Tahun : Muhammad Salatullah
16. Umur 10 tahun : Muhammad Salawatullah
17. Umur 14 tahun : Muhammad Namarullah
18. Umur 25 tahun : Muhammad Aminullah
19. Umur 35 tahun : Muhammad Sirathal Mustaqim.
20. Umur 40 tahun : Muhammad Uzlatullah
21. Umur 41 tahun : Muhammad Rasulullah
22. Isra’ Mi’raj : Abdullah
23. Ketiga di langit ke 7 : Mahmud
24. Ketiga di Mustawan : Ahmad
25. Ketiga umur 63 tahun : Kamalullah
26. Ketika wafat : Rahmatullah
27. Ketika diproses Mahsyar : Al Hasyir
28 Dihadirat Allah : Habibullah.
Walla Hualam

KETAHUILAH ASAL MANUSIA YANG SEMPURNA ITU DARIPADA NOKTAHNYA.
Ia tahu akan tapsir huruf yang 29 ini.

1. Adapun ﺍ : huruf itu, Nyawa ialah “ANA” = Aku
2. Adapun ﺏ : huruf itu, Mata kanan, ialah Basar, Kemuliaan.
3. Adapun ﺖ : huruf itu, Hidung, ialah Tajalli, Terdiri.
4. Adapun ﺙ : huruf itu, Bahu Kanan Kiri, ialah Tsabit, Tetap.
5. Adapun ﺝ : huruf itu, Lambung Kanan, ialah Jabbaru.
6. Adapun ﺡ : huruf itu, Lambung Kiri, ialah Hamidun, Puja.
7. Adapun ﺥ : huruf itu, Sulbi ialah KHOLIKON, menjadikan.
8. Adapun ﺪ : huruf itu, Kaki Kanan, ialah DAYMUNN, senantiasa
9. Adapun ﺫ : huruf itu, Kaki Kiri, ialah Zirratun, Biji
10. Adapun ﺭ : huruf itu, Paru paru Kanan, ialah Rahmanurrahim,
Kasih sayang.
11. Adapun ﺯ : huruf itu, Paru paru Kiri, ialah Zalzilus, Gempar.
12. Adapun ﺲ : huruf itu, Susu Kanan, ialah Salamun, Selamat
13. Adapun ﺶ : huruf itu, susu Kiri, ialah Syakirun, Terima kasih.
14. Adapun ﺹ : huruf itu, Kelingking Kanan, ialah Shomadun,
Melengkapi.
15. Adapun ﺽ : huruf itu, Kelingking Kiri, ialah Dholalun, Sesat
16. Adapun ﻁ : huruf itu, Jantung Kanan, ialah Tharikun, Jalan
17. Adapun ﻅ : huruf itu, Jantung Kiri, ialah Zhillun, Bayang 2
18. Adapun ﻉ : huruf itu, Telinga Kakan, ialah Ammun, Buta.
19. Adapun ﻍ : huruf itu, Telinga Kiri, ialah Gairun, Bukan
20. Adapun ﻑ : huruf itu, Dada Kanan, ialah Pratun, Terbuka
21. Adapun ﻕ : huruf itu, Dada Kiri, ialah Quddusun, Suci
22. Adapun ﻞ : huruf itu, Aurat Latipun, Lemah Lembut
23. Adapun ﻡ : huruf itu, Empedu Muhamamad, Memuji.
24. Adapun ﻥ : huruf itu, Otak, Nur, Cahaya
25. Adapun ﻮ : huruf itu, Pergelangan, Wujudun, Ada
26. Adapun ﻫ : huruf itu, Daging, Huda, Petunjuk.
27. Adapun ﺀ : huruf itu, Kulit, Araitu, Aku Lihat.
28. Adapun ﻱ : huruf itu, Hati, Yaumun, Hari
29. Adapun ﻻ : huruf itu, Seluruh Jasadun, LAILAHA ILLA HUWA
30. Adapun ﻚ : huruf itu, sekalian Aurat Kabirun, Kebesaran.
Demikianlah semuanya huruf yang 29 itu keluarnya satu persatu pada Mulut Muhammad Rasulullah SAW. Itulah sebabnya kita disunatkan bersuci tiap tiap sembahyang, karena dimulut kita ini lintasan Al Quran.

