Breaking News

Hari Wafat Sayidah Khadijah as


Tanggal 10 Ramadhan tahun ke 10 Hijrah, merupakan hari yang sangat menyedihkan bagi Rasullah Saw. Di hari itu, junjungan kita Nabi Muhammad Saw mendapat musibah yang sangat berat yaitu dipanggilnya istri tercinta beliau Khadijah as ke rahmatullah. Khadijah memang seorang istri teladan, yang telah berkhidmat dan mendampingi perjuangan Rasulullah dengan cara yang terbaik. Beliau adalah seorang istri yang hingga akhir hayatnya selalu mendukung dan membela dengan tulus ikhlas dakwah Islam yang dipikul oleh suaminya, Muhammad Saw.





Rumah Sayidah Khadijah as adalah sebuah rumah yang penuh dengan pengharapan. Sebagaimana kebiasaan jahiliah saat itu, masyarakat Mekah adalah penyembah berhala. Tetapi pandangan harapan mereka selalu terpancang ke rumah Sayidah Khadijah as. Masyarakat Arab zaman itu menyebut Khadijah sebagai "penghulu kaum perempuan Quraisy". Sebagian lagi menyebut beliau "at-thaahirah" yang berarti wanita suci. Selain dua julukan tersebut, beliau juga memiliki julukan lain yang sangat sesuai dengan beliau, yaitu "Ibu anak-anak yatim". Pada kenyataannya semua orang mengenal rumah Sayidah Khadijah as sebagai tempat perlindungan anak-anak yatim.





Khadijah as sangat suka membantu kaum fakir miskin dan orang-orang yang teraniaya.Beliau selalu menyambut mereka kapan saja baik siang atau malam. Khadijah memiliki kekayaan berlimpah. Para pegawai dan onta-onta beliau meramaikan jalur perdagangan kota Mekah, sedangkan rumah beliau termasuk yang termegah di kota ini. Sayidah Khadijah as dengan mudah sekali membagi-bagikan kekayaannya kepada masyarakat, sementara jiwanya anti terhadap kekejaman dan kesewenangan juga terhadap kebodohan.





Pada suatu hari, salah seorang budaknya datang menghadap dan berkata, "Seorang perempuan dengan tubuh gemetar dan menangis ingin bertemu denganTuan Putri." Khadijah-pun mengijinkan orang tersebut masuk. Perempuan itu dengan tergopoh-gopoh masuk, lalu menyerahkan bayi yang ia gendong kepada Khadijah, seraya berkata,"Hanya Tuan Putri-lah yang dapat menolong saya dan menyelamatkan putri saya agar tidak dikubur hidup-hidup. Karena takut anak putriku dibunuh, aku lari berlindung ke padang pasir. Aku siap dibunuh oleh suamiku sebagai ganti putriku yang baru lahir ini. Tetapi suamiku mengatakan, "Rumah bayi perempuan ini adalah kuburnya."




Sayidah Khadijah as menenangkan wanita itu dan berkata, "Jangan takut. Aku akan melindungi bayi ini."



Sejak malam itu hingga pagi hari Khadijah tidak berhenti berpikir, bahwa betapa buruk dan kejamnya kebiasaan kaum Arab ini. Tidak adakah jalan untuk menyelamatkan bayi-bayi perempuan tak berdosa ini ?

 

Meski memiliki kekayaan melimpah, Sayidah Khadijah as merasa kesepian hidup menyendiri tanpa suami. Pada suatu hari, saat pagi buta, dengan penuh kegembiraan ia pergi ke rumah pamannya, yaitu Waraqah bin Naufal. Ia berkata, "Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Saya melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat kemana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku terperangah. Lalu aku terbangun dari tidurku."

 

Waraqah mengatakan, "Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat."

 

Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi istri Rasulullah, Muhammad bin Abdillah Saw. Ketika Muhammad masih muda dan dikenal sebagai pemuda yang lurus dan jujur, beliau telah diperkenalkan untuk ikut menjualkan barang dagangan Khadijah as. Hal yang lebih banyak menarik perhatian Khadijah adalah kemuliaan jiwa dan maknawiyah Muhammad Saw. Oleh karena itulah, berbeda dengan kebiasaan yang berlaku, Khadijah-lah yang lebih dahulu mengajukan permohonan untuk menikah dengan Muhammad. Keluarga dekat Khadijah tidak menyetujui rencana pernikahan ini. Namun Khadijah sudah sedemikian tertarik oleh kejujuran, kebersihan dan sifat-sifat istimewa Muhammad muda ini, sehingga beliau tidak memperdulikan segala kritik dan kecaman dari keluarga dan kerabatnya.

