Breaking News

Kisah Ramadan-Jefri Nofendi

bagi mereka yang hidup di tahun 1991- 1997 dan tinggal di daerah Medan, kecamatan Medan Maimon , jalan mantri kampung Aur dekat dekat Simpang surat kabar harian WASPADA tentunya akan tahu dan mengenal rumah makan SURYA yang didirikan oleh 2 orang suami isteri asli Padang Pariaman.

Bagi mereka yang tinggal di Medan kecamatan Medan maimon kampung baru Medan di sebelah kantor lurah kampung baru Medan tahun 1991-2012 tentu pastinya akan mengenal rumah makan Padang Surya Baru yang didirikan mamak cakni ku ,

Bagi yang tinggal di Cipulir jl. Ulujami raya samping pesantren darunnajah tahun 2004-2009 tentu akan mengenal rumah makan Padang tigo daro yang dibangun oleh ayah ibuku saat merantau ke jakarta.

Aku adalah orang yang terlahir dari rahim seorang ibu penjual makanan, dari hasil menjual makanan itulah aku dibesarkan dan disekolahkan.

Dan walaupun aku anak dari pemilik rumah makan Padang yang cukup lumayan dikenal yang memiliki anak buah beberapa orang, tapi aku tetap membantu kedua orangtuaku berjualan. Bagian dapur, bagian pelayanan hingga kasir sudah aku geluti, walaupun aku punya anak buah tapi aku tetap bekerja bareng dengan mereka, dan aku bukan type orang yang suka nyuruh sana nyuruh sini tanpa bertindak. Jika aku bisa kerjakan sendiri maka aku akan kerjakan sendiri tanpa menyuruh karyawan ku.

Menyapu, mengepel , cuci piring ratusan tumpuk dan gelas puluhan gelas kotor berkali kali sudah hal biasa bagiku, belum lagi membantu urusan dapur, dari petik cabe, siangin ikan, bersihin sayur sayuran , numbuk cabe dengan alu berat 7 kilogram, jika masakan telah matang maka aku akan pindah ke bagian depan melayani pembeli dari membungkus hingga menyajikan makanan dan minuman. Padahal aku punya karyawan yang bisa saja aku suruh suruh sesuka hatiku, Seperti beberapa abangku yang duduk di kasir dan hanya cukup memberi perintah. tapi seperti yang aku katakan sebelumnya aku bukan type orang yang suka suruh sana suruh sini. Jika  pekerjaan itu bisa aku kerjakan sendiri maka akan kulakukan sendiri tanpa menyuruh orang lain.

Itulah sekilas tentang profil kisahku, jadi bekerja keras sudah menjadi bagian hidupku. Karena itu aku bukan type orang manja, teman dekatku menyebutku dengan sebutan seorang "single fighter" 

suatu hari di jl. Ulujami raya di  rumah makanku "tigo daro" buka disiang hari jam 13.00 WIB , tapi walaupun buka nya jam 13.00 wib, semua masakan itu diolah dan diproses jam 09.00 WIB , jadi bukan instan, perlu keluar banyak keringat untuk menyiapkan sajian masakan tersebut terlebih lagi dapurku tidak pakai AC dan kipas angin, hanya jendela yang dibuka lebar, jadi bisa kalian bayangkan bagaimana panasnya suasana dapur, disaat tidak berpuasa saja kita kepanasan apalagi bila sambil berpuasa.

Namun walaupun buka disianghari 13.00 WIB di bulan puasa, rumah makanku ditutup dengan gerai kain setengahnya untuk menghormati mereka yang berpuasa, jadi makanan tidak bisa dilihat dari luar, tapi bagaimana denganku ? Karena aku berada didalam rumah makan itu maka aku malah berhadapan dengan banyak makanan yang ditata dietalase, dari rendang, gulai cincang, ayam goreng, ayam bakar, ayam gulai, udang sambalado, empela ayam, kepala ikan gulai kakap, lele goreng, telor dadar, ikan kakap goreng, ikan gembung bakar, paru goreng, gulai kikil, cumi goreng, gulai cumi, gulai kambing , dan beberapa lauk lainnya kalau aku sebutkan satu persatu bisa bisa kalian ngiler.

Dibagian tengah dirumah makan juga telah siap tersedia minuman, dari jus jeruk, jus alpukat, jus terong belanda, jus melon, jus belimbing, susu putih dan susu coklat, es teh manis, minuman botol dingin dan minuman sachet lainnya.
Beberapa orang berpuasa menahan lapar dan hausnya tanpa berhadapan dengan lawan mereka yaitu makanan dan minuman, tapi bagaimana denganku? bisa kalian bayangkan sendiri aku berpuasa tapi malah berhadapan dengan makanan dan minuman yang dinyatakan HARAM bagi yang berpuasa di siang hari.

