Breaking News

Gempa Bumi


Pendahuluan

Pagi itu di daerah Priangan langit tampak cerah. Matahari mulai tampak di timur. Di beranda rumahnya yang besar dan asri keluarga Pak Bardi sedang duduk sambil menikmati teh hangat dan ubi hangat. Mereka membicarakan tentang ikan peliharaannya yang kian besar. Mereka asyik bercengkerama. Namun tiba-tiba Udin, anak bungsu Pak Bardi, berteriak: “Lho kursiku kok bergoyang, …bumiku bergetar euy”!! Teriakan Udin disusul oleh teriakan dan jeritan orang-orang sekitar. Beberapa saat kemudian mereka berhamburan keluar rumah. Bunyi runtuh rumah dan bangunan lain seakan menggema di desa nan sejuk itu. Apa yang terjadi? Apakah itu gempa bumi? Bagaimana bisa terjadi gempa bumi? Apa penyebab gempa bumi? Seberapa sering gempa bumi terjadi? Apakah gempa bumi bisa dihindarkan? Apa yang mesti dilakukan manusia menghadapi gempa bumi? Semua pertanyaan itu akan terjawab dalam lembar berikutnya.
 
 
Pengertian Gempa Bumi

Secara sederhana gempa bumi dipahami sebagai bergetar atau bergoyangnya permukaan bumi atau seisme. Ilmu yang mempelajari gempa bumi adalah seismologi. Bergetar atau bergoyangnya permukaan bumi merupakan peristiwa perambatan atau penjalaran gelombang gempa yang sampai ke permukaan bumi akibat lepasnya energi potensial yang dimiliki lapisan yang ada di bawah permukaan bumi secara mengejutkan dan tiba-tiba.
Gempa bumi terjadi karena adanya perubahan atau pergerakan kerak bumi yang disebut lempeng tektonik dan mengakibatkan perubahan letak permukaaan tanah secara signifikan dari posisi semula. Pusat gempa merupakan lokasi gempa di dalam kerak bumi di mana tenaga gempa bumi dibebaskan.
Perisitiwa gempa bumi memang tidak setiap saat dapat dirasakan oleh manusia. Sebenarnya gempa bumi terjadi setiap hari, namun kebanyakan tidak terasa oleh manusia dan tidak semuanya menyebabkan banyak kerusakan. Gempa bumi yang tidak terekam merupakan proses alami dari kerak bumi yang selalu bergolak. Pergolakan ini tentunya menimbulkan getaran-getaran yang rutin terjadi. Seperti kita ketahui di dalam kerak bumi terdapat cairan material bumi yang selalu bergolak. Ketika cairan itu keluar dan mencapai lapisan terluar atau kulit bumi itu disebut lahar yang biasanya melalui letusan gunung berapi.
Biasanya gempa bumi kerap terjadi di kawasan pertemuan antar lempeng tektonik, di mana terjadi pergeseran antara kepingan kerak bumi. Pada saat terjadinya perpindahan atau pergeseran batuan pada kerak bumi yang besar dan secara mendadak ini maka terjadilah peristiwa yang disebut gempa bumi atau kerap disebut gempa bumi tektonik karena disebabkan adanya pergerakan lempeng tektonik.
 
Indonesia merupakan salah satu kawasan yang paling rawan gempa bumi di dunia. Letak Indonesia adalah antara dua lempeng tektonik utama, Lempeng Tektonik Indo-Australia dan Eurosia. Juga Indonesia terletak di kawasan yang terkenal dengan Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), sehingga Indonesia banyak memiliki gunung-gunung berapi yang aktif seperti Merapi dan Bromo. Akibatnya Indonesia seringkali mengalami bencana gempa bumi , tsunami dan letusan gunung api. Sebagai contoh adalah gempa Liwa di Lampung, gempa Sentani di Papua, gempa Flores, gempa di Aceh dan gempa Nias yang diikuti oleh tsunami, gempa Padang, gempa Bengkulu, gempa Nabire dan gempa Jawa Barat serta letusan Gunung Lokon di Sulawesi Utara.
Jenis dan Proses Terjadinya Gempa

Proses terjadinya gempa bumi dapat dilihat dari penyebab utama terjadinya gempa bumi. Ada tiga jenis gempa bumi yang dapat dibedakan dilihat menurut terjadinya.
1.Gempa vulkanik
Sesuai dengan namanya gempa vulkanik atau gempa gunung berapi merupakan peristiwa gempa bumi yang terjadi karena letusan gunung berapi. Gempa ini dapat terjadi sebelum dan sesaat adanya erupsi atau letusan gunung berapi dan getarannya sangat dirasakan oleh manusia dan hewan sekitar gunung berapi itu berada. Menurut penelitian, gempa vulkanik terjadi hanya 7% dari seluruh gempa bumi yang pernah terjadi di muka bumi.Contohnya antara lain adalah gempa gunung merapi di Jawa Tengah, gempa Gunung Una-Una di Tomini Sulawesi Tengah dan gempa Gunung Pericutin.
  
