Breaking News

SISTEM BETON PRACETAK



Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa  ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan missal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik. 
Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja serta beton konvensional dan pracetak dapat dilihat pada table :
 
 
Aspek
kayu
baja
Beton




konvensional

Pracetak
Pengadaan
Semakin terbatas
Utamanya impor
Mudah
Mudah
Permintaan
Banyak
Banyak
Paling banyak
Cukup
Pelaksanaan
Sukar, Kotor
Cepat, bersih
Lama, kotor
Cepat, bersih
Pemeliharaan
Biaya Tinggi
Biaya tinggi
Biaya sedang
Biaya sedang
Kualitas
Tergantung spesies
Tinggi
Sedang-tinggi
Tinggi
Harga
Semakin mahal
Mahal
Lebih murah
Lebih murah
Tenaga Kerja
Banyak
Banyak
Banyak
Banyak
Lingkungan
Tidak ramah
Ramah
Kurang ramah
Ramah
Standar
Ada
(sedang diperbaharui)
Ada ( sedang diperbaharui)
Ada  ( sedang diperbaharui )
Belum ada 
(sedangdisusun)

Permasalahan mendasar dalam perkembangan system pracetak di Indonesia saat ini adalah :
  1. Sistem ini relative baru
  2. Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system pracetak yang telah ada
  3. Serta keandalan sambungan antarkomponen untuk system pracetak terhadap beban gempa yang selalu menjadi kenyataan
  4. Belum adanya pedoman resmi mengenai tatacara analisis, perencanaan serta tingkat kendalan khusus untuk system pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi.
PERMASALAHAN UMUM PADA PENGEMBANGAN SISTEM PRACETAK
Ada tiga masalah utama dalam pengembangan system pracetak :
  1. Keandalan sambungan antarkomponen
  2. Belum adanya suatu pedoman perencanaan khusus untuk system struktur pracetak
  3. Kerjasama dengan pertencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.
 SISTEM PRACETAK BETON
Pada pembangunan struktur dengan bahan betyon dikenal 3 (tiga) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu system konvensional, system formwork dan system pracetak.
Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork asudah melangkah lebih maju dari system konversional dengan digunakannya system formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain system Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan Sistem Mivan menggunakan bahan alumunium.
Pada system pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik.
 
 SISTEM   KONEKSI
 1.   SAMBUNGAN
          Pada umumnya sambungan – sambungan bias dikelompokkan sebagai berikut :
  1. Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban ( biasanya beban vertical ).
Akibat beban sendiri dari komponen . lihat ( gambar A ).
  1. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang selama pemasangan di terima oleh pendukung pembantu.  Lihat (gambar B ).
  2. Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi persyaratan lainseperti : kekedapan air, kekedapan suara.  Lihat (gambar C).
  3. Sambungan –sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata menyerdiakan ruang gerak untuk pemasangan .  lihat ( gambar D ).
2.  IKATAN
Cara meng-ikat-kan / me-lekat-kan suatu komponen terhadap bagian komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut  :
 
A.   Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )
Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan
§  Diperlukan penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan sampai beton cor mengeras
§  Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang / pendukung pembantu. Toleransi penyusutan ‘ diserap ‘ oleh Coran Beton.
 
 B.   Ikatan Terapan
Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara “lego” (permainan balok susun anak-anak) disebut Iaktan Terapan.
Dimulai dengan cara hubungan “ PELETAKAN “, kemudian berkembang menjadi “ Saling Menggigit “.
§  Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung / penunjang pembantu.
 
 C.   Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai  : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
§  Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )
§  Menyambung dengan Baut / Mur / Ulir ( Corbel Steel )
 
 Catatan  :
a.    Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi
b.    Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang
c.    Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In Situ concrete Joint sebagai pelindung / Finishing ikatan.
D.   Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsure Post Tensioning dalam system koneksi.
§  Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan
§  Perlu tempat / ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning
§  Angker cukup mahal
 
 Simpul-Simpul Dalam Komponen Beton Pra-Cetak : Merupakan  kunci dalam struktur yang memakai komponen pra – cetak dan merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur
a.    Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut  :
          I.     Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-pendukung vertical.
         II.    Simpul Pertemuan Kolom
Pertemuan dimana beban-beban vertical dan sesewaktu momen-momen juga disalurkan.
      III.    Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok )
Untuk menyalurkan beban vertical
       IV.    Simpul Pendukung sesama Plat / dengan Balok dan Kolom
Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan – tarik dan geser
          V.    Simpul Yang Mampu Menahan Momen
Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan tertentu.
Misal  : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih bagian
 
SIMPUL PRIMER 
Dari segi morpologinya simpul primer dibedakan menjadi :
·         Simpul Primer Berdimensi Satu
·         Simpul Primer Berdimensi Dua
·         Simpul Primer Berdimensi Tiga
 
A.  Simpul Primer Dimensi Satu
B. Simpul Primer Dimensi Dua   
C.  Simpul Primer Dimensi Tiga
 
Dari segi cara bekerjanya simpul primer dapat dibedakan  sebagai berikut :
  1. SIMPUL COR
     Sistem ikatan menggunakan cor
  1. SIMPUL TERAPAN
    Dimana ikatan dilaksanakan dengan cara ikatan terapan
  1. SIMPUL TEGANGAN
    Simpul dimana pengikatan dilakukan dengan cara ikatan teganga
  1. SIMPUL KONSOL
    Simpul yang dibuat dengan menggunakan konsol sebagai pendukung
  1. SIMPUL KONSOL KE DALAM
    Simpul ini varian dari system konsol, arah konsol berlawanan dengan system     konsol biasa ( Arah konsol ke dalam ). 
  1. SIMPUL KEPALA MARTIL
    Simpul ini sebetulnya berupa konsol tetapi panjang konsol cukup jauh. Sehingga dapat berupa balok tersendiri.  Simpul ini mempunyai keuntungan:
§  Baik dari segi produksi, transportasi maupun pemasangan
§  Kekakuan simpul
 
      G.   SIMPUL CENDAWAN
Simpul ini sebetulnya merupakan simpul kepala martil tetapi dalam dua arah, baik sebagai garis rusuk maupun sebagi bidang plat.
§  Biasanya dibuat terpisah antara kolom dan kepala cendawannya. Hal ini mempermudah transport pemasangan maupun penyimpanannya.
§  Sulit diterapkan untuk bangunan berlantai banyak.

No comments