Mendudukan Iman
Mendudukan
iman ke porsi yang benar ternyata sangat beraneka metoda nya, ternyata
benar kata temanku bahwa untuk menuju Tuhan itu jalannya adalah sebanyak
jumlah manusia di planet bumi ini. Jadi sangat lah tidak elok bila kita
memaksakan cara sendiri kepada orang lain tanpa diminta, tetapi sungguh
sangat wajar bila kita saling menimba pengalaman spiritual pribadi
dengan tujuan saling melengkapi. Menurut ku justru sharing atau diskusi
itu sangat penting untuk kemajuan evolusi ruhani, karena kita semua
sudah tahu bahwa dibalik tubuh kita yang berdaging dan berkulit ini ada
tubuh halus, yang secara umum dinamakan roh.
Secara garis besar untuk menuju ke kesejatian diri itu dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang berangkat dari kemampuan rasio dan logika dan satu lagi dari kemampuan sukma. Yang baik itu adalah berangkat dari keduanya. Tetapi kenyataannya yang memasukkan unsur sukma ke dalam perjalanannya tidak lah banyak, karena berbicara sukma sama saja berbicara gaib, berbicara gaib sama saja berbicara subjectivitas individualitas. Tidak lah mungkin kita bisa mengkaji alquran dan kitab suci lainnya bila kita tidak melibatkan unsur sukma dalam mengkajinya. Kalaulah kita perhatikan para kekasih Tuhan seperti para Nabi, Wali, Krhisna, Avatar dll mereka meretas jalan menuju kepada kebenaran benar-benar melibatkan sukma. Memang untuk membangkitkan sukma dalam diri kita itu tidak lah mudah, tidak lah sesederhana menutup sembilan lubang, tidak lah segampang yang dikira tetapi sebenarnya tidak lah sesulit yang dibayangkan. Yang diperlukan adalah modal kesadaran diri yang terus maju menuju ke kesadaran yang tinggi. Hidup dengan rasa syukur, tidak berkeluh kesah, positif thingking, tidak iri dengki, sabar, tabah menghadapi ujian dan pasrah. itu semua adalah karakteristik hidup dalam kesadaran diri, maka di suatu saat nanti akan dipertemukan dengan seseorang yang bisa membantu membuka mata hati dan batinnya, seperti cerita Nabi Musa bertemu Nabi Khidir dalam Alquran. Bagaimana Musa yang sudah merasa pintar, memliki kesadaran dan dipuja banyak orang tetapi dia masih merasa perlu menimba ilmu ? Ya, karena kesadaran itu belum cukup ! harus dicelupi sesuatu yang bisa menambah kepekaannya / rasa, untuk membangkitkan rasa dalam kesadaran itulah perlu adanya intervensi dari sukma.
Beruntung kita masih diberi kesempatan hidup di dunia ini sebagai manusia bukan hewan, tumbuhan dan batu. Karena hanya dengan berwujud manusia lah kita bisa menyempurnakan diri, kita tentu tidak menginginkan diri kita larut dalam pusaran reinkarnasi, hidup sekarang di dunia lah untuk memutus rantai reinkrnasi itu, kemudian hidup menjadi abdi Allah hidup di alam kemuliaan yang kekal abadi. Jangan sampai kita berhenti di kesadaran rasio dan logika.
salam kebebasan
Secara garis besar untuk menuju ke kesejatian diri itu dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang berangkat dari kemampuan rasio dan logika dan satu lagi dari kemampuan sukma. Yang baik itu adalah berangkat dari keduanya. Tetapi kenyataannya yang memasukkan unsur sukma ke dalam perjalanannya tidak lah banyak, karena berbicara sukma sama saja berbicara gaib, berbicara gaib sama saja berbicara subjectivitas individualitas. Tidak lah mungkin kita bisa mengkaji alquran dan kitab suci lainnya bila kita tidak melibatkan unsur sukma dalam mengkajinya. Kalaulah kita perhatikan para kekasih Tuhan seperti para Nabi, Wali, Krhisna, Avatar dll mereka meretas jalan menuju kepada kebenaran benar-benar melibatkan sukma. Memang untuk membangkitkan sukma dalam diri kita itu tidak lah mudah, tidak lah sesederhana menutup sembilan lubang, tidak lah segampang yang dikira tetapi sebenarnya tidak lah sesulit yang dibayangkan. Yang diperlukan adalah modal kesadaran diri yang terus maju menuju ke kesadaran yang tinggi. Hidup dengan rasa syukur, tidak berkeluh kesah, positif thingking, tidak iri dengki, sabar, tabah menghadapi ujian dan pasrah. itu semua adalah karakteristik hidup dalam kesadaran diri, maka di suatu saat nanti akan dipertemukan dengan seseorang yang bisa membantu membuka mata hati dan batinnya, seperti cerita Nabi Musa bertemu Nabi Khidir dalam Alquran. Bagaimana Musa yang sudah merasa pintar, memliki kesadaran dan dipuja banyak orang tetapi dia masih merasa perlu menimba ilmu ? Ya, karena kesadaran itu belum cukup ! harus dicelupi sesuatu yang bisa menambah kepekaannya / rasa, untuk membangkitkan rasa dalam kesadaran itulah perlu adanya intervensi dari sukma.
Beruntung kita masih diberi kesempatan hidup di dunia ini sebagai manusia bukan hewan, tumbuhan dan batu. Karena hanya dengan berwujud manusia lah kita bisa menyempurnakan diri, kita tentu tidak menginginkan diri kita larut dalam pusaran reinkarnasi, hidup sekarang di dunia lah untuk memutus rantai reinkrnasi itu, kemudian hidup menjadi abdi Allah hidup di alam kemuliaan yang kekal abadi. Jangan sampai kita berhenti di kesadaran rasio dan logika.
salam kebebasan
No comments
Post a Comment