AKSARA INI TIDAK TERMASUK DALAM FATIHAH.

1. Huruf ﺝ
2. Huruf ﺚ
INSAN KAMIL 3. Huruf ﺯ
4. Huruf ﺲ
5. Huruf ﻅ
6. Huruf ﻒ
7. Huruf ﺀ
Siapa mengetahui Aksara yang tersebut diatas, sebanyak 7 (tujuh) huruf, maka Allah Ta’ala mengharamkan kepada Api Neraka memakan mereka.

ILMU UNTUK MENGETAHUI KEMBALI/PULANG KERAHMATULLAH

Pada waktu Insan akan kembali/pulang ke Rahmatullah, maka Hak Subhanahuwata’ala Zat Yang Maha Mulia telah memberikan tanda tanda kepada Insan Ambiya, Ulama, dan Arifibillah.

Tanda yang Pertama ialah Dari pada ujung Sulbi bergerak naik keatas, yang rasanya seperti ditusuk dengan jarum dan terus menerus kepada telinga kanan dan kiri, terdengar bunyi seperti suara mariam/suara guntur, rasanya terlalu sangat keras. Inil adalah Malaikat Jibril yang merupakan suatu cahaya yang keluar dari Insan. Pada waktu itu juga kita harus mengucapkan YAHU YAHU. Itu adalah tanda 40 hari lagi kita akan kembali. Dan rasa tersebut diatas tidak seterusnya.

Beberapa waktu diantaranya, keluarlah dari mata kita yang Rupanya Sangat Bagus, dan bercahaya dengan berpakaian Hijau dan ia berdiri seketika. Itulah Malaikat Izroil, ia merupakan cahaya yang keluar dari mata kita, maka pada waktu itu kita berkata/menyebut “HAK KAL HAK”. Ini adalah menyatakan tanda yang Kedua bahwa kita 7 hari lagi akan kembali. Dan cahaya Hijau tersebut diatas, juga tidak seterusnya.

Selanjutnya kita diberikan lagi tanda yang Ketiga bahwa 3 hari lagi kita akan kembali, maka keluarlah cahaya yang amat putih, dan besarnya bersamaan dengan Insan. Dan berbau harum sekali, seperti minyak Wangi Amar Kasturi, dan ia berkata Akulah Yang Bernama Cahaya Muhammad” Harus kita menjawab dengan perkataan “ALHAM DULILLAHHIRAB BIL’ALAMI” . Setelah kita mengetahui bahwa kita 3 hari lagi akan kembali, kita boleh meninggalkan pesan pada anak isteri, serta seluruh keluarga yang ada. Yang terakhir sesudah 3 hari “TAJALLILAH ALLAH TA’ALA YANG HAK” dengan tiada terhingga dan bercahaya penuh sekalian alam Semesta ini, serta berfirman “Akulah bernama Zat Allah yang Sebenarnya, bertetaplah, bersiaplah Engkau kembali/pulang kerahmatullah”, dan disertai pula dengan rasa yang terlalu nikmat, seperti tidur dengan perempuan yang sangat cantik rupawan, dan bersama sama keluar Mani dan kelezatannya tidak terhingga dan tidak dapat disamakan dengan makanan, hanya berhimpun dengan kesukaan.
Wallahu alam..

MAKSUD “MA’NA” dari HURUF FATIHAH.

