Misteri Luka Jenazah 7 Pahlawan Revolusi
Misteri dan Kontroversi Luka-Luka Pada Jenazah 7 Pahlawan Revolusi
Quote:
Quote:
“…only in four months, five times as many people died in Indonesia as in Vietnam in twelve years…” (Bertrand Russell, 1966) |
Quote:
Meski sudah puluhan tahun lamanya, namun peristiwa tragis pemberontakan partai G 30 S / PKI 1965 yang diberitakan dan diisyukan akan mengudeta negeri ini tak akan pernah terlupakan. Peristiwa tersebut masih banyak menimbulkan kenangan pahit dan banyak pertanyaan daripada jawabannya. |
Quote:
Untuk mengenang jasa dan pengorbanan tak ternilai dari ketujuh Pahlawan Revolusi dan juga untuk memperingati serta mengenang peristiwa tersebut agar tak pernah ada lagi, maka kami akan menguak sedikit dari banyaknya tandatanya-tandatanya besar yang masih tersimpan di saku tiap rakyat Indonesia yang tercinta ini yang belum terjawab. |
Quote:
Mungkin ada benarnya kata pepatah, jika kita berada diwilayah orang yang sangat-sangat berkuasa dimana informasi apapun sangat-sangat terbatas dan penuh rekayasa, maka terkadang kebenaran akan terungkap belakangan karena kebenaran takkan pernah hilang, walau terlihat “seperti hilang” oleh waktu. |
A. Kronologi Pengangkatan Jenazah Dari Dalam Sumur
Quote:
Mengangkat jenazah tujuh pahlawan revolusi di Lubang Buaya bukan
perkara gampang. Kondisi sumur yang dalam dan mayat yang mulai membusuk,
membuat evakuasi sulit dilakukan.
Tapi para prajurit Kompi Intai Amfibi Korps Komando Angkatan Laut (KIPAM KKO-AL), tak mau menyerah. Sebenarnya jenazah sudah ditemukan sejak sehari sebelumnya, yaitu pada tanggal 3 Oktober 1965, atas bantuan polisi Sukitman dan masyarakat sekitar. Peleton I RPKAD yang dipimpin Letnan Sintong Panjaitan segera melakukan penggalian. Tapi mereka tak mampu mengangkat jenazah karena bau yang menyengat. Jenderal Soeharto pun memerintahkan kepada pasukan evakuasi bahwa penggalian dihentikan pada malam hari. |
Quote:
Maka penggalian pun ditunda dan penggalian akan kembali dilanjutkan keesokan harinya.
Dalam buku Sintong Panjaitan, perjalanan seorang prajurit para komando yang ditulis wartawan senior Hendro Subroto, dilukiskan peristiwa seputar pengangkatan jenazah. Kala itu Sintong berdiskusi dengan Kopral Anang, anggota RPKAD yang dilatih oleh Pasukan Katak TNI AL. Anang mengatakan peralatan selam milik RPKAD ada di Cilacap, hanya KKO yang punya peralatan selam di Jakarta. Maka singkat cerita, KKO meminjamkan peralatan selam tersebut untuk operasi pengangkatan jenazah dari dalam lubang sumur di daerah lubang Buaya tersebut. |
Quote:
Tanggal 4 Oktober, Tim KKO dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL Kapten Winanto melakukan evakuasi jenazah pahlawan revolusi. Satu persatu pasukan KKO turun ke dalam lubang yang sempit itu. |
Quote:
Pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang turun lebih dulu ke Lubang Buaya. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen. Anang mengikatkan tali pada salah satu jenazah. Setelah ditarik, yang pertama adalah jenazah Lettu Pierre Tendean, ajudan Jenderal Nasution. |
Quote:
Pukul 12.15 WIB, Serma KKO Suparimin turun, dia memasang tali pada salah satu jenazah, tapi rupanya jenazah itu tertindih jenazah lain sehingga tak bisa ditarik. |
Quote:
Pukul 12.30 WIB, giliran Prako KKO Subekti yang turun. Dua jenazah berhasil ditarik, Mayjen S Parman dan Mayjen Suprapto. |
Quote:
Pukul 12.55 WIB, Kopral KKO Hartono memasang tali untuk mengangkat jenazah Mayjen MT Haryono dan Brigjen Sutoyo. |
Quote:
Pukul 13.30 WIB, Serma KKO Suparimin turun untuk kedua kalinya. Dia berhasil mengangkat jenazah Letjen Ahmad Yani. Dengan demikian, sudah enam jenazah pahlawan revolusi yang ditemukan. |
Quote:
Sebagai langkah terakhir, harus ada seorang lagi yang turun ke sumur untuk mengecek apakah sumur sudah benar-benar kosong.