Namun apa imanku luntur? , aku tidak senaif itu yang mentalnya lemah karena berhadapan dengan makanan dan minuman yang menggoda selera. aku tetap berpuasa dan berjualan makanan, padahal bisa saja diantara kita makan dan minum sembunyi sembunyi dan berpura pura terlihat berpuasa di hadapan publik, tapi aku tidak serendah dan senaif itu, aku beriman karena yakin dan ikhlas, bukan karena paksaan beriman dan bukan pura pura beriman. Puasa yang kujalani karena aku tahu bahwa seruan berpuasa untuk orang orang beriman.

Lalu sambil menunggu pembeli datang, aku duduk di kasir ... dan pembeli pertama datang seorang wanita berjilbab ,

Pembeli : "bang beli nasi 2 bungkus"

Aku :"pakai apa mbak?

Pembeli : "pakai ayam goreng satu , pakai rendang satu"

Aku :" kuahnya saya pisah yach mbak, buat buka puasa kan?"

Pembeli :"ga usah dipisah bang, disirami kuah  aja bang, orang nanti mau langsung dimakan kok"

Aku :"lho? ga puasa mbak? ini kan bulan puasa (dalam hatiku berbisik su'udzon berkata 'ini cewe percuma berjilbab dan tampak alim tapi malah ga puasa') "

pembeli :"yach enggaklah bang, masa' cewe yang lagi 'halangan' disuruh berpuasa, yang ada malah dosa bila seorang perempuan berhalangan berpuasa di bulan Ramadhan"

Aku : "oohh (wajahku langsung berubah ...  dalam hati aku berbisik 'mampus aku ... aku telah su'udzon duluan, aku sadar kalau su'udzon ku telah membuat puasaku berkurang nilai pahala kebaikannya')

pembeli :"kenapa emangnya bang? (tanya pembeli berjilbab itu sambil tersenyum) , bang kalau puasa jangan su'udzon dan mengghibah dalam hati dengan orang lain yang tidak berpuasa nanti pahala puasanya hilang dan abang puasanya cuman dapat lapar dan haus saja tanpa memperoleh berkah dan hikmah puasa"

(Deeeggg ... dalam hatiku berkata 'mati aku, nih cewe seperti mendengar dan mengetahui isi hatiku, aku merasa tertampar bolak balik dengan ucapan dan penjelasannya')

Pembeli : berapa bang semuanya? 

Aku : "semuanya jadi 20 ribu mbak"

pembeli perempuan berjilbab itu akhirnya membayar dengan uang pas dan berlalu pergi ...

tak beberapa lama kemudian datang lah lagi 2 orang pembeli yang turun dari mobil truk barang berukuran sedang, mereka masuk ke rumah makan milikku keluarga lalu berkata salah seorangnya kepadaku setelah duduk di meja makan

pria 1 : "dek, makan disini yach nasinya dicampur saja pakai gulai kikil, minumnya es teh manis"

pria 2 :"saya pakai udang sambalado, minumnya es teh manis"

aku :" baik bang, tunggu yach .."

Aku pun segera menyiapkan hidangan pesanan mereka, tak lupa pula es teh manis pesanan mereka yang saat itu terasa begitu menggoda dikala siang hari di bulan Ramadhan 

Aku lihat mereka makan begitu lahapnya, seakan akan tidak pernah tahu kalau bulan ini adalah bulan puasa, tiba tiba terbesit dalam hatiku berkata 'mungkin mereka non muslim yang tak beriman, jadi wajar saja tak berpuasa' , namun karena aku memandang kedua pria itu yang sedang makan, maka salah satu pria berkata ..
pria 1 :"dek ... adek puasa?"

Aku :" saya puasa bang .." (jawabku sambil mengangguk)

Pria 1 : "kalau puasa tolong jangan lihatin kami makan seperti itu, kami menghormati yang berpuasa tapi jangan lihat memandang kami yang sedang makan ini dengan tatapan seperti itu"

Aku mengerti kedua pria itu merasa tidak enak dilihatin makan dengan tatapanku. Maka aku paling kan wajahku ke arah lain

Pria 2 :"dek ... nasi tambahnya satu lagi dek"

Aku segera bangkit dari kursi kasir dan segera menyiapkan nasi tambah pesanan salah seorang pria tersebut

dan ... selesailah mereka makan, dan aku menghitung jumlah pesanan mereka berdua, sekaligus membawa piring kotor di meja tersebut ...