2.Gempa Tektonik
Seperti diketahui bahwa kulit bumi terdiri dari lapisan-lapisan batuan. Tiap-tiap lapisan memiliki kekerasan dan masa jenis yang berbeda satu sama lain. Lapisan kulit bumi yang yang terdiri lempeng lempeng tektonik mengalami pergeseran satu sama lain akibat arus konveksi yang terjadi dalam bumi.
Pergeseran ini kian hari menimbulkan pengumpulan energi stress yang sewaktu-waktu akan lepas.Pergeseran lempeng terdiri dari tiga tipe, pergeseran mendatar yang mengakibatkan terjadinya patahan mendatar, pergeseran menunjam yaitu salah satu lempeng menyusup ke lempeng lainnya (subduksi), sehingga menciptakan lembah atau cekungan bumi dan pergeseran tumbukan antar lempeng yang akan menciptakan gunung atau bukit baru. Peristiwa pelepasan energi pada pergeseran lempengan inilah yang disebut gempa tektonik.
  
3.Gempa reruntuhan
Gempa runtuhan atau terban merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung yang terjadi dan memiliki energi potensial yang besar ketika jatuh atau runtuh akan membuat bergetarnya permukaan bumi. Inilah yang disebut gempa runtuhan.
  
4.Gempa Jatuhan
Seperti kita ketahui bumi merupakan salah satu planet bumi yang ada dalam susunan tata surya. Setiap hari bumi menerima hantaman meteor atau benda langit lain. Namun ketika menerima meteor atau benda langit lain yang besar bumi akan bergetar. Bergetar permukaan bumi disebabkan jatuhnya benda langit inilah yang disebut gempa bumi jatuhan
 
Dari keempat jenis gempa itu, jenis Gempa Bumi Jatuhan jarang sekali terjadi di muka bumi, sehingga para ahli kerap mengabaikan untuk memasukkan jenis gempa bumi jatuhan dalam pembahasan gempa bumi. Sebaliknya, gempa bumi tetonik merupakan gempa bumi yang paling sering terjadi dan paling berbahaya menimbulkan korban fisik dan manusia
 
Gempa bumi tektonik memiliki getaran paling dahsyat. Getarannya mengakibatkan patahnya lapisan permukaan bumi. Akibatnya permukaan tanah menjadi terbelah, jalan raya, rumah, jembatan serta bangunan fisik lain menjadi rusak dan hancur, bahkan menimbulkan korban jiwa manusia yang tidak sedikit
 
Gempa tektonik kebanyakan terjadi di daerah subduksi yaitu daerah dimana terjadi pergeseran lempeng tektonik yang menyusup atau menunjam ke lempeng tektonik lainya Di daerah subduksi ini dapat terjadi gempa gempa dangkal , sedang dan dalam..
 
Pusat gempa yang berada di bawah permukaan bumi disebut dengan hiposentrum. Sedangkan lokasi di permukaan bumi yang terletak tegak lurus dari hiposentrum dikenali sebagai `epicenter` atau epicentrum. Semakin dangkal hiposentrum gempa bumi semakin besar potensi kerusakan. Gempa bumi merambat dengan cepat ke segala arah dan menimbulkan kerusakan namun pada episentrum inilah kerusakan paling parah terjadi.
 
Gempa bumi dapat dibedakan menurut kedalam hiposentrum yaitu gempa bumi dangkal, gempa bumi sedang dan gempa bumi dalam.
a.
Gempa dangkal adalah gempa bumi yang terjadi pada kedalaman hiposentrum kurang dari 33 km dari permukaan bumi. Gempa inilah yang paling berbahaya dan potensi menimbulkan kerusakan.
b.
Gempa sedang atau disebut pula dengan gempa menengah, yaitu gempa bumi yang memiliki hiposentrum antara 33 – 300 km dari permukaan bumi. Sekitar 12% gempa bumi terjadi pada golongan ini
c.
Gempa dalam adalah gempa yang terjadi pada hiposentrum 300 – 700 km di bawah permukaan bumi. Gempa ini jarang sekali terjadi hanya 3% gempa bumi dari keseluruhan gempa bumi yang terjadi.
 
