TAZKIYAH
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh...
Terdiri dari dua kata, yaitu : tazkiyah dan al-nafs.
Tazkiyah berasal dari kata zakka, yang berarti penyucian, pembersihan. Kata tazkiyah berkonotasi membersihkan yang bersifat immaterial, misalnya, membersihkan pikiran dari angan-angan kotor atau membersihkan diri dari nafsu-nafsu amarah dan syahwat.
Sedangkan pengertian al-nafs adalah jiwa, yaitu jiwa yang bersifat lathif (lembut), ruhani (immaterial, abstrak) dan rabbani.
Jiwa seperti inilah yang menjadi essensi manusia.
Jadi, secara etimologi (bahasa), takziyah al-nafs bermakna " Penyucian Jiwa ".
Tazkiyat al-nafs menempati posisi esensial dalam kegiatan bertasawuf.
Imam Ghazali r.a, memandang bahwa penyucian jiwa melalui Takhalli (menghilangkan sifat-sifat tercela) sembari mengisinya dengan sifat terpuji (Tahalli).
Tazkiyat al-nafs juga berarti pensucian jiwa dari sifat-sifat kebinatangan dan sifat-sifat setan, kemudian mengisi dengan akhlak ketuhanan (rabbaniyyah).
Tazkiyat al-nafs berusaha mengobati penyakit jiwa (asqam al-nufus) setelah mengetahui sebab-sebabnya.
Tazkiyat al-nafs berhubungan dengan akhlak, kejiwaan, dan dengan berusaha mendekati Allah Swt. ; karena Allah Maha Suci, bisa didekati orang yang berjiwa suci pula.
Karena tingkat kedekatan (qurb), pengenalan (ma'rifah) dan kecintaan (mahabbah) manusia terhadap-Nya bergantung pada kesucian jiwa.
Manusia adalah makhluk yang terdiri dari jasad dan jiwa. Namun hakikat manusia sesungguhnya terletak pada jiwanya, karena jiwalah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainnya.
Dengan jiwa, manusia bisa merasa, berpikir, dan berbuat.
Keselamatan dan Kebahagian manusia tergantung pada kesucian jiwanya. Dalalam tasawuf, masalah kesucian jiwa dikenal dengan istilah tazkiyah al-nafs.
Tazkiyah al-nafs merupakan proses penjernihan atau pembeningan hati agar tembus cahaya dari Allah. Pandangan ini didasari oleh argumentasi bahwa hati adalah seperti kaca, sedangkan dosa dan kejelekan adalah ibarat noda yang mengotori kebeningan kaca.
Dalam Al-Qor'an terdapat beberapa ayat yang berbicara soal penyucian jiwa.
" Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan jiwanya. Dan merugilah orang yang mengotorinya ". (QS al-Syam/91 : 7-9).
Ayat tersebut berbicara tentang penyempurnaan penciptaan nafs manusia dan potensi yang diberikan di dalamnya. Karena kesempurnaan penciptaan Nafs itu, maka manusia diseru oleh Tuhan untuk memelihara dan mensucikannya.
Dalam Al-Qor'an :
" Dan barang siapa mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya. Dan kepada Allah-lah kembali (mu) ". (QS Fatir/35 : 18).
Ayat ini mengandung arti, "Sesungguhnya telah beruntung dan memperoleh laba bagi orang yang membersihkan jiwanya". Mereka membersihkan jiwanya dari syirik, zalim dan akhlak yang buruk.
Dalam hadist Nabi Saw juga ada disinggung tazkiyah al-nafs. Misalnya : " Ya, Allah, saya berlindung kepadamu dari kemalasan, pengecut, bakhil, dan azab kubur. Ya, Allah, anugerilah jiwa hamba ketakwaan, sucikanlah ia karena Engkaulah yang sebaik-baiknya mensucikan. Engkaulah penolongnya, dan Engkaulah Tuhannya. Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati tidak khusu, dari jiwa yang tidak puas-puas dan dari doa yang tidak dikabulkan ".
Dari uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa tazkiyah al-nafs memiliki dasar-dasar sandaran naqliyah, baik yang termaktub dalam Al-Qor'an maupun Hadits.
Tazkiyah al-nafs terkait dengan tujuan hidup manusia, yakni untuk mendapat kebahagiaan jasmani dan ruhani. Kebahagiaan ini merupakan kesempurnaan jiwa, dan kesempurnaan jiwa sendiri tergantung pada kesuciannya.
Tujuan khusus tazkiyah al-nafs antara lain, adalah :
1). Pembentukan manusia yang berjiwa suci, bersih akidahnya, dan luas ilmunya.
2). Membentuk manusia berakhlak Mulia.
3). Membentuk manusia yang bebas dari perilaku tercela dan dipenuhi akhlak mulia.
Dari tujuan ini, berarti tazkiayah al-nafs mempunyai misi mensalehkan totalitas hidup manusia.
1. Akan mendatangkan kebahagiaan.
2. Dapat mengembalikan jiwa kepada fitrahnya, karena pada mulanya jiwa manusia adalah bersih.
3. Kesucian akal. Fungsi akal adalah sebagai mesin pengolah berbagai ilmu pengetahuan. Akal dapat membedakan antara yang benar dan salah, tetapi dgn syarat, ia bersih dari wahm dan imajinasi kotor.
4. Kedipsiplinan, keteguhan, dan kebesaran jiwa.
5. Memperoleh ilmu, dzawq, dan kasyf.
Pensucian jiwa dan kesempurnaannya dapat diusahakan terus-menerus. Semakin sering seseorang membersihkan dan menghias jiwanya, maka semakin banyak pula ia mengetahui rahasia-rahasia alam malakut.
Inilah yang sering kali disebut oleh para sufi sebagai "al-takhalluq bi akhlaq Allah" (yakni, berakhlak dengan akhlak yang dianjurkan Allah).
Jiwa yang sudah memiliki akhlak ketuhanan, disebut oleh Imam Ghazali sebagai jiwa yang telah ma'rifah dan dipenuhi dengan kecintaan (mahabbah) kepada Allah.
Jiwa ini seperti ini telah memiliki wa'iz (juru selamat) dan hafiz (penjaga) dan dalam diri manusia, atau jiwa yang Zakiyah (suci). Jiwa seperti inilah yang ingin dibentuk dari TAZKIYAH AL-NAFS.
No comments
Post a Comment