Kemudian salah satu pria berkata ...

pria 1 : "maaf yach dek .. kami ga berpuasa dan makan disini dihadapan adek .."

Aku :"ga apa apa bang ... ga perlu minta maaf" (yach menurutku mereka ga perlu minta maaf kalau non muslim, kan non muslim memang ga berpuasa)

Iseng iseng aku bertanya

Aku : "maaf bang boleh nanya , kedua abang ini darimana?"

Pria 2 :"kami berdua dari Sumatera dek, pekerjaan kami sopir antar barang antar daerah bahkan sampai antar propinsi"

aku :"ooohh ... tapi abang berdua muslim atau tidak? maaf yach jangan marah yach bang saya tanya begini" (aku tanya begitu karena penasaran dengan pembeli ku)

Pria 1 :"yach kami muslim lah"

(Deeeggg aku sontak kaget ... kali ini aku sudah mulai salah sangka dan su'udzon mengira kedua pembeli ku itu non muslim)

pria 2 :"kenapa dek nanya begitu? heran melihat kami tidak berpuasa?"

Aku : "iya bang, saya cuman heran saja ... kan ini bulan puasa kok tidak puasa? kan pahalanya besar"

pria 1  berkata sambil tertawa sambil tersenyum cengengesan : "dek ... dek ... kan tadi kami bilang kami ini supir yang antar barang lintas daerah bahkan lintas propinsi, saya ini dulunya jebolan pesantren, saya tahu betul tentang puasa dan hukum hukumnya, bagi yang bepergian jauh menempuh perjalanan dan berat diperbolehkan membatalkan puasanya atau tidak berpuasa dikarena alasan uzur syar'i , artinya kami ini termasuk orang orang yang safar ... kalau adek ga percaya tuh silakan saja lihat no plat truk kami"

Astaghfirullah ... aku telah salah  sangka dan su'udzon dengan salah satu alumni santri pondok pesantren yang berprofesi sebagai supir antar barang lintas daerah lintas propinsi ... malah aku mengira keduanya adalah non muslim 

Pria 2 :"bapak saya di kampung seorang ustad dan guru ngaji dek, jadi kami berdua faham betul kalau bulan ini bulan puasa"

pria 1 : "kami jika tidak safar atau tidak ada uzur syar'i juga berpuasa seperti biasa, bahkan di bulan lain kami ganti puasa kami ini , seandainya kalau kami berprofesi sebagai karyawan yang hanya duduk dimeja kantor, kena AC dan hanya tinggal suruh sana sini, tentu kami akan senang sekali berpuasa dan mengisinya dengan kegiatan ibadah ibadah"

pria 2 :"bos kami itu mau puasa atau tidak puasa pokoknya menginginkan barang yang dipesan harus tiba tepat waktu,
Padahal bos kami berdua muslim lho, tapi kalau kerja ga ada toleransinya mau puasa atau tidak puasa"

pria 1 : "adek buka lagi bab puasa , dan lihat di sana siapakah orang orang yang diperbolehkan membatalkan puasanya atau diperbolehkan tidak berpuasa, biar adek ga berburuk sangka dengan orang orang yang tidak berpuasa, nanti pahala puasanya hilang dan tidak barokah bila adek berburuk sangka pada oranglain di bulan puasa, jadi adek puasa hanya  dapat lapar dan haus saja"

Jeeeggger .... rasanya seperti kejedot tembok dinding tebal, 2 kali aku prasangkaku salah, dan 2 kali aku telah berburuk sangka pada orang yang kuanggap "hina" karena tidak berpuasa , dan 2 kali juga aku mendapat sindiran halus dan tajam menusuk hati dari 2 pembeli ku sendiri.

Pria 2 : "jadi berapa semuanya dek?" (tanya salah seorang pembeli ku ingin segera meninggalkan rumah makanku)

Aku : "eemmm ... semuanya jadi 25 ribu bang"

salah seorang pria mengeluarkan uang dari dompetnya dengan uang pas dan memberikannya padaku.
dan berlalu masuk ke mobil truk nya .. hingga hilang dalam pandanganku ...

Aku memikirkan diriku saat itu, kenapa puasaku malah dipenuhi pikiran su'udzon dan merasa suci daripada orang yang tidak berpuasa? aku diam merenungi diriku sendiri ...