Tapi semua penyelam KKO dan RPKAD sudah tak ada lagi yang mampu masuk lagi. Mereka semua kelelahan. Bahkan ada yang keracunan bau busuk hingga terus muntah-muntah. Maka Kapten Winanto sebagai komandan terpanggil melakukan pekerjaan terakhir itu. Dia turun dengan membawa alat penerangan. Ternyata benar, di dalam sumur masih ada satu jenazah lagi. Jenazah itu adalah Brigjen D.I. Panjaitan. |
Quote:
Dengan demikian lengkaplah sudah jenazah enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD yang dinyatakan telah hilang diculik Gerakan PKI pada tanggal 30 September 1965. |
Spoiler:
Quote:
Kapten KKO Winanto sendiri terus melanjutkan karirnya di TNI AL.
Lulusan Akademi Angkatan laut tahun 1959 ini pernah menjabat Komandan
Resimen Latihan Korps Marinir, Komandan Brigade Infanteri 2/Marinir
sebelum pensiun sebagai Gubernur AAL.
Ia sudah meninggal pada Minggu, 2 September 2012 pukul 22.15 WIB dalam usia 77 tahun di kediamannya Jl Pramuka no 7, Kompleks TNI AL, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. |
B. Kronologi Visum et Epertum Dokter Forensik
Quote:
4 Oktober 1965. Pukul 4.30 sore saat itu. Lima dokter yang
diperintahkan Pangkostrad dan Pangkopkamtib Mayor Jenderal Soeharto
memulai tugas mereka. Jenazah enam Jenderal dan satu perwira menengah korban penculikan dan pembunuhnan yang dilakukan kelompok Letkol Untung pada dinihari 1 Oktober mereka periksa satu persatu. Ketujuh korban itu adalah: |
Quote:
1. Ahmad Yani, Letnan Jenderal (Menteri Panglima Angkatan Darat).
2. R. Soeprapto, Mayor Jenderal. (Deputi II Menpangad). 3. MT. Harjono, Mayor Jenderal. (Deputi III Menpangad). 4. S. Parman, Mayor Jenderal. (Asisten I Menpangad). 5. D. Isac Panjaitan, Brigardir Jenderal. (Deputi IV Menpangad). 6. Soetojo Siswomihardjo, Brigardir Jenderal. (Oditur Jenderal/ Inspektur Keha****n AD). 7. Pierre Andreas Tendean, Letnan Satu. (Ajudan Menko Hankam/ KASAB Jenderal AH Nasution). |
Quote:
Jenazah enam jenderal dan satu perwira muda Angkatan Darat ini ditemukan di sebuah sumur tua di desa Lubang Buaya, Pondokgede, Jakarta Timur. Dari lima anggota tim dokter yang mengautopsi ketujuh mayat itu dua di antaranya adalah dokter Angkatan Darat, yakni: |
Quote:
1. dr. Brigardir Jenderal Roebiono Kertopati (perwira tinggi yang diperbantukan di RSP Angkatan Darat)
2. dr. Kolonel Frans Pattiasina (perwira kesehatan RSP Angkatan Darat) Sementara tiga lainnya adalah dokter Keha****n, masing-masing: 3. Prof. dr. Sutomo Tjokronegoro (ahli Ilmu Urai Sakit Dalam dan ahli Kedokteran Keha****n, juga profesor di FK UI) 4. dr. Liauw Yan Siang (lektor dalam Ilmu Kedokteran Keha****n FK UI) 5. dr. Liem Joe Thay (atau dikenal sebagai dr. Arief Budianto, lektor Ilmu Kedokteran Keha****n Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), anda dapat membaca kisahnya di akhir thread ini) |
Quote:
Akhirnya lewat tengah malam, pukul 12.30 atau dinihari pada tanggal 5 Oktober 1965, dr. Roebiono dkk menyelesaikan tugas mereka. Beberapa jam kemudian, saat matahari sudah cukup tinggi, ketujuh jenazah korban penculikan dan pembunuhan yang kemudian disebut sebagai Pahlawan Revolusi ini, dimakamkan di TMP Kalibata. |
C. Hasil Visum et Repertum Jenazah Tiap Korban
Quote:
Ketika diperiksa ketujuh mayat telah dalam keadaan membusuk dan
diperkirakan tewas empat hari sebelumnya. Dapat dipastikan ketujuh
perwira tinggi dan pertama Angkatan Darat ini tewas mengenaskan dengan
tubuh dihujani peluru dan tusukan.