BISMILLAHIRAH MANIRRAHIM : Ya Muhammad, Aku mengatakan
RahasiaKu kepada Engkau.
ALHAMDULILLAH : Ya Muhammad Aku memuji DiriKu
HIRABBIL’ALAMIN : Ya Muhammad pekerjaan zahir batin itu
Aku jua.
ARRAHMAANIR RAHIM : Ya Muhammad yang membaca itu
Aku jua memuji diriKu.
MALIKIYAU MIDDIN : Ya Muhammad Engkau adalah ganti
kerajaanKu
IYYA KA’NA BUDU : Ya Muhammad tiada lain Aku kepada
Engkau.
WAIYYA KANAS TA’IN : Ya Muhammad tiada lain engkau dari
padaKu.
IHDINAS SIRARTAL MUSTAQIM : Ya Muhammad tiada yang tahu
Melainkan Engkau juga yang
Mengetahui.
SIRATAL LAZI NA AN’AM TA’ALAIHIM Ya Muhammad sesungguhnya sekalian
Yang ada ini karenaKu dan KekasihKu.
GHAIRIL MAGDU BI’ALAIHIM : Ya Muhammad tiada lupa Aku maka
Umatku sekalian Aku katakana
rahasiaKu.
WALAD DOOOLLLIN : Ya Muhammad jikalau tiada kasih Aku,
Maka tiada Engkau dan tiada pula
RahasiaKu.
AMIN : Ya Muhammad kamu adalah RahasiaKu
Dan adanya Aku ialah adanya Kamu
Dan Kamu tiada lainnya, maka oleh
Karena itu perkara ini adalah mengandung ma’na. zahir perkataannya agaknya dua tetapi hakikatnya adalah Satu Wujud Jua.

Demikianlah Maksud Ma’na dari huruf Fahihah
INTAHA.

MA’NA RAHASIA FATIHAH

BISMILLAHIRAH MANIRRAHIM : Nuur Muhammad
ALHAMDULILLAH HIRABBIL’ALAMIN : Kepada Nabi Adam
ARRAHMAANIR RAHIM : Kepada Nabi Daud
MALIKIYAU MIDDIN : Kepada Nabi Sulaiman
IYYA KA’NA BUDU WAIYYA KANAS TA’IN : Kepada Nabi Ibrahim
IHDINAS SIRARTAL MUSTAQIM : Kepada Nabi Yakub
SIRATAL LAZI NA : Kepada Nabi Yusuf
AN’AM TA’ALAIHIM : Kepada Nabi Musa
GHAIRIL MAGDU BI’ALAIHIM : Kepada Nabi Isa
WALAD DOOOLLLIN : Terhimpun kepada Nabi Muhammad SAW.
“HURUF FATIHAH YANG ADA DALAM DIRI”

BISMILLAH : Anggota pada kita
ARRAHMAN : Otak pada kita
ARRAHIM : Kedua Tangan kepada kita
ALHAMDULILLAH : Muka pada kita.
RABBIL’ALAMIN : Telinga kanan pada kita
ARRAHMAN : Telinga Kiri pada kita
ARRAHIM : Tangan Kanan pada kita
MALIKIYAU MIDDIN : Tangan Kiri pada kita
IYYA KANA’ BUDU : Dada pada kita
WAIYYA KANAS TA’IN : Leher pada kita
IHDINAS SIRRATAL : Tulang belakang pada kita
MUSTAQIM : Yang Lurus
SIRATALLAZI NA AN’AM TA : Urat Lidah pada kita
‘ALAIHIM : Semuanya pada kita
GHAIRIL MAGDU BI : Empedu pada kita
‘ALAIHIM : Hati pada kita
WALA DOOOLLLIN : Hati Kura pada kita
AMIN : Jantung pada kita.
Demikianlah ma’na Rahasia Fatihah dan Huruf Fatihah yang ada Dalam Diri.
BISMILLAHHI RAHHAMANIR RAHIM

Bab ini menetapkan keyakinan kita, seperti menyatakan kelakuan Malaikat kepada Allah dengan hakikat yang yakin.
Bahwa Nyawa Nabi Muhammad SAW dengan sebenarnya kekasih Allah Ta’ala, karena Allah Yang Maha Tinggi telah melihat Diriku dan segala sesuatu apa juapun adalah Hak Allah Ta’ala, seperti kenyataan yang ada pada Alam Dunia dan Akhirat. Karena Allahmelihat pada Diriku seperti Dirimu yang ada.