Tapi ... lamunanku terhenti saat salah seorang pemuda datang ke warung rumah makanku, kulihat dari kalungnya adalah tanda palang salib , ooh jelas sekali dia non muslim ... dia berkata 

pemuda : bang pesan nasi pakai ayam gulai dan ikan goreng, nasinya nambah dan makan disini" (katanya padaku memesan makanan)

Aku : "och yach bang , silakan duduk dulu, minumnya apa bang? 

Pemuda : "jus jeruk yach"

maka aku menyiapkan makanan dan minuman untuknya di meja tempat dia duduk.

Selesai makan pemuda itu mengajak saya mengobrol ...

Pemuda :"saya heran dengan ummat muslim di Indonesia, bulan puasa warung warung makan malah pada tutup, sampai sampai kami yang non muslim mau cari makanan siap saji malah kesulitan" (katanya padaku setelah selesai menyantap makanan)

aku : "yach, karena menghormati orang orang yang berpuasa bang"

Pemuda :"menghormati sih menghormati tapi sayangnya muslim di Indonesia malah dibodohi oleh kapitalis yang bekerjasama dengan oknum pemerintah"

Aku :" maksudnya?? "(aku bertanya keheranan padanya)

pemuda : "begini bang, abang tahu ga siapa yang diuntungkan kalau ummat muslim Indonesia tidak beraktivitas menjual makanan di bulan puasa? yach para penguasa, pengusaha mall, kafe, dan tempat makanan yang bekerjasama dengan oknum pemerintah "

Aku :"lho kok bisa begitu yach??" (Tanya ku tambah heran)

Pemuda :"bang saya ini kristen, tapi kalau soal makan saya ga pilih pilih mau tempatnya muslim atau tidak, tapi rasa nasionalis saya tinggi, di bulan puasa abang boleh lihat sendiri mall, kafe, restoran apakah mereka tutup? tidak , jika penjual muslim tidak berjualan makanan dan minuman dibulan puasa maka mereka para kapitalis yang bekerjasama dengan oknum pemerintah malah diuntungkan sebab mereka dibulan puasa mereka tak punya saingan dalam roda ekonomi dibulan puasa, orang orang yang tidak berpuasa seperti saya akhirnya malah nongkrong dan makan di mall, tapi saya mana mau nongkrong dan makan di mall itu sama saja memperkaya mereka, mending makan di warung warung seperti ini milik rakyat kita sendiri. Dan kalau abang mau tahu itu para oknum PNS dan beberapa karyawan swasta atau pemerintah yang muslim atau bukan, baik laki laki dan perempuan malah nongkrong dan makan di mall bila mereka tidak puasa, walhasil mereka yang pengusaha malah tambah kaya dan yang miskin yach tambah miskin, dan kalau rakyat kecil yang umumnya mayoritas muslim ga berjualan , maka para pengusaha  mall, restoran  dan cafe malah senang karena mereka tak punya saingan bisnis, bahkan mereka berani mengimingi imingi takjil atau menu berbuka puasa bagi muslim yang mau berbuka puasa di sana"

aku :"haahhh?? Ooh jadi begitu yach?"

Pemuda :"yach iyalah bang , makanya saya bilang ummat muslim ini aneh , dibulan puasa kok malah malah tutup dan ga jualan makanan dan minuman, padahal orang orang seperti saya yang bukan muslim sebenarnya lebih memilih makan di warung warung kecil atau rumah makan, selain harganya murah dan terjangkau tidak seperti mall atau restoran yang harganya cukup menguras kantong , dan kami walau tidak puasa malah membantu rakyat kecil roda perekonomiannya agar mereka punya cukup uang buat bekal lebaran nanti"

Jleb ... betul juga yang dikatakan pemuda ini ... kalau ummat muslim sampai dilarang berjualan makanan dan minuman dibulan puasa maka para pengusaha penganut kapitalis malah diuntungkan karena mereka tidak ada saingan sama sekali ... yang kaya malah tambah kaya dan yang miskin malah tambah miskin ...

Pemuda : "berapa semuanya bang?" (tanyanya mengakhiri pembicaraan dan ingin berniat segera pergi)

Aku :"semuanya jadi 20 ribu, bang"

Pemuda itu mengeluarkan uang dari saku celananya dan memberikannya padaku dan berlalu pergi 

Satu hari itu dibulan puasa aku mendapat pelajaran berharga dari pembeli ku sendiri yang menyadarkan aku , menampar keangkuhan dan kepicikanku dalam memahami ibadah puasa ...

bersambung ...

nb : nanti aku akan lanjutkan kisah nyataku dibulan puasa ..

Bagi yang mau share tulisan diatas silakan saja ...

No comments