1. Ahmad Yani (Menteri Panglima Angkatan Darat).
Lanjutin baca yah
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Spoiler:
Spoiler:
d. Perbandingan Informasi
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
4. S. Parman (Asisten I Menpangad)
Quote:
5. D. Isac Panjaitan (Deputi IV Menpangad)
Quote:
|
Lanjutin baca yah
Last edited by bujanglapuk; 10 October 2013 at 11:25.
#3
|
|||||||||
|
|||||||||
6. Soetojo Siswomihardjo (Oditur Jenderal/ Inspektur Keha****n AD).
Quote:
|
Quote:
Quote:
Bulan Juni 2008 yang lalu, dr. Arif sempat dirawat di RS St.
Carolus. Ketika menerima kabar itu dari salah seorang kerabat dr. Arif,
saya dan Dandhy menyempatkan diri menjenguknya.
Di RS. St. Carolus kami sama-sama mengabadikan dr. Arif. Bedanya, Dandhy menggunakan video kamera merek Panasonic, sementara saya menggunakan kamera saku digital merek Canon. Tadinya, informasi yang kami terima menyebutkan bahwa dr. Arif terkena serangan struk. Setelah kami bertemu dengan beliau di paviliun St. Carolus, dan berbicara dengan istrinya, Ny. Arif, barulah kami ketahui bahwa dr. Arif dirawat karena terjatuh saat hendak naik ke kursi rodanya. Sekali waktu laki-laki yang kini berusia 83 tahun itu bergumam. Mumbling. Saya mencoba menangkap isi ceritanya. Tidak jelas. Terpotong-potong, patah-patah. Kalau disambungkan seperti cerita tentang sepasukan tentara yang bergerak di sebuah tempat, entah di mana. Tapi cerita itu tak tuntas. Dia menutup sendiri ceritanya, mengalihkan pandangan mata ke sembarang arah, sebelum kembali menenggelamkan diri dalam diam. Di saat yang lain, dia kembali menanyakan nama saya. Dan kalau sudah begini, saya memegang tangannya, menyebutkan nama saya sambil menatap matanya. Setelah itu senyumnya sedikit mengembang. |
Quote:
Dikenal dengan nama dr. Arief Budianto, tak banyak yang menyadari
Lim Joey Thay adalah tokoh penting. Sangat penting, bahkan.
Dia adalah satu dari segelintir orang yang berada di titik paling menentukan dalam sejarah negara ini setelah Proklamasi 1945. Lim Joey Thay yang ketika itu adalah lektor Ilmu Kedokteran Keha****n Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) merupakan satu dari lima ahli forensik (lihat daftar dokter diatas halaman) yang berdasarkan perintah Soeharto memeriksa kondisi ketujuh mayat tersebut sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, siang hari 5 Oktober. Kini dari lima anggota tim otopsi itu, tinggal Lim Joey Thay dan Liu Yang Siang yang masih hidup. Lim Joey Thay kini sakit-sakitan, sementara sejak beberapa tahun lalu, Liu Yan Siang menetap di Amerika Serikat dan tidak diketahui pasti kabar beritanya. Berpacu dengan waktu dan proses pembusukan, mereka berlima bekerja keras selama delapan jam, dari pukul 4.30 sore tanggal 4 Oktober, hingga pukul 12.30 tengah malam 5 Oktober, di kamar mayat RSP Angkatan Darat. |
Keterangan gambar atas : Para pengikut partai PKI yang ditangkap sedang dijaga ABRI (atas). Sebelum dibunuh para korban diarak warga menuju tempat pembantaian (bawah).
Quote:
Sedangkan beberapa tahun lalu, Benedict Anderson telah menggunakan
hasil visum et repertum ini sebagai rujukan dalam artikelnya di jurnal
Indonesia Vol. 43, (Apr., 1987), pp. 109-134, How Did the Generals Die?
Saya mendapatkan copy visum et repertum itu dari Dandhy DL, jurnalis RCTI. Tahun lalu, dia juga menurunkan liputan mengenai dr. Arif dan visum et repertum ketujuh pahlawan revolusi korban, meminjam istilah Bung Karno, intrik internal Angkatan Darat dan petualangan petinggi PKI yang keblinger, serta konspirasi nekolim. |
Keterangan gambar atas : Para korban pembantaian diinterogasi terlebih dahulu agar memberitahukan siapa lagi yang ikut PKI (atas). Sebelum dibantai, para korban disuruh untuk menggali liang lahatnya sendiri (bawah).
Quote:
Ketujuh pahlawan revolusi itu jelas mati dibunuh. Namun dari hasil
otopsi yang mereka lakukan sama sekali tidak ditemukan tanda-tanda
pencungkilan bola mata, atau apalagi, pemotongan alat kelamin seperti
yang digosipkan oleh media massa yang dikuasai Angkatan Darat ketika
itu.
