Breaking News

LITERATURE CIVIL CRUX'98



PERATURAN DAN STANDAR PERENCANAAN

1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-1992).
2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F).
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
4. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, 1981 (PUBI-81).

BAHAN STRUKTUR

1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton yang disyaratkan, fc’ = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec = 4700.Öfc’ = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2. Angka poison, u = 0,20. Modulus geser, G = Ec/ [ 2.( 1 + u ) ] = 0,98.107 kN/m2.
2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan Æ > 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan Æ £ 12 mm digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.
3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ-37.

JENIS BEBAN

1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti table berikut :
No
Konstruksi
Berat
Satuan
1
Baja
7850
kg/m3
1
Beton bertulang
2400
kg/m3
2
Beton
2200
kg/m3
3
Dinding pas bata ½ bt
250
kg/m2
4
Dinding pas bata 1 bt
450
kg/m2
5
Curtain wall+rangka
60
kg/m2
6
Cladding + rangka
20
kg/m2
7
Pasangan batu kali
2200
kg/m3
8
Finishing lantai (tegel)
2200
kg/m3
9
Plafon+penggantung
20
kg/m2
10
Mortar
2200
kg/m3
11
Tanah, Pasir
1700
kg/m3
12
Air
1000
kg/m3
13
Kayu
900
kg/m3
14
Baja
7850
kg/m3
15
Aspal
1400
kg/m3
16
Instalasi plumbing
50
kg/m2

2. Beban hidup (Live load)
Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti tabel berikut :
No
Lantai bangunan
Beban hidup
Satuan
1
Hall,coridor,balcony
300
kg/m2
2
Tangga dan bordes
400
kg/m2
4
Lantai bangunan
250
kg/m2
5
Lantai atap bangunan
100
kg/m2
3. Beban gempa (Earthquake)
Beban gempa dihitung berdasarkan Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan 2 metode yaitu cara statik dan dinamik. Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan.
a. Metode Statik Ekivalent
Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
V = C . I / R .Wt
Dengan, C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa (Gambar 1), kondisi tanah dan waktu getar alami.
Wilayah gempa : zone 5.
Kondisi tanah : lunak
Waktu getar alami gedung, T = 0,68 deitk < x.n = 0,16.6 = 0,96 detik.Untuk T = 0,68 detik, dari kurva diperoleh : C = 0,85. R = faktor reduksi gempa representatif. Untuk taraf kinerja struktur gedung daktail parsial, maka : Faktor daktilitas, m = 4. Ditetapkan kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur : f1 = 1,6. Maka :R = m .f1 = 4.1,6 = 6,4.
F= gaya horisontal pada masing-masing taraf lantai
I = faktor keutamaan (diambil, I = 1)
W= jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral. Faktor reduk diambil = 0,5
Koefisien gempa rencana = C . I / R = 0,85.1/ 6,4 = 0,13Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30% gempa arah Y, dan sebaliknya.

b. Metode Dinamik Response Spectrum
1) Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5.
2) Percepatan gempa diambil dari data zone 5 Peta Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R = 1/6,4 seperti tabel di bawah. Percepatan grafitasi diambil, g = 981 cm/det2.
Tabel 1. Nilai spectrum terkoreksi
Waktu getar (detik)
Nilai spectrum
Nilai spectrumterkoreksi
0.0
0.32
0.05
0.2
0.83
0.13
0.6
0.83
0.13
1.0
0.50
0.08
1.5
0.33
0.05
2.0
0.25
0.04
2.5
0.20
0.03
3.0
0.17
0.02
3) Analisis dinamik dilakukan dengan metode superposisi spectrum response. dengan mengambil response maksimum dari 4 arah gempa, yaitu 0, 45, 90, dan 135 derajat.
4) Digunakan number eigen NE = 3 dengan mass partisipation factor ³ 90 % dengan kombinasi dinamis (CQC methode)
3) Karena hasil dari analisis spectrum response selalu bersifat positif (hasil akar), maka perlu faktor +1 dan –1 untuk mengkombinasikan dengan response statik.
c. Metode Time History Analysis
Analisis dinamik linier riwayat waktu (time history) sangat cocok digunakan untuk analisis struktur yang tidak beraturan terhadap pengaruh gempa rencana. Mengingat gerakan tanah akibat gempa di suatu lokasi sulit diperkirakan dengan tepat, maka sebagai input gempa dapat didekati dengan gerakan tanah yang disimulasikan. Dalam analisis ini digunakan hasil rekaman akselerogram gempa sebagai input data percepatan gerakan tanah akibat gempa. Rekaman gerakan tanah akibat gempa diambil dari akselerogram gempa El-Centro N-S yang direkam pada tanggal 15 Mei 1940. Dalam analisis ini redaman struktur yang harus diperhitungkan dapat dianggap 5% dari redaman kritisnya. Faktor skala yang digunakan = g x I/R dengan g = percepatan grafitasi (g = 981 cm/det2).
4. Beban Angin
Beban angin minimum pada bangunan yang terletak cukup jauh dari tepi laut dihitung berdasarkan kecepatan angin 20 m/detik pada ketinggian 10 m di atas permukaan tanah dengan rumus : P = V2/16
P = tekanan tiup angin (kg/m2)
V = kecepatan angin (m/det)
Tabel 2. Beban angin dasar
Ketinggian dari muka tanah
Beban angin dasar (kg/m2)
0 m – 10 m
25
10,1 m – 20 m
35
20,1 m – 30 m
43
30,1 m – 50 m
56
50,1 m – 70 m
66
70,1 m – 100 m
79
Beban angin tersebut harus dikalikan dengan koefisien tekanan angin sesuai ketentuan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F).