Inilah Ilmu Orang Shuffi (Tasawuf) lihatlah pada Diriku/rupaku yang Nyata ini maka terasalah kepada yang menpunyai kenyataan. Sebenarnya Diri adalah Batin ini yaitu dapat melihat Zat Wajibal Wujud, dan Diri yang ada inilah : bukan ‘Ainnya tetapi bukan lainnya dengan Hakikat yang percaya/yakin, karena/sebab melihat diri yang ada ini adalah Diri yang baharu, karena yang baharu itulah menyatakan yang Qadim. Demikianlah dengan kenyataan yang ada.
Nabi SAW bersabda : “MARRALHABBA PADAD RAL HAK” artinya Sesungguhnya siapa yang melihat Muka/rupa itulah wujud yang sebenarnya.

Allah berfirman : MARRALHABBA PAHUWAWUJUDUL HAK:
artinya Tidak nyata Aku, dan hak tidak ada pada sesuatu Lam Alif atau
Tasawwuf seperti nyata kepada Insan.

Seperti tersebut dibawah ini :
  1. Diri yang Tajeli ialah Sir
  2. Diri yang Terdiri ialah Ruh
  3. Diri yang Terperi ialah Hati
  4. Diri yang Diperi Perikan ialah Tubuh.

Dengan adanya kenyataan yang sudah ada kepada Allah yang telah menjadikan Alam semesta.
Demi untuk sempurnanya mempelajari Ilmu, maka lebih baiknya harus dinyatakan kepada Guru atau orang yang ahlinya dibidang Tasawwuf.

Pada waktu Tuhan belum bernama Allah, sebelum Arasy dan Qursy belum dijadikan dan juga langit dan Bumi serta Surga, dan Neraka masih belum dijadikan, sedangkan pada waktu itu juga Tuhan masih bernama NUKTAH, selanjutnya Nuktah melihat pada Dirinya Tuhan tetapi siapa Hamba.

Setelah Nuktah melihat kembali pada Dirinya, maka dinamainyalah Dirinya “KUN” ia berkehendak menamai Dirinya adalah Zat Nur Allah (Sifat). Dan pada waktu itu dinamainya pula Dirinya NUR MUHAMMAD dan Allah pun ghaib.
Adam dan Muhammad belum ada, Allah pun belum nyata. Yang ada hanya NUR ZAT itu NUR MUHAMMAD, maka NUR MUHAMMAD bersifat “ILLA HULKAK”
Jawab Tuhan : Jika Engkau Hak, mengapa Engkau tidak melihat, maka
Nur Muhammad menjawab : Jika Engkau Tuhan mengapa Aku tidak melihat.
Jawab Tuhan : Penglihatanmu itu serahkan kepadaKu, dan maka kata Tuhan kepada NUR MUHAMMAD, Kata olemu :
“LAA ILAHA ILLALLAH”
AKU MUHAMMAD RASULULLAH.
Selanjutnya Nur Muhammad telah berkata, KULIHAT DIRIKU TUHAN, tetapi siapa HAMBA, dan KULIHAT DIRI HAMBA, maka siapa TUHANKU. Dan pada waktu itu Allahpun menyatakan Dirinya Tuhan, dan langsung Allah berkata “ Bahwasanya tiada Tuhan hanya Aku, bahwa kamu itu daripada NUR ZATKU. Maka berdirilah kamu, dan Allah berdiri tidak berbenda dan tidak ada bertempat. Selanjutnya Allah berkata pula bahwa AKULAH TUHANMU, dan setelah itu NUR MUHAMMAD menjawab: Akulah Tuhanmu, dan dijawab oleh Allah Ta’ala : Jika Engkau Tuhanku Nyatakanlah Dirimu.
Pada waktu itu juga NUR MUHAMMAD Ghaib/Hilang, dan Nur Muhammad mengatakan : Dirimu Juga yang Aku Lihat. Dan Allahpun menyatakan Dirinya yang sudah nyata.
Allah berfirman :
ALASTU BIRABBIKUM artinya Siapa Tuhanmu.
Nur Muhammad berkata :
QALU BALAA artinya Engkau juga Tuhanku.
Allah berfirman :
SYAHADALLAHU ANNAHU LAA ILAHA
Artinya : Saksiku bagi Diriku, tidak ada Tuhan yang lain selain
Aku.
Maka sujudlah Nur Muhammad lima ribu tahun lamanya, dan lahir kedua, dinamai Adam Mutlak yang berdiri sendiri ALIF (Adam Insyan).
Karena dalam hakikatnya Allahpun kita, Adampun kita, Muhammadpun kita karena sekalian itu nama juga, yang dimaksud empunya nama yang tidak mempunyai Huruf dan Suara.

