Mendisain Struktur Beton
Untuk mendisain sebuah struktur beton,
baik itu bangunan gedung, jembatan, bendungan, jalan layang, tandon air,
dan lain-lain. Maka akan banyak faktor yang berpengaruh dalam jalannya
pendisainan tersebut. Contohnya pada struktur gedung , beban mati pelat
lantai, beban hidup manusia, beban mati plafon, ubin dan lain-lain akan
berpengaruh terhadap pendisainan pelat lantai, balok anak maupun balok
induk juga kolom nya. Untuk struktur bawah seperti fondasi diperlukan
data tanah yang akan berpengaruh terhadap model pondasi yang akan
digunakan.
Melihat diri saya yang masih belajar
untuk S1 di Universitas Islam Sultan Agung dan masih semester 6, tentu
pengetahuan saya masih sangat dangkal mengenai pendisainan struktur
beton ini. Sehingga maklumlah kalo para pembaca merasa kurang, dapat
melihat buku-buku mengenai desain struktur yang sudah banyak berada di
pasaran .
Pertama-tama dalam merencanakan suatu
struktur, hal yang paling utama adalah beban yang bekerja pada struktur
tersebut. Perencanaan untuk pelat kantilever tentu berbeda dengan pelat
yang digunakan untuk pelat lantai pada interior rumah. Pelat lantai
sendiri memiliki perbedaan, yang umum digunakan. Antara lain :
- Pelat terjepit pada satu sisi ( biasanya adalah kantilever/sunshiding pada jendela)
- Pelat terjepit pada dua sisi (misalnya bordes tangga, balkon.dll)
- Pelat terjepit pada tiga sisi (misalnya pada bordes tangga dan balkon,dll)
- Pelat terjepit pada empat sisi (misalnya pelat lantai dalam rumah)
Untuk perencanaan pelat lantai itu sendiri, tentu berbeda antara
pelat terjepit pada satu sisi, dua sisi, tiga sisi, dan empat sisi. Kenapa kok berbeda ?
ya tentu berbeda, karena gaya dalam yang dihasilkan akibat
masing-masing jepitan juga berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap
penulangan yang sering kita sebut untuk penulangan pelat lantai sebagai “one way slab” dan “two way slab” .
Apa sih one way slab itu ?
“One way slab” atau penulangan satu arah yaitu tulangan
utama atau tulangan pokok hanya bekerja pada satu arah saja. Misalnya
ada arah x dan y , jadi tulangan pokok itu bekerja pada arah x saja dan
arah y kita menggunakan tulangan bagi.
Kapan kita menggunakan sistem penulangan “one way slab” ?
Sistem One way slab digunakan ketika momen yang bekerja pada pelat
tidak seimbang antara arah x dan y . misalnya pada kantilever, karena
dijepit di satu sisi saja, jadi misal hanya ada arah x saja sedangkan
arah y sama dengan nol. berlaku juga untuk pelat yang dijepit di dua
sisinya yang saling berhadap-hadapan. pada pelat lantai yang dijepit di
tiga sisinya juga masih bisa menggunakan sistem penulangan one way slab.
Kalau Penulangan Two Way Slab itu bagaimana ?
Penulangan Two Way Slab itu ketika momen
pelat pada arah x dan y itu sama atau hampir sama besar. Hmmmm,
Contohnya pada pelat yang berbentuk persegi dan dijepit di keempat
sisinya, dengan ukuran balok yang sama pada keempat sisinya.
Lalu bedanya apa dengan One Way Slab ?
Jadi kalo two slab kita pakai tulangan
pokok pada semua arah baik x dan y, sehingga tidak ada tulangan bagi nya
pada two way slab ini.
Tulangan bagi itu apa sih ?
Tulangan bagi itu ya cuma sekedar
tulangan sekunder istilah nya , bukan tulangan primer. Jadi tulangan
bagi itu dimensi tulangannya bisa lebih kecil atau jarak antar
tulangannya bisa lebih lebar .
Jadi kalo pelat terjepit di empat sisinya harus selalu pakai penulangan Two Way Slab ?
Ya enggak juga, kalo pelatnya persegi
panjang kan momennya beda tuh antara x dan y. (untuk perencanaan
selanjutnya, silahkan baca PPIUG atau PPIURG 1983 untuk pembebanan, dan
PBI 1971 dan peraturan lainnya juga SNI 91, SNI 2002)
Nah sekarang tentang balok beton bertulang
Untuk mendisain sebuah balok pasti sama dengan mendisasin struktur yang lain,
Gimana sih nentuin dimensi balok yang tepat ?
Untuk menentukan dimensi balok yang tepat
tentu saja tergantung dari beban yang bekerja di atas balok. Apabila
beban nya terlalu berat, maka daerah tekannya semakin besar, momennya
juga besar. Jadi kalo dalam rumus rho max lebih besar dari rho maka
dimensi balok harus diperbesar.
Kenapa nggak tulangannya aja diperbanyak ?
Ya, karena semakin banyak tulangannya
workability ketika pemasangan tulangan dan pemadatan semakin susah. Juga
semakin jauh tulangan itu dari lokasi tegangan tarik (pada cover) maka
semakin kecil konstribusinya untuk ikut menahan momen. belum lagi daerah
tekan yang besar bisa-bisa mengakibatkan keruntuhan tekan pada balok
yang akibatnya cukup fatal karena pelat lantai dan balok runtuh (lebih
fatal keruntuhan tekan pada kolom karena berarti keruntuhan semua
bangunan).