 

Khadijah juga seorang yang cerdas.Mengenai ketertarikannya kepada Muhammad beliau mengatakan, "Jika segala kenikmatan hidup diserahkankepadaku, dunia dan kekuasaan para raja Iran dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu, maka semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk."

 

Khadijah as adalah seorang istri yang penuh pengorbanan, yang telah menyerahkan seluruh kekayaannya kepada Nabi Muhammad Saw, suaminya untuk bekal dakwah di jalan Islam. Beliau adalah satu-satunya penolong Nabi di saat-saat kesendirian. Ketika di luar rumah Rasulullah Saw menjadi sasaran gangguan musuh-musuh jahil, kasih saying dan kesetiaan Khadijah memberikan ketenangan kepada beliau. Khadijah as sendiri juga merasakan, bahwa saat berada di sisi suaminya, Nabi Muhammad Saw seolah dia memasuki sebuah dunia yang penuh dengan keindahan, kemuliaan dan keamanan. Karena itulah seluruh upayanya hanya dilakukan untuk membantu merealisasikan tujuan suci Nabi Saw. Sewaktu malaikat wahyu turun kepada Muhammad dan membebankan tugas risalah ke pundak beliau, maka Khadijah as adalah orang pertama yang mengakui kenabian suaminya, dan wanita pertama yang memeluk serta menerima Islam. Karena itulah Rasulullah Saww dalam hal ini mengatakan, "Pelopor wanita pertama di dunia yang beriman kepada Allah dan Muhammad Saw adalah Khadijah.



Pada saat perjuangan Islam memberantas syirik dan kebodohan, muslimin terkena embargo atau blokade ekonomi dan sosial oleh kaum Kafir, sehingga kaum Muslimin terpaksa menjalani hidup selama 3 tahun dengan penuh penderitaan dan kesulitan, di sebuah lembah yang dikenal dengan nama "Lembah Abu Thalib". Selama masa tersebut, yang dimulai dari tahun ke 7 hingga tahun ke 10 setelah pengangkatan Nabi, ketatnya boikot membuat kaum Muslimin menghadapi berbagai kesulitan berat. Sisa-sisa kekayaan Khadijah as yang masih ada juga telah dibelanjakan. Kemiskinan dan kepapaan semakin mempersulit kehidupan selanjutnya. Dalam hal ini, sulit sekali dipercaya bahwa Khadijah yang tadinya merupakan perempuan berpengaruh dan sangat terhormat di Mekah, dimana kekayaannya ikut dinikmati pula oleh masyarakat luas, kini hidup dalam keadaan yang sangat berat, sementara dia sendiri sama sekali tidak ragu untuk tetap melanjutkan jalan perjuangan ini.



Belum lewat 2 bulan setelah kaum Muslimin terbebas dari kesulitan dan embargo, Sayidah Khadijah al-Kubra as memenuhi panggilan Sang Pencipta. Beliau berpulang ke rahmatullah. Kepergian Khadijah as membuat Nabi Saw sangat sedih. Rasulullah senantiasa menyebut Khadijah sebagai seorang wanita sempurna, penuh pengorbanan dan ketulusan. Dalam sebuah hadis Rasulullah menyebut Khadijah sebagai salah seorang dari 4 wanita penghulu kaum wanita di dunia. Rasul Allah Saw bersabda, "Demi Allah aku tidak menemukan seorang istri lebih baik daripadanya. Allah Swt membangunkan buat Khadijah sebuah istana yang terbuat dari batu-batu permata. Di dalamnya tidak ada kelelahan dan tidak terdengar suara keras."

 

Rasulullah Saw menyebut keistimewaan terpenting Sayidah Khadijah as dalam salah satu sabdanya, "Di saat semua orang mengusir dan menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang memboikotku, ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya kepadaku."



Kita ucapkan salam sejahtera kepada wanita pilihan Allah ini, yang memiliki seluruh sifat kemuliaan dan kesempurnaan manusiawi, dan yang telah mendidik seorang manusia besar semacam Fatimah as. Kita memohon kepada Allah Swt agar memberikan taufik kepada kita untuk dapat melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan kita sebagaimana yang telah beliau contohkan. (IRIB Indonesia)

No comments