Spectrum gempa wilayah 5

Wilayah gempa di Indonesia

KOMBINASI PEMBEBANAN

Semua komponen struktur dirancang memiliki kekuatan minimal sebesar kekuatan yang dihitung berdasarkan kombinasi beban sbb. :
1) Kombinasi 1,4.D
2) Kombinasi 1,2.D + 1,6.L
3) Kombinasi 1,2.D + Lr ± E
4) Kombinasi 0,9.D + E
5) Kombinasi 0,9.D + 1,2.L + 1,2.W
6) Kombinasi 0,9.D + 1,3.W
Dengan :
D = beban mati (Dead load)
L = beban hidup (Live load)
Lr = beban hidup yang direduksi.
E = beban gempa (Earthquake)
W = beban angin (Wind)

Model Struktur Gedung Bank BRI-Aceh

PROSEDUR PERHITUNGAN STRUKTUR

A. Lakukan Analisis Struktur Dinamik Response Spectrum
1. Tentukan foundamental periode untuk arah x dan y.
2. Hitung gaya geser dasar statik untuk arah x dan y berdasarkan step 1, dengan V = C.I/R.Wt
3. Hitung faktor skala untuk masing-masing arah x dan y.
4. Perbesar gaya geser tingkat dinamik dengan faktor skala yang relevan kemudian hitung berdasarkan prinsip statik, besar gaya statik setiap level lantai-i, Fi. Nilai Fi ini dihitung berdasarkan gaya geser tingkat dinamik.

B. Lakukan Analisis Struktur Statik Ekivalen dengan rotasi horisontal dikekang (NSD=3).
1. Lakukan analisis struktur statik ekivalen dengan beban Fi dari step A.4. Dari hasil analisis diperoleh : Gaya geser tingkat k, Vkx,y = s.Fx,y dan momen puntir tingkat terhadap koordinat local frame Mkx,y.
2. Hitung pusat rotasi struktur tingkat (pusat gaya geser) :
xr' = Mkx / Vkx
yr' = Mky / Vky
3. Hitung pusat rotasi lantai :
xr = (Mkx,i+1 - Mkx,i)/Fx
yr = (Mky,i+1 - Mky,i)/Fy
Fx,y = beban lateral gempa arah x dan y.
xm, ym = koordinat pusat massa lantai ke-i.
4. Hitung eksentrisitas lantai ke-i
edx1 = a.et1x + b.B edy1 = a.et1y + b.B
edy2 = a.et2x + b.B edy2 = a.et2y + b.B
dimana menurut peraturan :
Untuk et1 > 0,3.B a = 1,5 b = 0,05
a= 1,0 b = -0,05
Untuk et2 < 0,3.B a = 1,0 b = 0,10
a = 1,0 b = -0,10
5. Hitung lokasi pusat massa yang baru :
xm' = xr + ed
ym' = yr + ed
Ini yang di INPUT pada ETABS sebagai titik tangkap F.
6. Koreksi file data untuk ETABS meliputi lokasi pusat massa teoritis digeser letaknya terhadap pusat rotasi. Buka kekangan rotasi di blok 1 (NSD=0).

C. Lakukan analisis struktur dengan data ETABS yang telah diperbarui yang meliputi perubahan lokasi titik tangkap gaya Fi dan kekangan rotasi dibuka.

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG DENGAN ETABS V9.2.0

Untuk bentuk struktur gedung yang tidak beraturan, maka analisis struktur terhadap beban gempa selain digunakan cara statik ekivalen dengan memperhitungkan eksentrisitas gedung, juga perlu dilakukan analisis dinamik dengan metode Response Spectrum Analysis dan metode Time History Analysis.
Klik tautan berikut ini untuk melihat prinsip ANALISIS STRUKTUR GEDUNG DENGAN SOFTWARE ETABS V9.2.0.

No comments