Jadi untuk mendimensi balok itu pakai sistem coba-coba ya ?
Ya bisa dibilang begitu, tapi kan selama
ini ada rumus sederhana untuk menentukan tinggi balok dengan rumus 1/10
atau 1/12 bentang, lalu dicek daerah tekan, rho max, dan fs=fy yaitu
tulangan leleh duluan sebelum beton retak, karena kalau beton retak
duluan maka bangunan lebih cepat runtuh dan tanpa peringatan.
Kan balok itu umumnya menahan momen yang bekerja pada daerah tarik, lalu kenapa ada tulangan di bagian tekannya juga ?
Memang tulangan itu kita gunakan untuk
menahan tarik karena beton tidak dapat menahan tarik karena sifat
getasnya ketika diberi tegangan tarik. Tulangan tekan itu sendiri
digunakan untuk keperluan memasang tulangan geser (begel) dan juga kata
dosen saya yang sudah S3 , tulangan tekan dapat berpengaruh terhadap
umur beton, akibat adanya faktor kelelahan (fatigue) yang dapat
mengakibatkan lendutan berlebihan seiring dengan berjalannya waktu.
Saya denger-denger ada desain balok T (T beam) dan balok persegi panjang biasa, apa sih bedanya ?
kalo peraturan lama seperti PBI 1971 dan
SNI 1991 masih menggunakan balok persegi panjang biasa untuk mendisain,
sedangkan SNI 2002 ada yang menggunakan balok persegi panjang dan T beam
dan ada juga L beam untuk balok yang menahan pelat pada ujung
(exterior). Jadi kalo mendesain dengan balok T dimana balok dan plat
lantai dicor monolit, karena daerah tekan semakin kecil akibat balok
memiliki sayap yang ikut menahan tekan sehingga tulangan tarik yang
dihasilkan lebih sedikit daripada menggunakan disain balok persegi
panjang.
Ow gitu ya, Oke deh. lanjut ke disain kolom aja deh
Pada disain kolom sedikit berbeda dengan
balok dan pelat, kalau balok dan pelat mereka dapat beban tegak lurus
alias sumbu balok dan pelat itu tegak lurus sama arah gravitasi bumi
pada umumnya. Kalau kolom kan sejajar , jadi yang diperhitungkan tentu
saja gaya axial (gaya normal) dan Momen.
Untuk mendisain sebuah kolom diperlukan
kecermatan yang tinggi karena keruntuhan kolom berarti keruntuhan
seluruh bangunan. Bayangkan saja apabila ada satu saja kolom yang
runtuh, saya pernah lihat di siaran National Geographic Channel , gedung
hotel dan perkantoran lantai 7 di Singapura runtuh karena saah satu
kolomnya runtuh. Setelah ditelusuri dengan forensic test ternyata adalah
penambahan beban pada tingkat atas yang melebihi perhitungan beban dan
umur bangunan yang tua sehingga tingkat fatigue nya juga sudah besar.
Karena adanya tingkat kelelahan struktur ini (fatigue) maka pada umunya gedung dirancang berumur 50 tahun saja.
Kok ada gedung yang belum 50 tahun sudah runtuh ya ?
Bisa saja karena spesifikasi mutu tidak
terpenuhi atau ada penambahan beban diluar perencanaan awal, contoh
beban-beban tambahan , misal tidak dirancang untuk tempat mendarat
helikopter tetapi digunakan untuk mendarat helikopter, atau tidak
dirancang menahan gempa tapi mendapat gaya gempa . Direncanakan untuk
menampung 1000 orang tetapi terdapat 2000 orang.
Kalau begitu saya buat kolom yang besar saja ya ? walaupun balok runtuh tapi kan bangunan keseluruhan tidak runtuh ?
Boleh-boleh saja kalau anda punya banyak
uang, karena kolom semakin besar berarti harga semakin mahal dan pondasi
semakin besar , dalam dan mahal.
Kalo keruntuhan tekan sama keruntuhan tarik pada kolom itu bedanya apa ?
Kalo keruntuhan tekan itu hampir sama
ketika anda tes sample beton di lab, jadi keruntuhan tekan itu terjadi
tiba-tiba dan berbahaya. Kalau keruntuhan tarik ada tanda-tandanya
ketika tulangan kolom tertarik dan leleh, kolom terlihat retak-retak
dahulu dan sedikit berubah bentuk sehingga anda dapat siaga sebelum
terjadi keruntuhan.
Kalo tulangan dua sisi dan empat sisi itu gimana ?
Tulangan dua sisi pada kolom digunakan
akibat eksentrisitas yang melebihi batas yang ditetapkan sehingga
tulangan hanya digunakan pada sisi x atau y saja. Umumnya pada
eksentrisitas yang melebihi batas ini, dimensi kolom juga dibuat persegi
panjang tidak persegi. Kalau tulangan 4 sisi itu biasanya digunakan
untuk kolom dengan eksentrisitas kecil.
Okay, sampai di sini dulu, terima kasih Wassalamualaikum Wr.Wb
No comments
Post a Comment