Inilah Rahasia Bunglon Bisa Berubah warna
Banyak
orang meyakini bunglon berubah warna untuk menyatu dengan lingkungan
sekitarnya. Nyatanya, terdapat fungsi lain yang tak diketahui orang.
Apa itu?
Kemampuan
berubah warna atau kamuflase alami pada bunglon membuat hewan ini
mampu menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap beberapa kondisi. Namun
sebenarnya, fungsi utama dari perubahan warna ini adalah, untuk
memperingatkan tetangga-tetangganya akan keberadaan bahaya yang
mengintai.
Sebagian
besar bunglon dan beberapa spesies anole dan kadal gecko mampu
mengubah warna kulit mereka pada titik tertentu. Diperkirakan terdapat
lebih dari 160 spesies bunglon di dunia.
Namun,
tak semua bunglon tersebut mampu mengubah coraknya menjadi brilian.
Banyak spesies bunglon, seperti Namaqua dan Brygoo hanya bisa berubah
dari coklat atau abu-abu menjadi hijau dan kembali lagi.
Bunglon
mengubah coraknya dalam jangkauan warna yang dimiliki pada spesiesnya
yang telah berevolusi. Perubahan ini meliputi semua warna, mulai dari
warna biru air laut hingga pink pucat.
Bahkan,
terkadang terdapat beberapa bunglon yang bisa berubah warna menjadi
berpola garis-garis dan titik-titik. Perubahan warna pada beberapa
spesies bunglon lain terbatas hanya pada warna-warna tertentu, seperti
merah, kuning dan hijau.
Kadal
yang mampu berubah warna memiliki kulit terluar yang berwarna
transparan dan beberapa lapis kulit di bawahnya. Lapisan-lapisan ini
berisi sel yang terkait erat satu sama lain yang disebut chromatophores.
Lapisan
ini memantulkan cahaya dan dipenuhi melamin pigmen alami. Ketika kadal
mengalami perubahan pada suhu tubuh, suasana hati atau tingkat
tekanan, sinyal neurotransmitter tertentu pada sel chromatophores
berkontraksi dan meregang.
Kecepatan
kadal mengubah warnanya juga beragam. Namun, perubahan warna ini
berada “Di bawah kondisi yang tepat dan berlangsung selama beberapa
detik,” ungkap kepala fakultas biologi University of Texas Jonathan A.
Campbell dan peneliti herpetologi atau studi amfibi dan reptil.
“Terkadang,
saat perubahan suhu di lingkungan terjadi dengan sangat lambat,
perubahan warna pada bunglon juga akan makin lambat”. Misalnya, ketika
matahari terbit setelah malam yang dingin, chromatophores normal
bunglon yang berwarna coklat muda akan meregang.
Peregangan
ini akan membuat kulit bunglon memiliki warna yang lebih coklat tua
yang lebih padat yang mampu menyerap cahaya dan menghangatkan tubuh
kadal tersebut. Jika kadal merasa kepanasan setelah ‘berjemur’ di
matahari siang, chromatophores gelap hewan ini akan berkontraksi.
Alhasil,
pigmen coklat kulit bunglon akan memudar dan membuat bunglon memiliki
warna yang lebih cerah untuk memantulkan sinar matahari yang mengenai
kulitnya. Perubahan warna ini juga tak semata untuk menyesuaikan pada
lingkungan.
Perubahan
warna ini juga memiliki fungsi untuk menjadi salah satu cara
berkomunikasi hewan ini. Bunglon jantan di beberapa spesies akan
mengubah warnanya ketika sedang bersiap-siap untuk berkelahi, ungkap
Campbell.
Misalnya,
ketika bunglon harimau kumbang yang biasanya memiliki warna biru atau
hijau dengan garis horisontal berwarna putih menjadi marah atau merasa
terancam, chromatophores merah hewan ini akan meregang sepenuhnya.
Hal
ini akan menghalangi warna hijau dan biru pada lapisan kulit
dibawahnya. Warna merah menyala pada bunglon berfungsi sebagai
peringatan bagi bunglon lain agar menjauh darinya.
Bunglon
juga menggunakan warna untuk menyiarkan ‘ketersediaan’ seksualnya.
Bunglon harimau kumbang jantan akan mencari pasangannya dengan
memamerkan warna-warni perpaduan biru, hijau, oranye, kuning, merah dan
putih untuk memikat bunglon betina.
No comments
Post a Comment