  1.  
    1. Adapun arti IHRAM itu tercengang cengang. Adapun arti tercengang cengang itu tiadalah tahu akan dirinya dan tiadalah tahu akan Tuhannya.
    2. Adapun arti MI’RADZ itu lain tiada lagi Rasanya ada bertubuh hanya Allah yang ada pada Ma’rifat itu, dan hilangkan cita cita yang lain, hanya Allah yang diiyakan kepada Ma’rifat itu.
    3. Adapun arti MUNAJAD itu berkata kata, dan yang berkata kata ALLAHU AKBAR itu RAHASIA ALLAH tiada kita lagi, yang memuji di dalam Sembahyang itu Rahasia Allah, kehendak Allah, bukan hati lagi.
    4. Adapun arti TUBADDIL itu Terganti, yang ada hanya Allah, jangan kita kenang Tubuh, Batin dan Zahir lagi.

Adapun pahamnya itu, jikalau ujar hati kita “Yang menyembah dan yang disembah itu Allah Ta’ala. Maka jadinya itu juga belum Esa. Jikalau ujar Ma’rifat kita Yang menyembah itu Rahasianya Allah dan Kehendak Allah, Maka itulah ia memuji Dirinya Sendiri.
Maka jikalau di Anugerahi Allah Ta’ala akan pahamnya, Insya Allah anda akan mudah memahaminya.
Maka itulah jikalau kita berzikir itu seperti kita sembahyang juga. Jangan berbeda lagi, tatkala mengata “LAA ILAHA ILLALLAH” dan yang mengata LAA ILAHA ILLALLAH” itu Rahasia Allah, kehendak Allah yang memuji Dirinya Sendiri.
Maka Esalah jalan Ma’rifat yang dipakai Aulia Allah sekalian. Tiada lagi pada Ma’rifat, hanya Allah ada Sendirinya dengan Rahasianya dan Kehendaknya.
Maka tiada lagi Aulia Allah mengenang akan berbagai lagi sebab ia sudah karam kepada Allah Ta’ala, maka itulah arti FANA FILLAH, Baqa Billah, artinya karamlah sudah Rasanya kepada Allah Ta’ala, tiada bercinta kepada yang lain lagi, maka inilah yang dipakai siang dan malam, pagi dan petang, dunia dan akhirat, hidup dan mati, tiadalah lain lagi, jangan berubah ubah lagi, jikalau tiada di Anugerahi Allah Ta’ala akan pahamnya, tiadal dapat pahamnya.