Gosip mengenai pemotongan alat kelamin, bahkan ada gosip yang menyebutkan ada anggota Gerwani yang setelah memotong alat kelamin salah seorang korban, lantas memakannya– telah membangkitkan amarah di akar rumput. Gosip-gosip ini, menurut Ben Anderson dalam artikelnya yang lain sengaja disebarkan oleh pihak militer. |
Spoiler:
Keterangan gambar atas : Sebelum dibunuh, korban dipertontonkan dimuka umum (ATAS). Dengan kondisi tali melingkar di leher dan tangan terikat, korban masuk ke liang lahat pembantaian yang digali oleh calon korban sendiri (tengah). Eksekutor mengatur posisi korban sebelum pembantaian (bawah).
Quote:
Maka gosip-gosip dan propaganda-propaganda yang dihembuskan dengan
kuat tersebut bagai minyak tanah yang disiramkan ke api.
Menyambar-nyambar. Membuat rakyat marah, bahkan sangat marah.
Selanjutnya, pembantaian besar-besaran terhadap anggota PKI dan/atau siapa saja yang dituduh menjadi anggota PKI atau memiliki relasi dengan PKI, terjadi di mana-mana, seantero Indonesia. |
Keterangan gambar atas : Eksekutor mengatur para calon korban pembantaian yang kebanyakan masih remaja (atas). Tampak eksekutor menghujamkan pisau bayonet berkali-kali ke tubuh korban pembantaian yang terikat tanpa daya itu satu demi satu sehingga korban mati perlahan karena rusaknya organ dalam dan kehabisan darah, suasana sadis itu bahkan ditonton dimuka umum termasuk anak-anak kecil (bawah).
Quote:
Bahkan walau tak masuk PKI, namun semua masyarakat yang mencintai
Bung Karno dapat juga menjadi korbannya. Hanya dengan memajang foto atau
lukisan sang Proklamator saja, maka sudah cukup bukti bagi anda dan
akan merasakan akibatnya, dituduh sebagai PKI walau tanpa bukti-bukti
lain.
Dengan hanya berbekal foto Bung Karno yang dipajang di dinding rumah, sudah cukup membuat tentara-tentara menyeret anda keluar rumah menuju ke dalam liang lahat pada masa itu! |
Quote:
Masih ingatkah anda, ada 2 jilid buku ukuran besar berjudul “Dibawah Bendera Revolusi” tulisan Bung Karno?
Buku tersebut sempat hilang diperedaran setelah era Orde Baru (New World Order) mulai berkuasa. Tak ada yang berani mengeluarkannya dari dalam lemari atau laci, semua tersimpan rapi. Dulu, karena hanya dengan memiliki buku itupun, sudah cukup bukti bagi tentara untuk dapat menyeret anda masuk ke liang lahat. Oleh sebab itulah, setelah rezim Orde Baru tumbang di tahun 1998, sepasang buku “Dibawah Bendera Revolusi” tulisan Bung Karno tersebut kembali marak. Untuk buku asli cetakan pertama pada masa lalu itu harganya sangat tinggi, bahkan untuk sepasang buku Jilid-1 dan Jilid-2 dan keduanya adalah cetakan pertama yang asli harganya antara 25 juta hingga bisa mencapai ratusan juta rupiah! Namun buku yang tak boleh beredar pada masa Orde Baru tersebut pada masa kini sudah dicetak kembali. |
Spoiler:
Keterangan gambar atas: Tampak korban pembantaian
yang tewas ditusuk lalu mayatnya dibiarkan dipinggir jalan (atas).
Tampak korban yang telah tewas dan masih tergantung di pohon masih
dipukul-pukuli dengan kursi didepan masyarakat umum termasuk anak-anak
kecil (bawah).
Spoiler:
Quote:
Quote:
Quote:
Lima Versi Utama Peristiwa G30S/PKI
Quote:
Quote:
1. Versi Pertama, adalah versi Angkatan Darat yang didukung oleh pemerintah otoriter Soeharto.
Quote:
Quote:
2. Versi Kedua, datang dari kolega LaCapra, B.R.O.G Anderson dan Ruth McVey.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
|
Akan tetapi sejarah memang akan terus hidup, karena ia adalah dialog antara masa lalu dan masa kini.
Maka, sejarah yang selalu ditulis oleh sang pemenang, kembali menuai banyak partanyaan tambahan, namun kini ikut terkubur.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan sejarah pahit takkan terulang kembali di negeri tercinta ini. Aamiin.
No comments
Post a Comment