Menurut lokasinya, gempa bumi dibedakan menjadi dua: gempa bumi daratan dan gempa bumi lautan.
a.
Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di daratan
b.
Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di lautan. Pada gempa lautan inilah yang kerap menimbulkan tsunami karena mengakibatkan bergeraknya air laut sehingga menimbulkan potensi ketinggian gelombang laut yang pada akhirnya menerjang pantai atau pelabuhan terdekat.
 
Ketika terjadi gempa bumi, getaran yang diakibatkannya merambat dari titik hiposentrumnya. Oleh karena itu gelombang getaran gempa dapat dibedakan menjadi tiga jenis: gelombang primer, gelombang sekunder dan gelombang permukaan
a.
Gelombang primer
Gelombang primer atau disering dilambangkan dengan gelombang P merupakan gelombang getaran gempa yang merambat secara longitudinal, berasal dari hiposentrum dan merambat ke segala arah dengan kecepatan 4 –7 km/s.
b.
Gelombang sekunder
Gelombang ini disebut juga gelombang S atau gelombang transversal adalah gelombang getaran gempa yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dengan kecepatan 2 – 5 km/s.
c.
Gelombang panjang
Gelombang permukaaan dilambangkan dengan gelombang L ( Love ) adalah getaran yang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan lebih rendah. Gelombang ini lebih dikenal dengan gelombang permukaan, karena rambatan getaran lebih terasa di lapisan permukaan bumi.
 
Getaran gempa bumi dapat merambat keatas (vertical) dan mendatar (horizontal). Getaran gempa komponen vertikal dapat merontokkan genting dan jendela bangunan sedangkan getaran gempa komponen horizontal dapat mengakibatkan robohnya bangunan secara keseluruhan.
 
Bagaimana mengukur gempa bumi dan daya rambatnya? Untuk mengetahui kekuatan getaran gempa bumi digunakan alat seismometer. Seismometer yang dirangkai dengan alat yang mencatat parameter gempa disebut seismograf. Sedangkan hasil rekaman pada piasnya disebut seismogram. Sebuah seismograf dapat mencatat gempa komponen vertical dan masing- dan gempa komponen horizontal.
 
Ketika terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang permukaan datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah. Seismograf mencatat semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk seismogram.
 
Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Skala Mercalli, Omori, Cancani, dan skala Richter merupakan skala yang digunakan, namun skala Richter adalah yang paling popular untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang disebut dengan magnitude (M). Berdasarkan skala-skala ini orang dapat mengenali kekuatan gempa yang pada akhirnya berguna untuk mengantisipasinya seperti desain konstruksi bangunan dan jalan raya
 
Menurut skala Richter kekuatan gempa bumi dapat dilihat sebagai berikut:
Skala Richter (M)
 Pengaruh Gempa Bumi
> 3,5Umumnya tidak terasa, tetapi terekam
3,5-5,4Seringkali terasa, tetapi jarang mengakibatkan kerusakan
< 6,0Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan yang kurang kuat dan meliputi daerah yang kecil.
6.1-6.9Dapat menimbulkan kerusakan pada fisik dan menimbulkan korban jiwa manusia pada radius sampai 100 kilometer
7.0-7.9Pada skala ini termasuk gempa bumi besar. Dapat menyebabkan kerusakan serius pada daerah yang lebih luas.
> 8Gempa bumi besar. Dapat menyebabkan kerusakan serius pada daerah yang meliputi beberapa ratus kilometer
 
Sebagai contoh, gempa bumi di Aceh mencapai kekuatan 9,0 skala Richter yang mengakibatkan kerusakan fisik yang amat besar dan menimbulkan korban yang banyak.
Penutup

Gempa bumi adalah fenomena alam yang tidak bisa dihindari atau dicegah oleh manusia. Namun kita harus mengenali peristiwa gempa bumi melalui sejarah terjadinya gempa bumi, proses kejadiannya, di mana saja sering terjadi gempa, pada daerah mana saja gempa memiliki potensi terjadinya gempa, siklus dan sejarah terjadinya gempa bumi di muka bumi. Dengan demikian kita dapat melakukan antisipasi untuk mengurangi kerugian fisik dan jiwa manusia yang ditimbulkan oleh gempa bumi misalnya antara lain dengan mendesain konstruksi bangunan tahan gempa, memberi peringatan pada daerah rawan gempa, ketepatan prediksi terjadinya gempa oleh ilmuwan, pelatihan penanganan bencana gempa bumi.

Mudahan-mudahan ulasan ini dapat menambah khasanah pengetahuan pembaca budiman mengenai fenomena alam. 

No comments