Pasal pada menyatakan Rahasia segala wali, yaitu Peri Nyawa dan Sir dan Rahasia Jisim, maka inilah jalan Ahlul Iman memutuskan kepada orang yang mana dikehendaki akan Tuhannya. Karena ini Ilmu keluar dari pada orang … yang melainkan Allah jua yang tahu lisannya hambanya, tiada disebutkan lagi.
Maka adalah Hati Manusia itu 4 (empat) perkara, dari pada yang dihidupkan, maka atas yang dihidupkan itu Nyawa, maka hidupnya itu serta Rasa, dan Rahasia itu serta Sir. Maka hendaklah diketahui Peri yang 4 (empat) itu, manakah yang dikata Nyawa, dan mana yang dikata Rasa, dan mana yang dikata Rahasia, dan mana yang Sir.
  1. Yang dikata NYAWA itu Nafas turun naik.
  2. Yang dikata Rasa itu Antara turun naik nafas.
  3. Yang dikata Rahasia itu Tetap seperti budak dalam rahim ibunya.
  4. Yang dikata SIR itu seperti Nafas orang Mati..
Maka perkataan ini tiada dipanjangkan, hanya pendek jua adanya.
Wallahu Alam.

HADIS QUDSY : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRAHU.

Adalah Rahasia itu dirinya dan Allah Ta’ala tiada Ta’ayyun. Itulah perbedaan Haq Allah dengan hambanya. Adapun sebenar benarnya Sifat Allah Ta’ala itu Qadim, Sifat hambanya Muhadas, kepada Qadim itulah bernama Amanat Allah Ta’ala, yakni hakikat rupa kitaitulah kembali kepada yang punya rupa, karena hakikat rupa itulah diakui Allah Ta’ala Rahasia maka rupa itulah kita akui Rahasia pada Hakikatnya, karena rupa Allah itu Wujud Mahdin, Yang sebenar benar Diri dan Nyawa sebenar benarnya Hamba. Maka sebenar benarnya Tuhan itulah kita perwujudkan dan segala yang ada ini, besar dan kecil, karena sebenar benar rupa itu tidak bertulang, tidak berdarah, tiada berdaging, sungguhpun rupa berbagai bagai warnanya. Barulah Islam Ma’rifat kita, Pengrasa kita, hilang penglihat kita yang zahir, hanya penglihat batin jua yang Esa.

Inilah bernama pertemuan Allah dengan Muhammad, tiada Allah dan tiada Muhammad, Hanya Aku yang Allahpun Aku, Muhammadpun Aku Diriku melihat Diriku (LA HUWA HUWA).
Dan yang dinamakan dada kita bernama KHALIFAH, karena tempat terbitnya Ma’rifat dinamai Sir, karena tempat Tajalli ZADTULLAH Sifat Allah, Asma Allah, Af’al Allah. Inilah sebenar benarnya Insyan. Dan sebenar benarnya Isnsyan itu Allah, dan sebenar benarnya Allah itu Muhammad, dan sebenar benarnya Muhammad itu Rupa, dan sebenar benarnya Rupa itu Zadtullah Keadaan Allah.
Maka tiada bedanya nama dengan yang punya nama. Ia nama ialah rupa karena wujud Allah itu hakikat wujud diri kita. Serta dipandangnya Allah itu kepada wujud diri kita, pada pemandangan yang sah.
(Dikutib dari Kitab MANAAZILUL INSAN) karangan SYEH MUHYIDDIN IBNU ).

Af’al Allah itu kelakuan, dan Asma Allah itu namanya.
Hayyun itu Rupanya, dan Hyat itu Dirinya, karena kelakuan yang nyata itu Sifat Allah, yakni SIRRULLAH MUHAMMAD RASULULLAH atau HAYYUN RAHASIA yang batin, HAYAT Hidup Sebenarnya Tiada Dengan Ruh.

Mohon maaf sebesarnya Saudara/i yang di Grup AM. tiada maksud dalam melebihi. ini adalah Haq. bagi kamalul yakin. silahkan di tanyakan pada guru masing-masing. semoga bemanfaat bagi kita semua dan mendapati jalan yang lurus dari pada Allah Robbul jalil. Aamiin.

No comments